Fitur dari sistem game simulasi kencan untuk meningkatkan status sangatlah menakjubkan.
Jika kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, pilihan yang ada akan berubah warna menjadi abu dan tidak bisa dipilih. Contohnya, pilihan [lari pagi] yang akan menaikkan [kemampuan fisik] tidak bisa dipilih kecuali saat masih pagi. Dan, saat di pagi hari, pilihan itu akan menjadi berwarna terang dan dapat dipilih.
Dan jika ia memilih salah satu pilihan yang ada, Seiji akan memiliki niat yang kuat untuk melakukan apapun yang ia pilih. Jika ia memaksakan dirinya untuk tidak melakukan hal itu, pilihannya akan menjadi abu kembali, dan status yang ingin ditambahkan malah berkurang.
Sebaliknya, jika ia mengikuti niatnya yang kuat dan melakukan apa yang ia pilih, setelah beberapa saat, niatan itu akan menghilang, dan statusnya akan meningkat.
Kesimpulannya, sistem ini sangat menguntungkan dan sangat cocok untuk orang yang malas.
Status yang ingin Seiji tingkatkan sekarang adalah [Kemampuan fisik]. Hari ini ia tidak bekerja, jadi hari ini adalah waktu yang tepat untuk mencoba sistem ini.
Setelah ia kembali ke apartemennya, ia memilih pilihan [olahraga di rumah]
Kemudian, kepalanya langsung dipenuhi keinginan untuk melakukan beberapa gerakan pemanasan, dan setelah itu kepalanya secara otomatis menghitung dengan cepat "satu, dua, tiga,dan empat…" kemudian badannya secara alami bergerak sendiri, dan fokus pikiran Seiji hanya ada untuk berolahraga…
…
*Plop!* Seiji membuat suara seakan-akan ia baru saja keluar dari kolam renang, dan sebenarnya, seluruh tubuhnya sangatlah basah. Keringat mengalir dari semua pori-porinya, dan bajunya yang basah karena keringat mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Setelah terengah-engah, ia melihat ke arah jam.
Whoa, dia telah berolahraga selama tiga jam tanpa istirahat!
Apa!? Pilihan ini pasti sedikit rusak! Sebelumnya ketika ia masih bereksperimen dengan sistem ini, sistemnya tidak sekuat ini!
Apa yang menyebabkan perubahan ini – apa karena statusnya lebih tinggi dibanding saat ia bereksperimen untuk yang pertama kali? Atau karena kali ini ia benar-benar ingin berolahraga?
Seiji tak bisa menemukan jawabannya selagi ia terjatuh ke lantai, lemas karena kelelahan.
Meski hal tersebut sangat berat untuk tubuhnya, efeknya sangatlah jelas; poin kemampuan fisiknya telah bertambah sebanyak dua poin!
Dua poin bukanlah perubahan yang besar. Meski status kemampuan fisiknya sudah bertambah beberapa poin sejak pertama kali berolahraga, setelah itu pertumbuhannya melambat, dan tak peduli seberapa banyak ia berolahraga akhirnya juga penambahan poin itu akan berhenti. Untuk mendapatkan dua poin dengan berolahraga selama tiga jam… memang menakjubkan.
Jika ia bisa menambahkan poin kemampuan fisiknya sebanyak dua poin setiap kali ia berolahraga, akan kah Seiji menjadi seorang atlit yang hebat dalam waktu singkat…? Tidak, pasti tidak segampang itu, tapi... apakah bisa?
Setelah makan siang, ia pergi tidur siang dengan pulas.
Di sore hari, seiji menggunakan pilihan [olahraga di rumah] lagi, dan sekali lagi ia merasakan niatan kuat yang tak bisa ia hentikan.
Sekarang sudah malam.
Mika Uehara telah mengakhiri harinya yang sangat lama di sekolah, dan akhirnya ia kembali ke rumah ditemani teman baiknya.
Setelah sampai dirumah, ia bersantai sepenuhnya, melompat ke sofa dan berguling-guling di sekitarnya.
Ketua OSIS memang sangat keren!
Setelah mendengar keadaan yang dialami Mika dan permintaannya, sang ketua OSIS langsung bertindak, memberikan si bocah pirang ceramah dan peringatan yang.
Sebagai hasilnya si bocah pirang pun menghindari Mika selama seharian penuh.
Meski keluarga bocah pirang itu sangatlah kuat, mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keluarga sang ketua OSIS; peringatan dari ketua seharusnya sudah cukup untuk menenangkan dirinya.
Berhasil mendapatkan bantuan dari ketua OSIS, Mika Uehara merasa lega.
Dan sekarang dia berada dirumah, ia memikirkan seseorang yang memberinya bantuan. Mika merasa perlu berbagi kebahagiaan dan keberhasilannya dengan orang itu.
