"Aduh! Ya Tuhanku, Kakak, ini menyakitkan! Lebih kuat sedikit saja, maka tamat riwayatku!" Di lapangan pelatihan Sekte Dewa Iblis, berdiri seorang pemuda berusia enam belas-tujuh belasan berteriak kesakitan. Tetapi pada raut wajahnya yang kesakitan itu juga terdapat sejejak kenikmatan.
Lin Fan memiliki sebuah rahasia. Dia bukan berasal dari tempat ini, melainkan datang dari Bumi. Tidak hanya rohnya yang berpindah tempat, bahkan raganya pun ikut berpindah.
Saat pertama kali tiba di dunia yang misterius ini, perasaan Lin Fan senang bukan main. Pernahkah kalian membaca cerita novel? Para pemeran utama di buku-buku itu, adakah di antara mereka yang kegagahannya tidak sampai mendominasi orang, dengan kekuatan, kedudukan, harta, kecantikan? Semua hal itu berada di dalam genggaman mereka.
Di depan gerakan sederhana dari tubuh mereka dan pelepasan tekanan yang mengintimidasi, apakah itu keindahan tiada tara atau aliran ilmu tertinggi, semua harus patuh menunduk di depan kaki mereka.
Tetapi sebelum Lin Fan bahkan dapat menyelesaikan lamunannya, dia menyadari ada sesuatu yang janggal. Entah bagaimana dia malah berakhir menjadi samsak latihan para murid sekte iblis. Saat menyadari hal ini, Lin Fan menjadi sangat ketakutan dan membeku di tempat.
Dia baru saja berpindah dunia dan malah berakhir sebagai samsak. Ini benar-benar tidak masuk akal.
Bahkan jika dia berakhir menjadi seorang sampah yang tidak berguna pun, tidak masalah. Tetapi setidaknya mereka membiarkannya bersembunyi dalam penyamaran.
Namun sebaliknya, dia hanya menjadi samsak belaka. Kejadian ini hanya membuat Lin Fan bungkam dan patah hati sampai membuatnya diam-diam menangis selama berhari-hari.
Di tahun pertamanya setelah tiba di Sekte Dewa Iblis, Lin Fan masih sangat bodoh. Rasa sakit yang dia alami juga sangat tidak manusiawi, hampir ke titik di mana dia dipukuli menjadi sampah kelas rendah.
Jika bukan karena Sekte Dewa Iblis yang masih memiliki sedikit hati nurani dan memberikan buku panduan pelatihan fisik kepada para samsak, dia pasti sudah lama mati.
<
Saat Lin Fan pertama kali memperoleh buku panduan latihan ini, hatinya sungguh senang. Dari namanya saja sudah cukup keren dan kuat. Jika dia dapat menguasai teknik ini, dia akan menjadi tak terkalahkan, bukan?
Tetapi saat Lin Fan mulai berlatih dan bereksperimen sedikit, dia menyadari bahwa ini semua hanya tipuan.
<
Bahkan jika dilatih hingga mencapai tingkat ketiga, menurut buku panduan setelah mencapai Tubuh Iblis Kelas Titanium, teknik ini masih dapat dikalahkan oleh para murid dalam satu tembakan senjata.
Tetapi syukurlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka yang tabah. Bahkan Tuhan pun tidak tega menyaksikan takdir Lin Fan yang mengenaskan. Dengan demikian, pada suatu bulan dalam terpaan angin dan kelamnya malam, setelah Lin Fan selesai menceritakan hidupnya kepada putri bangsawan di dalam mimpinya, dia tiba-tiba menemukan bahwa dia memiliki sebuah sistem data.
Lin Fan menelitinya secara singkat, tetapi tidak menemukan adanya kecerdasan buatan apa pun yang muncul di cerita novel. Temuannya ini bergantung seluruhnya kepada dirinya sendiri untuk dia pecahkan.
Adapun sistem data, pada awalnya Lin Fan tidak begitu memahaminya. Tetapi kemudian, dia menyadari bahwa di bawah papan data karakternya juga merupakan data dari teknik <
Biasanya, seusai kegiatan hariannya menjadi samsak, Lin Fan segera pulang untuk makan lalu berlatih. Bagaimanapun juga, jika dia tidak menguasai teknik <
Tetapi sekarang, Lin Fan kembali menunggu waktu di mana dia akan dihajar oleh para murid kemudian kembali pulang untuk tidur dan melanjutkan lamunannya yang fantastis.
Setelah Lin Fan menjerit pada seorang murid yang berwajah merah, dia membuka papan karakternya. Setelah memeriksanya dengan saksama, tampaknya dengan sedikit usaha, teknik <
Walaupun menurut buku panduan teknik <
Nama : Lin Fan
Tingkat : 1
Poin Pengalaman : 0
Keahlian Bela Diri : <
Lin Fan melihat papan karakternya sendiri dan merasa sedikit muram. Tingkat karakternya masih berada di tingkat 1 dan masalah menaikkan peringkat, bukannya dia tidak pernah memikirkannya. Hanya saja dia tidak pernah bisa menemukan caranya.
Setahun telah berlalu sejak kedatangannya ke dunia ini. Meskipun dia masih belum meninggalkan Sekte Dewa Iblis, Lin Fan masih mencari tahu tentang tingkat kultivasi di dunia ini.
