"Aku tidak bisa, Aku tidak menyukainya, perasaan suka itu tidak bisa dipaksakan" jawab Lusi sensi.
"Nah..itu kamu tahu jika perasaan suka tidak bisa dipaksakan". balas Luis. Ucapan Luis membuat Lusi terdiam dan tidak mampu berkata - kata lagi, Lusi hanya bisa berlalu pergi dari sisi Luis.
Lusi pergi ke taman belakang rumah, dia duduk di bangku kayu panjang beralaskan rumput yang telah dipotong rapi, langit yang gelap serta awan hitam memayungi hatinya yang mendung. Hatinya merasakan sakit yang teramat dalam, dia merasa akan berhasil mendapatkan hati Luis suatu saat nanti jika selalu setia berada di dekatnya. Lusi berharap cinta akan tumbuh karena mereka terbiasa bersama. Namun kenyataannya berbeda, tidak semanis harapannya.
Hujan turun cukup deras malam ini menambah syahdu suasana hati Lusi yang perih, dia menangis sepuas - puasnya, menjerit di tengah desiran air hujan.
Pagi hari Lusi terbangun dan merasa heran karena telah berada di tempat tidur, bajunya berbeda dengan yang dia pakai tadi malam, dia ingin bangun namun merasa lemas seluruh tubuhnya. Winda segera mendekat karena melihat Lusi yang sudah terbangun dan nampak ingin duduk. "Biar Aku bantu" kata Winda lembut.
"Kenapa kamu disini? pergi" Lusi terkejut, matanya melotot tidak suka akan keberadaan Winda.
"Tenangkan dirimu, semalam kamu pingsan di tengah hujan deras, Luis segera menghubungiku sebab dia tidak tau cara merawatmu. Sekarang Luis sedang mandi, dia terlihat lelah menunggui kamu sepanjang malam, dia khawatir dengan kesehatan kamu. Luis merasa sangat bersalah." Winda menjelaskan agar Lusi tidak salah faham. "Mari Aku bantu kamu untuk mandi, setelah itu biar Aku panggilkan Luis untuk membantumu makan pagi". Winda tersenyum ramah.
Lusi menuruti perkataan Winda, setelah selesai mandi dan berganti baju.. Winda segera memanggil Luis. Luis duduk kursi samping tempat tidur Lusi, Winda memberikan sarapan yang telah di masak oleh Chef Wan kepada Luis, dia menerimanya dan memberikannya kepada Lusi, "Makanlah selagi masih hangat" ucap Luis dingin.
"Aku tidak mau makan".
"Makanlah...kamu butuh gizi yang baik agar cepat sembuh" Winda menasehati Lusi. Kemudian Winda menoleh ke Luis, "Kamu suapin Lusi makan ya? Aku mau menemani Zafran dulu" Winda beralasan, memberi waktu berdua untuk Lusi dan Luis. Kerena saat ini perhatian dari Luis yang sangat dibutuhkan oleh Lusi.
Luis menahan tangan Winda ketika dia hendak pergi, "Aku percaya" dua kata yang terucap dari mulut Winda seakan menjawab semua pertanyaan Luis yang bahkan belum sempat dia ucapkan.
Luis mengerti apa yang diinginkan Winda sekarang, bahwa dia memberikan waktu untuk mereka berdua berbicara dan menyelesaikan masalah mereka.
Luis merasa bahwa Winda adalah wanita yang sangat pengertian, dia begitu memahami perasaan Lusi sebagai sesama wanita.
Luis segera melepas tangan Winda setelah mengerti arti dari tatapan wanita yang dia cintai itu.
Ada rasa iri di hati Lusi melihat kedua pasangan di depannya mecoba saling mengerti satu sama lain.
Bahkan untuk beberapa saat Lusi sempat berandai - andai jika dirinya menjadi Winda dan cita - citanya sejak kecil terwujud untuk selalu mendampingi Luis, maka dia tidak akan pernah menginginkan hal lain, Lusi akan memiliki hidup Luis seutuhnya dan tidak akan membiarkan wanita mana pun mendekat.
Tapi dengan pemandangan barusan, dia merasa heran...bagaimana bisa Winda malah membiarkan Luis berdua dengan dirinya jika Winda memang betul - betul mencintai Luis, apakah Winda tidak sepenuh hati suka dengan Luis? Lusi masih bertanya - tanya dalam hati.
