riri yang sedang berada di kamar hotel sedang asyik meminum minuman yang ia pesan tadi. ia membuka beberapa lembar dokumen baru melihat para penanam saham terbaru di perusahaannya sambil mempelajari detail perusahaan mereka satu persatu. saking asyiknya meneliti dokumen tersebut yang dikirimkan nina xiou padanya, ia tak memperhatikan ada satu perusahaan yang di sembunyikan Zhi han darinya.sekarang ini, ia sangat berhati hati sekali dalam memilih kontrak kerjasama dengan perusahaan perusahaan yang baru. berbagai rencana setelah membaca detail dokumen tersebut ada di benaknya. kali ini riri tak mau memikirkan kejadian sore tadi. ia pun segera mengganti bajunya dengan penampilan yang simple, memakai topi hitam dan masker, dengan tas ransel kecil di pundaknya. ia mengambil sebuah tas kamera dengan merk Leica. riri yang sekarang sudah menyusuri setiap jalan kota di malam hari. ia memandangi Qibao yang ia singgahi, kota air yang di hiasi dengan kanal kanal yang indah. berbagai bidikan kamera Leica yang ia pegang ia arahkan ke kanal kanal tersebut. namun ada pantulan cahaya yang sempat mengenai kameranya. dilihatnya dari kaca jam tangan besar yang ada ditangannya, seseorang telah mengarahkan beberapa bidikan kamera padanya walau tanpa blitz, yang membuat pantulan cahaya tersebut adalah jam tangan yang pakai orang tersebut, walau tak menampakkan cahaya yang besar. hingga membuat riri langsung memandangi, menangkap sosok lelaki paruh baya dengan topi hitam yang memandang balasan riri. lelaki itu berlari karena ketahuan, namun riri tak tinggal diam. ia pun mengejarnya sambil berlari kencang. ia tahu pasti ada paparazi yang sengaja ingin mengetahui keberadaan dan aktivitasnya. "lagi-lagi terulang,,benar benar membuatku sangat kesal" ucap riri dalam hati sambil terus mengejar lelaki itu di pinggiran jalan kota, aksi mengejar tersebut membuat orang yang melihat mereka bingung.
Zhi han yang sedari tadi terus mencari istrinya sangat putus asa, ia sangat takut riri tersesat, ataupun pergi entah kemana. shanghai bukanlah kota yang kecil untuk dikelilingi. mobil Zhi han berangsur angsur pelan mengitari setiap sudut kota. sampai akhirnya akibat putus asa ia hampir menabrak seseorang yang saling berlarian. Zhi han memperhatikan seseorang yang ada di belakang orang yang hampir tertabrak tadi. yang terus berlari tanpa mendengarkan permintaan maaf darinya. namun..."Bukankah..." ucap Zhi han dalam hati. ia segera menuruni mobil yag dikemudikannya. begitu melihat sosok mata tajam yang berlari melewatinya. zhi han yang merasa yakin dengan seseorang barusan berusaha mengikuti dengan kembali masuk mobilnya dan memutar balik ke arah jalan dimana dua sosok orang saling berkejaran. sampai akhirnya dua orang tersebut sampai di sebuah lorong jalan yang sepi.
"who are you" ucap riri yang tersengal sengal.
lelaki itu hanya tersenyum sinis. riri mendekat dengan kilatan mata yang tajam. dan ingin merebut kamera yang bergantung di tubuh lelaki tersebut. lelaki tersebut mencegahnya dengan gesit menggunakan tangannya yang bahkan mengenai bibir riri. hingga topinya terlepas. riri yang merasa terancam segera melayangkan tinju balasan dan mengenai tubuh lelaki tersebut hingga tersungkur ke tembok. riri yang menguasai seni beladiri muay thai yang sudah memang handal dikelas fighter pun tak mau tinggal diam begitu saja.
"yaa..who are youu!! are you paparazi or.." ucap riri setengah berteriak karena kesal sekali. lelaki itu bangkit dan melayangkan tinjuan kepada riri namun,, Zhi han datang mencegahnya begitu ia yakin itu istrinya. karena sedari tadi ia memperhatikan gerak gerik hingga perkelahian di antara keduanya. ia pun membalas tinjuan dan tendangan tersebut berulang ulang hingga lelaki tersebut tak mampu lagi membalasnya. Zhi han yang lihai dalam seni beladiri judo sabuk hitam memang sudah sangat mahir dalam perkelahian untuk membela diri skill, ilmu dan pengetahuannya serta teknik judo tingkat tinggi sangat layak diacungi jempol walau lawan main yang ia hadapi sekarang cukup gesit dalam perkelahian. hingga ia sedikit kewalahan menanganinya. riri yang melihat lelaki itu lemas tak berdaya di tangan suaminya, segera mengambil camera yang di tergantung di tubuh lelaki tersebut dan menghancurkannya dengan kekesalan ke tembok di samping lelaki itu.
