Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 22 - Runtuhnya kota tua

Chapter 22 - Runtuhnya kota tua

Sinar mentari mengintip masuk melalui celah-celah bangunan tua. Angin semilir menggugurkan dedaunan kering berserakan di jalan. Para pemilik toko mulai menata barang dagangan dan memulai rutinitas pagi mereka. Dan di sanalah ia muncul..seorang gadis muda dengan langkah riang seperti menari mengikuti irama pagi di musim gugur. Sekali-kali ia berhenti untuk bercanda dengan beberapa burung merpati yang bermain di kolam kecil di dekat pohon tua. Namun ketika mendekati toko bunga di seberang jalan, langkahnya terhenti. Tatapan matanya menerawang seakan melihat sesuatu yang terjadi di masa lampau. Kemudian senyumannya tersungging tipis, sinar matanya penuh pengharapan.

Semua kru pemotretan saat itu terhanyut dalam peran yang dibawakan Bulan. Darius berkali-kali tersenyum sambil terus mengambil gambar dan berkata lirih,"Perfect..lanjut kan,Bulan.."

Dengan langkah perlahan, Bulan mendekati toko bunga dan menyentuh salah satu bunga mawar putih yang ada dalam salah satu keranjang di atas meja. Mawar putih itu memang sangat memukau. Belum mekar, namun sangat cantik. Bias sinar matahari yang malu-malu membuatnya berkilau di mata setiap orang. Bulan memandanginya seperti berkata dalam diam..bahwa dia merindukan seseorang yang selalu dia lihat tiap kali ia memandangi kuntum mawar putih. Tatapan mendamba kepulangan seorang kekasih yang telah lama pergi menyimpan janji berdua. Dan hari ini adalah hari berakhirnya masa penantian itu. Hari yang telah lama ia tunggu dalam rindu. Setiap malam menggodanya dalam lamunan panjang pertemuannya dengan sang kekasih. Dan saat inilah..dia menunggu dengan harapan penuh untuk bertemu dengan pujaan hati.

Matahari bergulir..sinarnya kembali meredup seiring dengan meredupnya harapan dalam sinar mata gadis itu. Tetap menunggu dalam sendu. Berharap tiap langkah kaki yang melangkah tegap adalah menuju padanya. Namun tiap dia mendongakkan kepala, bayangan itu kembali bias. Seperti kabut dan tanpa jejak. Meninggalkannya sendiri dalam sunyi. Tiba-tiba..gadis itu melihat sekuntum mawar putih berlilit pita abu-abu di dekat sebuah toko arloji tua. Perlahan dia mendekatinya dan mengambilnya. Memandangi dengan rasa penuh golakan yang tanpa daya mendorong degup jantungnya yang memburu.

Tanpa ia sadari, seorang pria tua memperhatikannya dari balik jendela. Pria tua pemilik toko arloji itu memandanginya dengan perhatian. Membuka laci dan mengambil sepucuk surat. Seorang pria menemuinya tadi malam. Memohon bantuannya, menitipkan pesan kepada seorang gadis yang akan menunggunya esok. Dan sepertinya dia telah menemukannya. Gadis itu berdiri di luar tokonya. Dengan wajah penuh gundah dan tidak mengerti dengan apa yang ia temui.

Pria pemilik toko itu membuka pintu dan menghampiri gadis di depan tokonya. Memandangi nya sebentar.. Kemudian menyerahkan sepucuk surat titipan sang pria. Diiringi keterkejutan yang terlukis sekilas di ekspresi dan matanya..dia meragu..apakah isi dari surat itu. Akan berbahagiakah dirinya setelah tau isi ataukah sebaliknya..

Namun akhirnya dia memaksakan diri untuk membuka surat itu dan membaca isi nya. Bait demi bait puisi cinta yang melambungkan hati namun menghempaskannya di akhir. Berkali-kali mencoba mengartikan kata demi kata..demi mencari makna tersembunyi dari puisi sang pujaan hati..Namun..pria tua pemilik toko arloji itu memandangnya dengan tatapan berduka.. Sang gadis mencoba menerka arti dari tatapan pria tua di hadapannya..namun jawabannya hanyalah gelengan sedih dari sang pria tua.."Nak..dia tidak akan kembali.."