Jelas sikap Lusi dan Winda berbeda dalam menilai cinta, bagi Winda... rasa cinta, suka dan sayang..bukan berarti memiliki pria tersebut secara utuh, bagaimana pun juga Luis masih punya kehidupannya sendiri, Luis punya keluarga, saudara, teman, pekerjaan yang juga harus dia perhatikan.
Jika kita mencintai orang lantas ingin menguasainya secara utuh...itu bukan cinta namanya tapi keserakahan...
Bagi Winda, mencintai berarti saling berbagi rasa, entah itu suka maupun duka..saling menjaga satu sama lain, bukan hanya diri seseorang tapi juga keluarga dan lingkungannya.. itu hubungan yang seimbang dan dapat bertahan lama menurut Winda...
Terlalu mengikat ruang gerak pasangan juga tidak baik, karena pasti pasangan kita akan merasa jenuh, merasa di batasi dan tidak bebas yang memicu pertengkaran dan berujung perpisahan. Membatasi dalam hal yang baik dan di bicarakan terlebih dahulu tidak masalah jika sama - sama tidak keberatan. Intinya..hubungan akan berjalan dengan lancar jika Komunikasi diantara keduanya baik.
"Luis, apa yang Winda punya dan tidak Aku punya sehingga kamu Lebih memilih dia?" tanya Lusi dengan suara yang masih lemah.
Luis terdiam sesaat, kemudian tersenyum sambil menatap Lusi, "Keduanya sama - sama istimewa dan penting buat ku, hanya saja perasaan yang berbeda, Winda mempunyai perasaan yang cocok dengan hatiku. Dan..hatiku lebih suka bersaudara denganmu, sejak kecil Aku sudah menganggapmu sebagai adik kecilku yang selalu manja" Luis menarik hidung Lusi.
"Baiklah... Aku mengalah" ucap Lusi sambil menepis tangan Luis yang menarik hidungnya. "Berbahagialah bersama Winda, besok pagi Aku mau pulang ke Australia, Papisudah merindukan ku". Lusi tersenyum pahit.
"Terima kasih atas pengertianmu" Luis memeluk Lusi. Lusi tidak mampu menahan air matanya yang sudah mau tumpah, dia menangis dalam pelukan Luis.
โกโกโก
Keesokan harinya Luis, Winda dan Zafran pergu ke bandara mengantar Lusi pulang ke rumah Papinya. Kak Lisa tidak bisa ikut karena ada urusan bisnis. "Maafkan Aku Lusi" kata Winda tulus, sebelum Lusi masuk pintu ruang tunggu keberangkatan internasional.
"Bukan salahmu, jaga Luis baik - baik ya? atau Aku akan datang lagi untuk merebutnya" Lusi memaksakan diri untuk tertawa.
Sebenarnya dia masih belum bisa merelakan Luis, bagaimana mungkin Lusi bisa menghapus Luis dari ingatannya secepat itu, sedangkan dia sudah menjadikan Luis raja di dalam hatinya selama bertahun - tahun lalu. Bahkan Lusi mengorbankan cita - citanya dan lebih memilih melanjutkan sekolah kedokteran di University College London (UCL) agar bisa sejajar dengan keluarga Adijaya yang mengelola banyak bisnis yang menguasai Rumah Sakit terkenal dan sebagian besar keluarganya di bidang kesehatan yaitu sebagai dokter.
Sekali lagi Lusi memeluk Luis dengan erat dan menumpahkan lagi air matanya dalam pelukan hangat Luis. Beberapa menit kemudian dia harus segera melepas pelukannya karena bagian Informasi bandara sudah memberikan himbauan untuk chek-in dan Boarding untuk nomor penerbangan yang sesuai dengan tiket Lusi.
Luis, Zafran dan Winda segera meninggalkan bandara setelah punggung Lusi menghilang dari pandangan mereka.
Zafran merayu Winda untuk pergi jalan - jalan, dia teringin pergi Zoo namun Luis menolak. "Ayo Aunty...pergi Zoo..Zafran nak pergi Zoo.." Zafran terus merengek.
"No! Uncle Luis tak mau pergi Zoo" ucap Luis kepada Zafran.