Kali ini pertama kalinya Bulan merasakan komplikasi antara keterkejutan pernyataan dengan rasa meledak ingin tertawa karena ini benar2 sebuah lelucon yang menyegarkan. Belum pernah ada yang sebelumnya menyampaikan kejujuran hati padanya dengan sangat cepat namun tidak berkesan murahan. Sungguh dua sikap yang membingungkan untuk Bulan.
"Sepertinya kau bukan tipe yang suka membuang-buang waktu. Kau selalu berusaha melakukan semuanya yang sudah jelas saja arah tujuannya. Tapi yang kau bicarakan ini bukan teori ekonomi atau perhitungan rumus bunga bank. Ini menyangkut hati. Dan hati sering kali berjalan bersimpangan dengan logika. Kau tidak bisa mendapatkan cinta menggunakan variabel-variabel yang sudah kau persiapkan rumusannya. Kau tidak bisa membatasi hati..kau tidak dapat menyamakan hatimu dengan nafsu mu. Itu sangat berbeda." Bulan menahan serangan Dhany dengan argumennya. "Apa kau percaya cinta tulus, Dhany?"
"Sebenarnya tidak pernah berfikiran ke sana. Aq lebih percaya akan komitmen."Dhany mengutarakan pemikirannya.
"Cinta bukan hanya mengenai komitmen, Dhany..hubungan yang hanya berdasar komitmen memang sepertinya kuat..tetapi itu merupakan hubungan tanpa rasa. Sungguh mengerikan membayangkan sebuah pernikahan yang hanya didasari oleh komitmen, bukan cinta. Seperti peresmian suatu hubungan dagang, pernikahan yang tanpa adanya cinta..sungguh mimpi buruk.."
Dhany berargumen, "Tetapi cinta dapat tumbuh seiring waktu kan?"
"Yaa..itu ada benarnya. Tetapi tetap saja tidak ada jaminannya. Dalamnya lautan dapat kau cari. Namun hati manusia siapalah yang tau?" Bulan menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu..Aq menyukaimu, Bulan..yang q cari adalah calon pendamping hidup q. Tetapi aq pun tidak ingin memaksamu. Jadi perkenankanlah aq untuk mengenalmu lebih jauh..dan aq akan meyakinkan mu bahwa aq serius." Dhany benar-benar mendekati Bulan dengan cara yang lugas dan efisien waktu. Bulan benar-benar belum siap menghadapi pria seperti ini.
"Apa mau mu, Dhany?" Bulan kehabisan kata-kata.
" Bulan..aq sudah menyatakan niat q pada mu. Berikanlah aq kesempatan untuk membuktikannya." Dhany meminta Bulan dengan serius.
"Kesempatan bagaimana yang kau maksud? Apa achiles sudah memberitahumu bahwa aq baru saja dikhianati?" Bulan bertanya.
"Ya..karena itulah aq mengatakan niat q langsung di awal, Bulan." Dhany menatap mata Bulan dengan lembut..penuh harap..
"Aq bahkan belum memutuskan bahwa aq butuh atau tidak butuh cinta,Dhany." Bulan melempar pandangannya ke arah depan.
" Bulan..aq tidak akan memaksamu..jalani saja apa yang ada saat ini bersama q. Hanya saja kau sudah q beri tau bocorannya. Pada akhirnya aq akan menjadikanmu pendamping hidup q."
Dhany benar-benar tidak menyediakan ruang bagi Bulan untuk lolos. Dan apa yang Bulan rasakan adalah..seperti sekumpulan domba yang berkeliaran namun digiring masuk melewati gang-gang berpembatas tinggi dan langsung masuk ke dalam pagar. Tepat sasaran.
Oh, pria ini..Kenapa aq merasa seperti di atur sesuai dengan keinginannya.
"Dhany..aq tidak yakin." Bulan menatap ragu.
"Berikan aq waktu untuk membuktikannya, Bulan.." Dhany meminta Bulan menggunakan sinar matanya yang lembut..namun penuh harap. Ohhh..siapa yang sanggup berkata "tidak" pada pria setampan dan seoptimis ini?
"Maksudmu..kau ingin mengikuti q ke manapun kau mau?" Bulan menantangnya.
"Di luar jam kerja..pasti aq akan melakukannya. Aq yakin."Dhany mencoba meruntuhkan dinding pertahanan Bulan.
" Baiklah, kita lihat sejauh mana sifat keras kepalamu akan membantumu " Bulan menjawab namun dengan penyesalan di belakangnya. Baguuussss sekaliii..aq benar-benar masuk perangkapnya kali ini.