Prasurgawi, Pascasurgawi, Perisurgawi, Surgawi Rendah, Surgawi Tinggi …. Setiap tahap dibagi lagi menjadi sembilan tingkat.
Lin Fan menyadari bahwa itu tidak hanya terbatas untuk ini. Tetapi karena dia hanyalah seorang sasaran pukul, untuk dapat menyelidiki hal sebanyak ini saja, sudah cukup bagus.
'+1.'
'+1.'
'+1.'
Pengalamannya untuk teknik <
Selain itu, pukulan yang mengenai tubuhnya terasa sangat lemah dan tidak bertenaga. Dia bahkan berpikir bahwa mereka seharusnya tak berhenti memberinya pengalaman sama sekali
Benar saja, segera setelah dia memikirkan hal itu ….
'+0.'
'+0.'
'Benar-benar, sampah ini tidak bisa melanjutkan lebih jauh lagi. Dia bahkan tidak memberikan poin pengalaman lagi …. Tidak ada gunanya lagi melakukan ini.'
Lin Fan melihat ke sekeliling samsak lainnya, suara teriakan mereka menggema di angkasa seakan mereka sedang mengalami rasa sakit terhebat yang pernah mereka rasakan di sepanjang hidup mereka.
Di Sekte Dewa Iblis, tidak seorang pun peduli jika samsak mereka terbunuh. Mereka hanya akan menggali lubang lalu mengubur mereka dan melupakannya.
"Kenapa kau tidak berteriak?" ujar sang murid yang sebelumnya melihat Lin Fan berteriak kesakitan sekarang hanya melihat-lihat, percikan amarah menyala di dalam hatinya. Saat si samsak menjerit sewaktu dipukuli olehnya, meskipun kelelahan, dia masih akan sangat bersemangat dan merasa bahwa dia sangat kuat.
Tetapi sekarang dia merasa marah.
Lin Fan, yang merasa dia tidak bisa membuang waktunya lagi, melihat murid sekte di hadapannya dan berkata, "Bicara apa kau? Bersandiwara itu sangat melelahkan, tahu? Pukulanmu itu sangat lemah seperti banci."
Wajah si murid yang mendengar kalimat hinaan ini mulai memucat lalu membiru dan matanya mulai gemetar karena marah.
Lin Fan melihat raut wajah si murid sekte dan tertawa terbahak-bahak "Pertunjukan ekspresi wajahmu tidak buruk. Pulanglah dan minum lebih banyak susu. Kau terlihat seperti sedang menggaruk gatalku."
"Kau …. Kau!" Sang murid hanya bisa membisu dan suaranya terdengar tercekik, matanya yang sebelumnya agresif tiba-tiba berubah menjadi berkaca-kaca.
"Waah … kau menggertakku! Pukulanku tidak lemah!"
Lin Fan seketika tercengang, melihat si murid berlari sambil menangis meninggalkan lapangan pelatihan seperti bayi yang tak bercelana.
Sebagai seorang murid sekte iblis, bagaimana bisa dia selemah itu?
Lin Fan menggelengkan kepalanya, tak mau menghiraukan orang itu lagi. Dia mulai memikirkan cara untuk menaikkan tingkatnya dengan cepat.
Tingkat ke-4 <
Lin Fan berdiri terdiam sambil menopang dagunya. Dia melihat ke sekeliling kumpulan samsak dan murid sekte saat bibirnya membentuk senyuman simpul.
Tampaknya mode mengejek perlu diaktifkan. Lin Fan mengumpulkan napasnya lalu meraung dengan keras.
"Semuanya berhenti, ada sesuatu yang ingin kukatakan …."
Raungan Lin Fan benar-benar dapat menyaingi jurus Auman Singa di dalam novel-novel. Bagi Lin Fan, bukankah ini hanya kompetisi untuk melihat siapa yang bersuara paling keras?
Sewaktu di Bumi, Lin Fan adalah pemimpin olahraga di kelasnya. Bagaimanapun juga, tidak akan baik jika suaranya tidak keras.
Para murid yang sedang berlatih dengan samsak pun terhenti oleh raungannya.
Para samsak yang tengah menjerit kesakitan, dengan wajah yang dipukuli hingga lebam dan membiru, menoleh ke arah Lin Fan. Mereka tidak yakin akan apa yang hendak dilakukan oleh rekan sesama samsak mereka itu.
Pada saat ini beberapa orang samsak buru-buru menarik napas mereka sambil menunggu gelombang serangan selanjutnya.
Kapan hari-hari seperti ini akan berakhir?
Katanya, jika mereka melatih teknik <
Tetapi mereka tahu itu tidak mungkin setelah memikirkannya. Lagi pula, beberapa senior samsak yang sudah berada di sini selama beberapa tahun, mereka bahkan hanya bisa mencapai <
Untuk mencapai tingkat ketiga, itu hampir mustahil.
Pada saat ini, para samsak hanya bisa tercengang setelah mendengar perkataan Lin Fan selanjutnya dengan satu rangkaian kalimat yang sama menggema di kepala mereka masing-masing "Orang ini akan dipukuli sampai mati."
"Jangan melihatku dengan raut kebingungan begitu. Kalau boleh jujur, di mataku, semua orang di sini adalah sampah mutlak …." Lin Fan, dengan satu tangan di belakang punggungnya, berbalik mengadap ke arah murid-murid sekte luar dan memberi isyarat kepada mereka dengan jarinya.
….