"Dhany..biasanya mereka yang menyukai q akan mendekatiku perlahan. Membuat q terbiasa dengan kehadirannya. Sedapat mungkin membangun ruang untuk mereka sendiri di relung hati q. Dan saat itulah mereka akan tau sebesar apa ruang untuk mereka tempati."
"Bulan..aq bukan mereka. Aq bukanlah salah satu dari pria mu dulu. Ini memang terburu-buru untukmu. Tetapi aq bisa membuatmu jatuh cinta kepada q. Beri sedikit waktu untuk q, Bulan. Kau tidak akan menyesal. Aq janji."
"Dhany..tidak usah berjanji..jika itu memang ingin mu..q beri tau sesuatu..jadilah dirimu sendiri selama kau melakukan usahamu pada q. Aq akan mencoba mengenal dirimu sesungguhnya dalam waktu dekat ini. Dan serahkan pada waktu untuk hasilnya."
"Baiklah, Bulan..besok akan q kirim CV q pada mu sebagai bahan pertimbangan."
"Uhuk..uhuk..baiklah..apapun itu lakukanlah." Bulan terbatuk-batuk mendengar apa yang akan Dhany lakukan untuk mengawali hubungan mereka.
Bagus sekali..aq belum pernah bertemu dengan pria semacam ini sebelumnya. Tapi setidaknya dia adalah pria baik dan berkualitas..aq akan memberikan kesempatan bagi diri q sendiri untuk mengenalnya. Dia cukup menarik. Bulan berbicara dalam fikirannya. Aq tidak terburu-buru.
Mereka berdua telah tiba di salah satu mall di tengah kota. Banyak merk high end membuka gerainya di sana. Masuk ke salah satu kafe bakery yang ternama, memilih beberapa cake cantik, coklat hangat dan kopi.. Bulan dan Dhany melanjutkan perbincangan mereka.
"Sejauh mana kau tau tentang aq? Apakah Achiles menjadi satu-satunya sumbermu?" Bulan mengungkapkan rasa ingin tau nya.
"Ya..aq tau ini kedengarannya gila..tapi inilah yang q rasakan. Aq melihat mu dari foto IG Achiles..Dia bilang bahwa kau baru saja ditinggal mati kekasihmu. Dan dia bilang kau mampu mempertahankan kedua kaki mu untuk tetap berdiri sendiri." Dhany menjelaskan.
"Mati katamu??! Oh, Achiles..yang benar saja." Bulan menggelengkan kepalanya.
"Tidak..bukan mati dalam artian sesungguhnya, Bulan.." Dhany tersenyum.
"Seseorang yang melakukan hal bodoh, mengkhianati kekasih yang mencintainya dengan tulus..itu sama saja dengan mati." Dhany mengungkapkan alasannya.
" Sepertinya kau pernah mengalaminya sendiri..pengalaman pribadi mu.." Bulan menyelidik.
"Yaa..aq pernah merasakannya..maka dari itu..aq memilih kamu yang menghargai akan arti komitmen. Setidaknya saat kau pernah merasakan sakitnya dikhianati.. kemungkinannya ada dua..pertama..kau akan trauma dan kau akan membalas dendam pada siapapun pasangan mu berikutnya. Dua..kau akan semakin selektif dalam memilih dan sangat menghargai kesetiaan berkomitmen." Dhany seperti bertaruh dalam hal ini. Dia bahkan tidak mengenal Bulan sebelumnya.
"Dhany..jangan menaruh harapan terlalu tinggi pada q. Karena setelah kejadian itu pun aq masih meraba-raba hati q sendiri. Aq belum menentukan langkah q berikutnya." Bulan mengaduk coklat hangatnya dengan murung.
"Aq tidak ingin ada hati terluka karena ketidakmampuan q." Bulan melanjutkan..
"Bulan..aq juga tidak tau..tetapi yang aq tau aq menyukaimu sejak awal aq melihatmu. Aq tidak akan membebanimu dengan apapun. Aq akan menunggumu sampai kau siap. Tetapi aq meminta..izinkan aq mendekatimu, mulai hari ini..aq siap bersaing dengan siapapun di luar sana yang mencoba mendekatimu. aq tau, aq bukan satu-satunya."
Bulan,"...Dhany..I don't know what to say."
Dhany," just say I do."
Bulan,"...."