Luis, Zafran dan Winda segera meninggalkan bandara setelah punggung Lusi menghilang dari pandangan mereka.
Zafran merayu Winda untuk pergi jalan - jalan, dia teringin pergi Zoo namun Luis menolak. "Ayo Aunty...pergi Zoo..Zafran nak pergi Zoo.." Zafran terus merengek.
"No! Uncle tak mau pergi Zoo" ucap Luis kepada Zafran.
"Uncle tak payah pegi, tunggu je kat kreta, weeek..." Zafran menjulurkan lidahnya ke arah Luis yang sedang mengemudi. " Boleh ya Aunty...Zafran nak Zoo..Aunty dah janji masa tu.." Zafran mengerucutkan mulutnya sebagai tanda bahwa dia protes.
"Tapi Uncle kamu tidak ijinkan.." jawab Winda.
"Tak mau tau!, Aunty dah janji dah masa tu..." ucap Zafran masih tidak menyerah.
Winda melirik ke Luis dan melayangkan senyuman lebar coba meminta pendapat Luis, "Bagaimana?"
"Aku tidak suka pergi Zoo, kotor, bau dan panas" jawab Luis. "Tapi jika kamu memaksa...akan Aku pertimbangkan...dan Aku juga punya permintaan" Luis mulai bernegosiasi.
"Apa permintaannya?" tanya Winda penuh curiga.
"Permintaanku.." Luis menghentikan kalimatnya melirik ke Winda, "Aku simpan dulu, akan ku minta saat Aku membutuhkannya.." Luis mulai curang.
Empat puluh menit kemudian, mereka bertiga sampai di parkiran Gembiraloka Zoo, siang itu begitu panas...matahari bersinar dengan terangnya..
Zafran selalu menempel pada Winda, Luis melancarkan aksinya untuk lebih dekat dengan Winda, memanfaatkan waktu yang ada. Luis meraih tangan Winda dengan tangannya yang kokoh, menggenggamnya dengan lembut bagai perisai yang siap melindungi Winda. Zafran tidak membiarkan itu berlangsung lama, dia segera menarik Winda untuk melihat gajah, setelah itu Zafran berjalan di antara Luis dan Winda, Luis sedikit kesal melihat tingkah Zafran yang mendominasi perhatian Winda, Luis mendorong Zafran berjalan di depan , agar Luis bisa menggandeng atau merangkul Winda di belakang..namun Zafran selalu mengacau..dan Winda hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka berdua yang bagai anak kecil semua.
Luis selalu jaga jarak jika mendekati kandang binatang, dia orang yang tidak tahan bau dan jijik melihat kotoran binatang. Yang lebih mengejutkan lagi..Luis menjadi pucat saat mendekati bagian reptil..dia hanya melihat dari kejauhan..tapi Zafran menggodannya... dia menarik Luis mendekat untuk menunjukkan seekor ular besar berwarna coklat gelap, Luis terkejut..dahinya berkeringat, nafasnya tersengal - sengal tangan kirinya memegangi bagian dada, pandangannya terus terfokus pada kakinya, beberapa saat kemudian dia jatuh terduduk di tanah kemudian pingsan.
satu jam kemudian Luis tersadar, dia sedang terbaring di tempat tidur ruang medis Kebun binatang, Zafran tidak henti - henti menangis di samping Luis, Winda memangkunya dan memegangi tangan Luis. Winda juga merasa khawatir sebab Luis pingsan cukup lama.
Zafran segera minta maaf begitu Luis tersadar, dia sangat ketakutan, Zafran merasa bersalah telah membuat Luis pingsan.
Luis merasa baik - baik saja, dia tersadar ternyata Zafran anak yang baik, di usianya yang masih kecil dia sudah berani minta maaf dan mengakui kesalahannya..namun dia tidak sepenuhnya salah karena memang Luis yang mempunyai trauma terhadap ular dan Zafran tidak tau itu..Winda juga bertanya - tanya kenapa Luis bisa sampai pingsan hanya melihat ular, pasti karena ada alasan yang mendalam.
Rupanya sewaktu kecil Luis pernah di lilit ular kakinya saat sedang jalan - jalan ke kebun binatang waktu tamasya sekolah. Nasib baik ularnya tidak menggigit karena sudah jinak tapi lilitan ular di kakinya itu ternyata meninggalkan trauma kepada Luis hingga sekarang.
"Apa kamu sudah baikan?" tanya Winda.
"Aku baik - baik saja, maaf kamu jadi harus melihat sisi lemahku" Luis menunduk mengucapkan kalimatnya.