lelaki itu hanya tersenyum menyeringai."ni hui houhui de..hahahaa!! #kau akan menyesalinya!" ucapnya sambil meringis kesakitan dan tertawa. riri yang mendengarnya seketika melayangkan tendangan hampir mengenai wajah lelaki itu, namun dicegah Zhi han." sudahlah..ia sudah tak berdaya, bukankah kaki nya sepertinya hampir retak waktu kau tendang tadi.." ucap Zhi han memegang tangan istrinya. riri yang mendengarnya menatap tajam Zhi han dengan perasaan yang masih bercampur aduk. ia memalingkan tubuhnya dari Zhi han dan berjalan tanpa menghiraukan suaminya. Zhi han pun mengikutinya, namun seketika riri berbalik kembali. menghampiri lelaki itu yang sudah tak berdaya, sambil berucap "yinwei wo yuanliangle wo de zhangfu, but... another time when you meet again..# karena suamiku kau ku maafkan, tapi..lain kali apabila bertemu kembali..kau..." ucap riri sambil tersenyum sinis mendekati wajah lelaki tersebut dan mencengkeram kerah nya..
" i will remember you..laoji Zhe yidian!! aku akan mengingatmu, Camkan itu!!" ucap riri sambil mengambil handphonenya dan memotret wajah lelaki tersebut secara dekat. kemudian ia berpaling meninggalkan lelaki tersebut di iringi Zhi han suaminya yang kagum akan keberanian istrinya barusan.
"apa kau ingin aku yang mengemudi..?" ucap riri di dalam mobil yang tanpa sengaja melihat pergelangan tangan suaminya memar.
"terimakasih sweety...but not.. aku suamimu..mana mungkin ku biarkan kau yang mengemudi dengan emosimu yang tak mereda" ucap Zhi han yang duduk di samping istrinya sambil memandangi kilatan mata istrinya yang masih memendam emosi kekesalan. ia perhatikan penampilan istrinya yang modis, dan juga perban di tangannya. Zhi han sambil memegang kemudi, dengan tangan satunya ia meraih tangan istrinya yang di balut perban, ia pun mengecup tangan istrinya dengan mesra. " maafkan aku sweety.." ucapnya sambil memandang ke depan jalanan. riri yang mendengarnya sedikit terenyuh, dan mencoba memperbaiki suasana hatinya saat ini. peristiwa hari ini membuatnya sangat lelah seharian. inilah yang tak di harapkannya. media shanghai masih penasaran tentangnya, terlebih dengan peristiwa kematian kakak lelakinya, yang mendadak kasusnya ditutup tanpa maksud yang jelas. imbas dari itu, riri pun membekukan perusahaan majalah hasil kaloborasinya dengan saudaranya. hingga perusahaan itu gak terurus. walau james yang mengendalikan sekarang ini, sangat mustahil mengembangkan kembali perusahaan majalah itu. memang sangat di sayangkan dengan kejadian beberapa tahun yang lalu. namun semua riri fikirkan sangat matang dalam mengambil keputusan tersebut. rasanya luka dalam hati riri masih belum bisa sembuh seutuhnya, kehilangan sesuatu yang sangat berharga bertubi tubi membuatnya sangat terpukul sekali. walaupun mencoba bertahan, walaupun terlihat kuat dan tegar namun baginya tetap saja ia manusia biasa yang punya hati dan itu sangat rapuh.
mobil yang di kemudikan Zhi han sampai pada sebuah perbukitan yang tinggi, yang mana ada sebuah pohon besar menghadap kita besar shanghai. lampu malam yang berwarna warni bagai permata terhampar mata riri. sekilas emosinya mulai mereda. ia pun memandangi suasana tersebut, hingga pelukan erat mendekap tubuhnya. " Sorry...Sorry..." ucap Zhi han sambil mengecupi pundak dan leher riri.ia yang merasa bersalah karena tak mampu menjaga istrinya dengan baik.
lama mereka merenungkan semua kejadian hari ini, walau dalam hati Zhi han sempat takut tak akan berhasil menemukan istrinya. kini hatinya mulai tenang setelah seharian ini ia kurang menjaganya. dalam hati Zhi han tak seharusnya para pengawal lain ia tinggal, kalau saja... tapi sudahlah...buat Zhi han sekarang ia mampu melampiaskan ketakutannya dengan mendekap istrinya erat. riri membelai lembut tangan suaminya yang kekar yang sekarang melingkar di pundaknya dan memeluknya. ia pun berbalik dan melayangkan sebuah pertanyaan " haruskah aku mencintai kamu Mr.Zhi.." ucapnya lembut membuat Zhi han lebih ketakutan lagi karena ucapan barusan bagaikan taburan serpihan mutiara halus meleburi hatinya. ia seakan tak percaya dengan ucapan riri.
" do you love me..??" ucap Zhi han dengan mata berbinar binar bahagia.