Mika adalah orang yang bertindak atas perasaannya, lagipula, dia tinggal tepat di lantai atas kamar Mika.
Mika Uehara berjalan ke lantai dua dan mengetuk pintu kamar Seiji.
Untuk membukakan pintunya dengan perlahan membutuhkan sedikit waktu, dan wajah dibaliknya terlihat kelelahan.
Mika Uehara melompat kaget.
"Ada apa, Haruta-kun?"
"Tidak, aku habis berolahraga…" Perkataan Haruta seperti kekurangan energi sampai-sampai hanya terkesan yang berbicara hanya kulitnya saja.
"Olahraga?"
"Hari ini aku tidak bekerja, jadi aku memutuskan untuk berolahraga di kamar dan berkeringat. Aku baru saja selesai mandi."
"Oh…" ia mengangguk, melihat tubuhnya sedikit mengurus ia terkejut.
Tentu, ia masih gemuk, tapi… sepertinya ia sedikit lebih kurus daripada pagi ini?
Pasti hanya imajinasinya saja, yakan? Hanya berolahraga di kamar seharusnya tidak se-efektif ini.
"Bagaimana dengan situasimu?" tanya Seiji.
Mika Uehara mengingat alasannya kesini dan dengan senang hati ia menceritakan apa yang terjadi.
"Sepertinya memang ketua orang yang baik."
"Iya, dia adalah orang yang paling keren! Aku juga akan bergabung dengan klub penggemarnya!"
"… apakah dia perempuan...?"
"Iya, ketua adalah seorang perempuan; dia cantik, ramah, dan sangat keren!" kelihatannya seperti ada bintang yang bersinar di mata Uehara.
Gambaran mental akan keluarga terhormat yang dibayangkan Seiji seakan hancur dalam sekejap.
Awalnya, masalah itu tidak dipikirkannya, tapi beberapa menit kedepan, ia rasa kalau hal ini tidak akan berakhir semudah ini.
Ini karena sang ketua adalah seorang wanita.
Jika ketuanya adalah seorang pria, dengan keluarga yang kuat mendukungnya, memperingati sampah itu untuk menjaga jaraknya dengan Mika pasti akan membuat sampah itu menjauh ketakutan. Tetapi, karena ketuanya adalah seorang perempuan… memperingati sampah itu hanya akan membuatnya ingin membalas dendam.
Seiji hanya bisa berharap kalau kecemasannya tidak benar.
"Meskipun sang ketua sudah bertindak atas permintaanmu, untuk saat ini kamu juga harus berhati-hati."
"Yap, aku akan pulang dengan temanku." Mika mengangguk, sebelum menunjukan rasa malu, "Tapi… untuk pergi ke sekolah…"
"Aku bisa mengantarmu, tetapi…" Seiji sedikit tersenyum.
"Iya, aku tahu. Aku akan mengurus sarapanmu!" Mika tersenyum bahagia.
*Click!* Seiji mendengar suara dari sistemnya sedang menyimpan foto untuk sebuah CG.
Seiji tidak pernah berpikir kalau ia bisa melihat senyuman ini secara 3D.
Hidup yang dipenuhi kebahagiaan setiap harinya – ini adalah kehidupan yang ia inginkan!
Setelah Mika pergi, Seiji kembali ke kamarnya dan melihat dirinya di kaca kamar mandi dengan serius.
Tidak salah lagi; sudah pasti ia bertambah kurus. Meski ia tak tahu berapa berat badannya, ia yakin beratnya turun setidaknya 2.5 kilogram.
Efisiensinya memang sangat luar biasa.
Dengan kecepatan seperti ini, jika ia terus berolahraga selama seminggu, ia bisa mempunyai bentuk tubuh orang normal, atau bahkan menjadi lumayan kuat… tapi bukankah ini akan membuat orang-orang disekitarnya menjadi takut?
Dalam waktu satu minggu, dari otaku gendut dan besar, berubah menjadi seorang pemuda yang kuat… Ini adalah perubahan yang luar biasa – ini bisa menjadi iklan yang sempurna untuk menurunkan berat badan!
Haruskah kecepatannya ia kurangi sedikit?
Kemudian, ketika ia sedang berpikir tentang kemungkinan yang ada, Seiji memutuskan untuk berolahraga dengan seluruh kemampuannya.
Lagi pula sudah ada banyak hal aneh dan menakjubkan di dunia ini, untuk jadi kurus dalam waktu satu minggu tidak akan menjadi masalah yang besar.
Dan setelah menggunakan sistem untuk berolahraga sebanyak dua kali, Seiji sadar kalau ia sebenarnya menikmati perasaan dari meningkatkan level statusnya melalui kerja keras.
Menaikkan level sangatlah menyenangkan; sampai-sampai ia tak bisa menghentikan dirinya.
