Bulan termenung di kamar.. Baru saja adik lelakinya pulang setelah mengantarnya kembali ke kost. "Sepertinya berat badan q naik 2 kg setiap kali pulang." Bulan mendesah.."Lama-lama bisa mirip sapi." Bulan mematut dirinya di cermin. Ponselnya tiba-tiba bergetar menandakan ada pesan baru masuk.
๐ Achiles: Laaan..di mana kau? Besok pagi jam 8, q tunggu di depan gedung i ya..Aq ada perlu.
๐Bulan: Baik..besok pagi di depan gedung i jam 8.
Salah satu teman kuliah, Achiles, menghubunginya. Tidak terlalu dekat dengan Bulan sebenarnya, tetapi sangat baik dan selalu menyenangkan jika ada di dekat Achiles. Tipe teman yang selalu membuat seru dan heboh dengan perilakunya. Dan Bulan sesekali kadang meminta untuk menemaninya sekedar berbelanja atau hang out. Dia percaya bahwa Achiles memang lebih memilih menjadi teman baik nya dari pada mencoba untuk masuk lebih dalam. Dan itu yang membuat Bulan lebih nyaman berteman dengannya.
"Yaaa, Bulan.. kemarilah..aq membawa kue-kue kesukaan mu." Dina dan Sonia muncul di depan pintu kamar Bulan dengan membawa satu tas kresek penuh dengan snack.
"Oh, ya ampun..kau mencoba menambah berat badan q lagi,Dinaaa?? Lihatlah, pipi q sudah sebesar bakpao." Bulan menunjuk pipinya.
"Baiklah, kau seperti bakpao..tapi bakpao yang manis.." Sonia menghiburnya.
"Yaaa..ayolah..kita akan membahas seorang pria idaman yang bernama Marven & Darius.." Dina menggoda Bulan.
"Oh, bicara apa kau?? Mereka bukan pria idaman q." Bulan melotot ke arah Dina.
"Benarkah? Q pikir ke dua pria tampan itu sedang menunggumu di depan." Dina kembali membuat Bulan kelabakan tiba-tiba.
"What! Tidak mungkin, mau apa mereka ke sini?" Bulan berkata panik dan berlari ke jendela yang mengarah ke pintu utama pagar kost. Tidak ada siapa-siapa di sana. Menyadari keisengan temannya, Bulan berbalik arah dan mulai mengomel. "kaauuu..dasar nenek tuaaaaa!"
"Hahahahaa..kau lihat bagaimana paniknya dia, Sonia?" Dina dan Sonia terkikik geli melihat Bulan berhasil mereka kerjai.
"Bulan, sudahlah, ayo kita habiskan makanan ini. Kita harus memberikan banyak saran untuk Dina saat ini. Dia sedang mengincar seorang dari kelas sebelah." Sonia menarik Bulan menuju ruang nonton TV.
"Oh, serius??! Siapa pria beruntung itu? Apa aq mengenalnya?" Bulan terkejut dan menjadi penasaran akan informasi yang baru saja ia dengar dari Sonia.
"Yaaa.. Sepertinya tidak. Kau tidak akan mengenalnya. Karena dia..tidak ada!" Dina berusaha menutupinya.
"Oh, kenapa kau ini. Semenjak kau putus dari Mark, kau tidak pernah membuka hati lagi. Dan ini sudah lebih dari 2 tahun!" Sonia memutar bola matanya.
"Yeaahh..dan ini bukan urusan mu." Dina mulai membuka snack pertamanya. Mereka bertiga memulai keseruannya. Membahas hal-hal ringan sampai yang ter up-to-date di kampus. Dan berita tentang berakhirnya hubungan Bulan & Leo pun menjadi salah satu topik terhangat saat ini di kampus.
Bulan tidak mengerti, kenapa dia dijadikan hot topic pembicaraan di kampus? Padahal beberapa di antaranya tidak pernah berteman dekat dengan Bulan atau Leo. Hanya sekedar bertegur sapa atau sering berpapasan di kampus saja. Terlebih lagi dia pun ada yang tidak merasa mengenal mereka namun ikut sibuk berkomentar tentangnya. Aneh sekali.
Esok pagi, Bulan sudah bersiap ke kampus. Setelah menitipkan beberapa berkas di ruang kerja Surat Kabar Kampus, ia berjalan perlahan menuju gedung i. Dan di sana ia melihat Achiles, tidak sendiri..bersama seorang pria berkulit kecoklatan, berwajah persegi, dan tinggi. Bulan memperkirakan tingginya sekitar 180cm lebih..mungkin 183cm. Memakai kemeja merah hati yang pas di tubuh, sepertinya dia membentuk otot tubuhnya dengan baik. Terlihat kekar, tapi tidak berlebihan. Sneakers biru tua merk high end kenamaan. Sepertinya pria ini sangat memperhatikan fashion yang dia pakai. Tapi Bulan merasa yakin, dia belum pernah melihatnya di kampus ini. Karena jika ada pria keren seperti itu pastinya sudah ia dengar kabarnya sejak lama.
Achiles berbinar saat melihat kedatangan Bulan.."Bulaaaaaan q yang selalu mengagumkaaaannn..kemarii laahh..Aq rinduuuu.."
Bulan tersenyum sembari membelalakkan matanya, " Rindu? Sejak kapan kau rindu pada q? Aq sangat menyangsikannya."
"Heeeeeyyy..aq selalu memimpikan mu... dalam mimpi q kau memaksa q untuk menjodohkan mu dengan salah satu pria berkwalitas di kota ini. Sini, ayo sini..Lan, perkenalkan, teman q Dhany." Achiles menarik tangan Bulan agar mendekat padanya. "Dhany, ini teman baikku, Bulan. Dia sedang menjadi top topik jomblo di kampus."
"Sembarangan kalo ngomong. Siapa yang jadi top topik jomblo di kampus? Aq gak merasa. Aq biasa-biasa saja." Bulan protes.
"Hai, Bulan..apa kabar?"Dhani menyapa lebih dulu. Bulan menjawab dengan tersenyum. Achiles berbisik pada Bulan," Lan, dia bekerja di bank swasta terkenal di sini. Jabatannya juga sudah lumayan. Kau jangan melewatkannya."
Bulan balas berbisik, "Kau pikir aq peduli? Jika dia brengsek seperti Leo, maka nasibnya akan sama. Akan q tendang."