Zafran di dudukkan di tepi tempat tidur, Winda bangkit dari duduknya dan meraih kedua pipi Luis dengan kedua tangannya..mengangkat wajah Luis hingga sejajar dengan wajahnya..
"It's Ok, bukan masalah besar untukku..kamu tetap pria hebat yang Aku cintai, itu hanya hal kecil dari segunung kelebihanmu..."
Luis tersenyum, dia merasa lega sebab wanita di depannya selalu bisa menenangkan hatinya yang gundah. "Terima kasih sayang..."
"Uncle dan Aunty seperti mom dan daddy" Zafran berkata dengan wajah polosnya.
"Of course, Aunty milik Uncle" Luis berucap dengan sombong seperti telah memenangkan pertempuran. Luis memeluk Winda seperti anak kecil.
"Owh no... sakit disini" Zafran memegangi dadanya dengan kedua tangannya serta berakting meringis kesakitan.
โกโกโก
Zafran tertidur di perjalanan pulang ke rumah, sesampainya di rumah...Luis segera menggendong Zafran yang tertidur di pangkuan Winda, menggendongnya masuk ke dalam sambil tangan kirinya menggandeng Winda.
"Pasutri baru nih" goda kak Lisa tertawa lembut begitu melihat Winda dan Luis.
Wajah Winda memerah dan buru - buru menarik tanganya yang digandeng Luis karena malu tertangkap basah oleh Kak Lisa. "Amin..." jawab Luis menanggapi kejahilan kakaknya.
"Sini biar Kakak saja yang bawa Zafran ke kamar, nikmati saja waktu berdua kalian" Kak Lisa masih tersenyum jahil.
Winda berdiri di taman belakang, menunggu Luis yang katanya mau membuatkan Capucino hangat. Winda memandang ke sekeliling taman yang tertata rapi dan indah, tangannya dilipat di dada menahan udara dingin malam yang mulai menusuk tulangnya. Luis datang membawa dua cangkir capucino di letakkan di meja kayu kecil depan kursi kayu panjang taman, Luis segera mendekati Winda yang nampak kedinginan, " Sudah lebih hangatkah sekarang?" Luis memeluk Winda dari belakang, menaruh dagunya di pundak Winda hingga pipi mereka menempel satu sama lain untuk berbagi kehangatan.
Winda terkejut dengan kedatangan Luis yang tiba - tiba namun tidak memberikan perlawanan atas sikap Luis, sebaliknya Winda merasa nyaman dan merasa begitu hangat kasih sayang Luis kepadanya.
Malam semakin larut, secangkir capucino telah habis di minum oleh Winda. Luis merasa waktu begitu cepat berlalu saat bersama Winda, dia masih enggan mengakhiri kebersamaan malam ini.
"Sayang...bermalamlah disini" Luis meremas lembut tangan Winda.
"Besok Aku kerja" Winda tak berdaya.
"Ayolah...setidaknya biarkan Aku melihatmu terlelap malam ini dan menyapamu di pagi hari saat kamu bangun, please.." Luis menyatukan tanganya memohon pada Winda, berharap Winda akan menuruti permintaannya.
Winda tak berdaya menolak permintaan Luis, mengingat hari ini pria di depannya itu telah banyak berusaha mengalahkan fobianya dan keegoisannya demi dirinya.
"Ok, tapi jika Bunda memberi ijin" Winda mengambil ponselnya untuk menghubungi Bunda.
"Biar Aku yang minta ijin ke Bunda" Luis merebut ponsel yang ada di tangan Winda.
Luis dengan gentleman memintakan ijin Winda menginap di rumahnya kepada Bunda, awalnya Bunda Puspitasari tidak mengijinkan karena tidak baik buat anak gadis bermalam di rumah teman priannya, namun Luis meyakinkan Bunda bahwa mereka tidur di kamar terpisah dan ada kak Lisa serta beberapa asisten di rumah. Entah apa lagi yang dikatakan Luis untuk mendapatkan kepercayaan Bunda hingga dia mendapatkan ijin dari Bundanya untuk bermalam di rumah Luis.
Winda tidak merasa heran kalau pada akhirnya Bunda luluh dengan kata - kata Luis sebab Bunda memang telah menyayangi pria tersebut seperti putranya sendiri. Sungguh jauh berbeda dengan sikap Bunda terhadap Ari mantanya yang terdahulu, sebab Ari memang tak sepandai Luis dalam memikat perhatian dan kasih sayang keluarga Winda. Dari hal ini saja Winda bisa menilai keseriusan Luis dalam hubungan mereka, dia begitu sopan, sayang dan menjaga dirinya serta kedua orang tuannya. Luis tau betul bahwa mencintai seseorang berarti mencintai pula orang tua dan saudara - saudaranya.