Keesokan harinya.
Seiji bangun di saat fajar dan langsung memilih pilihan [Lari pagi] setelah keluar dari apartemennya.
"Oh oh oh oh oh!" Seiji merasakan keinginan yang kuat untuk berlari sampai ke ujung dunia, dan di kepalanya tidak berisikan apapun selain berlari terus-menerus.
Ia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya, seberapa lama ia berlari, atau kemana ia berlari, dan di saat ia sadar apa yang sedang terjadi, ia sudah berdiri di depan apartemennya, basah kuyup karena keringat. Terengah-engah seperti anjing di bawah terik matahari, ekspresinya terlihat seperti ikan yang sudah mati.
Hanya berdiri selama beberapa detik di satu tempat menghasilkan genangan keringat dari kakinya.
"Aku…rasanya mau mati…" Dengan lemas ia berjalan ke arah tangga dan tidak melihat kalau ada gadis cantik yang memperhatikannya dari dekat.
"Ha…Haruta-kun?"
"Hm?"
Seiji menolehkan kepalanya ke belakang, dan dari pandangannya terlihat seorang wanita dewasa. Dia berpakaian sangat rapi, dengan dada yang cukup besar, rambut pendek dengan warna merah tua, dan wajah yang halus, dan indah. Mata kuningnya, yang sama seperti milik Mika Uehara, sedang berkonsentrasi padanya.
"Selamat pagi, Tuan tanah."
Orang ini adalah ibu dari Mika Uehara dan juga tuan tanah dari apartemen yang sederhana ini, Nozomi Uehara.
"Selamat pagi, Haruta-kun, apakah anda… baru saja selesai lari pagi?" Nozomi berjalan ke arahnya sambil tersenyum kecil.
Seiji sedikit mengangguk.
"Saya basah karena keringat, rasanya malu kalau dilihat oleh anda."
"Tidak masalah sama sekali, anda sudah berusaha dengan sangat keras… Haruta-kun – tidak heran kalau Mika bilang kalau kamu adalah orang yang berbeda."
Tentu saja Nozomi mengingat Seiji saat pertama ia pindah ke apartemennya. Cara otaku rendahan itu memandangnya membuatnya merasa jijik. Jika saja ia tidak kekurangan penyewa, ia pasti tak akan menerimanya sebagai penyewa.
"Saya tahu kalau dulu saya… sangat buruk. Jadi saya berusaha untuk merubah diri saya, dan saya harap saya belum terlambat." Seiji tersenyum masam,"Saya juga sangat tidak sopan kepada anda, Tuan Tanah. Saya harap anda dapat memaafkan saya."
Ia benar-benar berbeda; otaku gemuk yang sebelumnya tak akan pernah mengatakan perkataan setulus ini.
"Tidak, seharusnya sayalah yang meminta maaf – perlakuan saya sebelumnya… juga kurang baik." Nozomi membungkup dan meminta maaf.
"Dan juga, terima kasih karena anda telah membantu putri saya. Katanya jika bukan karenamu, pasti…" mengingat kembali apa yang dikatakan Mika, wajah Nozomi dipenuhi ketakutan.
Jika lelaki ini tidak muncul saat itu, pasti Mika akan…
"Tidak apa-apa; kebetulan saja saya lewat. Saya pikir semua laki-laki akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi saya." Seiji menggaruk pipinya karena merasa sedikit canggung,"Uehara… Nona Mika juga sudah berterima kasih kepada saya, jadi anda sudah tidak perlu terlalu formal dengan saya."
"Sejujurnya, saya bersyukur kepadamu." Ibu muda itu membungkuk lagi kebawah.
Seiji hanya bisa menerima rasa terima kasihnya.
"Tuan Tanah, apakah anda datang ke sini hanya untuk menunggu saya?"
"Mm… apapun yang terjadi, aku hanya ingin berterima kasih kepadamu secara langsung." Ia kembali berdiri tegap lurus." Putriku harusnya sudah bangun sekarang, dan dia bilang kalau kalian berdua memiliki janji bersama."
"Iya, dia memberiku sarapan, dan saya mengantarnya ke sekolah. Saya pikir itu adalah kesepakatan yang bagus." Seiji terus menggaruk pipinya.
"Hanya sebuah janji?" Nozomi menutupi senyumannya: "Dari apa yang kulihat, Mika sepertinya sangat senang."
Seiji hanya terdiam karena candaan dari ibu muda itu, dan setelah beberapa lama akibat kecanggungan yang ada, ia berkata kalau ia perlu mandi, lalu kabur ke atas.
'Oh, dia menjadi sangat manis. Dan… rasanya ia tampak semakin kurus dan tampan?" Pikir Nozomi, selagi melihat Seiji naik keatas.