"Baiklah, semuanya.. Mari kota luruskan niat semata-mata ini sebagai salah satu jalan untuk menyempurnakan iman."Ucap ustadz sebagai pembuka. "Saya kasih CV ini, silahkan jika ada yang ingin ditanyakan. Langsung saja."
Zara menerima uluran CV itu. Ia membacanya dengan seksama, dan ia merasa jauh dari seseorang yang memiliki riwayat apa yang tertulis dari lembaran kertas ini. Ia merasa malu, merasa tak pantas, dan tak mampu untuk bersanding menemani seseorang yang tampak sempurna ini.
Lalu, ia melihat potret yang terpampang pada lembaran kertas itu. Dia... seseorang yang hampir tertabrak olehnya.
"Ustadz.. apakah boleh saya melihat langsung wajahnya? Apakah itu menyalahi aturan dari ta'aruf ini?" tanya Zara langsung, yang masih menundukkan kepalanya.
Ustadz tertawa, "Oh tentu tidak Nak Zara. Itu diperbolehkan untuk kepentingan ta'aruf ini. Silahkan.. silahkan."
Zara memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, ia menatap seorang laki-laki yang ada di hadapannya. "Ustadz, apakah ikhwannya yang ada di hadapan saya?" tanyanya lagi.
"Tentu saja, karena yang disampingnya adalah kakaknya. Beliau sudah menikah." ucap ustadz yang diikuti oleh tawa dari laki-laki tersebut.
Zara merasa pipinya terbakar, "oh iya ustadz maafkan saya.." ungkapnya. Lalu ia mencoba untuk memperhatikan setiap lembaran yang ada ditangannya. "Ustadz.. tapi saya rasa tidak akan cocok dengannya." Ungkapnya lirih..
"Apa yang salah dengan saya? Mari kita saling mencocokan bersama.." tawar laki-laki itu.
"Benar.. ini kan proses. Suatu hal yang wajar ada ketidakcocokan. Karena setiap orang dari kita memiliki karakter dan kebiasaan yang berbeda, memiliki kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Mari saling terbuka untuk menyamakan persepsi dan membuka diri masing-masing."
"Bukan seperti itu ustadz.."
"Zara.. apa yang kamu lakukan. Lihatlah CV itu dengan hati-hati. Itu sudah menjadi idaman semua perempuan yang ada, seperti betapa sempurnanya dia sebagai seorang hamba Allah. Pasti ada cela, namun tak terlihat." Bisik Nifa.
"Ustadz, aku merasa ini tidak akan pernah cocok untukku. Dia telampau baik daripadaku. Dia terlampau rajin ibadahnya daripadaku yang jauh dari kata istiqamah dalam beribadah." Jelasnya.
"Mohon Maaf, anda pasti akan menemukan seseorang yang sangat indah ketika kalian bersanding bersama." ucapnya lirih. "Terima kasih ustad, mohon maaf telah dua kali ustadz membantu saya dalam mencari seseorang yang akan menemani saya. Tapi selalu saja gagal. Semoga niat baik ustadz terbalaskan oleh Allah. Aamiin." ucapnya lagi.
"Yasudah, jika itu memang keputusanmu. Semoga engkau mendapatkan yang terbaik.. Insya allah, jika niatmu lurus Allah akan memudahkan. Begitupun dengan engkau ya Akhi (Saudara laki-laki)" ucap ustadz.
"Ya sudah ustadz kami pergi terlebih dahulu. Setelah ini ustadz kajian?" tanya Nifa basa-basi.
"Oh tidak, ada sepasang lagi yang akan melakukan ta'aruf." ucap ustadz sambil menyalami pihak laki-laki dan kakaknya. Barulah Nifa dan Zara pamit kemudian.
***
"Kau ini kenapa sih? Itu udah sangat bagus, pasti Bunda dan Ayahmu juga setuju, Zara." ungkap Nifa setelah keluar dari ruangan tersebut.
"Zara aku akan merasa bersalah jika aku jadi bersamanyna, aku tak bisa mengimbangi iman dan taqwanya." lirih Zara. Ia terlampau malu tadi.
"Kau tunggu sebentar di sini. Aku ke toilet terlebih dahulu." ucap Nifa yang dijawab oleh anggukan Zara.
Zara memutuskan untuk menunggu di tempat penitipan sandal akhwat (perempuan), ia berdiri sambil memainkan ponselnya. "Nak Zara.. Assalamualaikum.." Sapa wanita setengah baya.
"Tante Mei.." lirihnya, lalu salam hormat padanya. "Waalaikumussalam, sedang apa tante di sini?" tanyanya lembut.
"Sudah lama tidak bertemu, tante sedang mengawasi anak tante yang liar.. dasar sudah dicari yang cocok eh malah mencari lagi. Kan kesel yaa tante."
"Oalah gitu yaa tante.." Zara melihat Nifa keluar dari aula. " Tante, Zara duluan ya. Teman Zara sudah menunggu.. Assalamualakum." pamitnya.
"Waalaikumussalam.."
Zara mendekati Nifa dan langsung mengikutinya menuju parkiran. "Kamu ngobrol sama siapa tadi Zara?" tanya Nifa.
"Oalah tante Mei.. kenal sebulan yang lalu. Gegara sandalnya hilang.." jelasnya yang hanya disambut anggukan oleh Nifa. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah Zara.