Hari ini adalah hari yang baru.
Seperti biasa, Seiji pergi keluar untuk lari pagi dan kembali ke rumahnya sehabis bermandikan keringat.
Setelah mandi, ia bersiap-siap untuk membuat sarapannya. Sejujurnya, ia sedikit kecewa karena ia tidak bisa lagi diberikan sarapan oleh seorang gadis yang cantik.
Tepat saat ia berpikir demikian, ada ketukan di pintunya.
"Nona Uehara?"
Si cantik berkuncir ini cemberut setelah mendengarkan hal ini.
"…Mika?"
Akhirnya ia menujukkan senyum kepuasannya.
"Untukmu!" Mika memberikan kotak makan yang ada di tangannya.
"Oh, tapi ini…"
"Dia… dia sudah terbiasa memasaknya, jadi ia kebiasaan membuat porsi lebih, itulah yang ibu katakan pagi ini!" Mika mengalihkan pandangan menunjukan sedikit perasaan malu."jadi ini ada sarapanmu untuk hari ini dan untuk kedepannya... yah, mungkin kami akan membuatkan sarapan untukmu sewaktu-waktu."
"Terima kasih, tapi apa tidak masalah…"
"Tidak apa-apa; ini hanya makanan untuk satu orang saja. Sebagai… gantinya, jika ada pekerjaan yang memerlukan kekuatan fisik di sekitar rumah kami, kamu harus keluar untuk membantu!" Ia melihat kembali menuju matanya.
Seiji terkejut untuk sesaat, sebelum menunjukan senyuman lembut yang memenuhi seluruh bibirnya.
"Terima kasih… pasti akan kulakukan."
Senyumannya tidak masuk akal karena keindahannya, ahh! Mika merasakan kalau mukanya memanas lagi.
Setelah berbicara dengan ibunya kemarin malam dan memutuskan perasaannya, ia merasa kalau ia tak lagi bisa melihat Seiji dengan normal. Setiap kali ia melihatnya, ia merasa gugup di dalam, dan detak jantungnya seperti terus bertambah cepat.
Hanya dengan mendengarkan suaranya sudah bisa membuat pipinya memanas.
Ahhhhh – dia tak bisa mengatasinya lagi!
"Aku… aku akan berangkat ke sekolah!" ia berbalik dan meluncur pergi, memperlihatkan Seiji punggung dan rambutnya yang dikuncir itu tergoyang-goyang di udara.
"Hati-hati!" Seiji sedikit prihatin dengan perjalanannya.
Lalu, ia kembali ke kamarnya dan langsung menikmati sarapannya.
Ketika ia membuka kotak makan itu, Seiji terdiam; ia sadar kalau masakan yang ada di dalam sangatlah berbeda dari yang biasanya dimana masakan yang ini terlihat seperti dimasak oleh seseorang yang tidak berpengalaman.
Ia langsung menyadari kalau sarapan yang ia masak sebelumnya adalah masakan tuan tanah, dan yang ini pasti dibuat langsung oleh Mika Uehara!
Ia membayangkan gadis berkuncir itu akan bangun saat fajar dan dengan ceroboh memasak dibawah panduan ibunya.
Telurnya sedikit gosong, cumi-cuminya terlipat-lipat menjadi bentuk yang aneh, dan mentimun ini… bagaimana bisa ia memotong timun ini hingga membuatnya terlihat seperti bahan dalam resep masakan sihir hitam.
Seiji menghela nafas panjang.
Ia tak bisa memakan masakan ini dengan tenang.
Mika Uehara sekarang sedang berjalan di bawah terik matahari.
'Sekarang ia pasti sedang memakan sarapannya… aku ingin tahu apa yang sedang dipikirkannya' jantungnya terus berdetak selagi memikirkan hal ini.
"Ahh – Ibu… dia memaksaku untuk memasak untuknya, tapi ini akan langsung ketahuan… ini sangat memalukan!" ia menyentuh pipinya dan menyadari kalau pipinya memanas.
"Aku… aku mengakuinya, aku memang sedikit suka kepadanya, tapi ini terlalu cepat. Urgh, ini semua salah ibu!"
Nozomi Uehara bersin selagi mencuci piring dirumah.
Tidak peduli seberapa malunya Mika, ia sudah membuat sarapannya,jadi tidak ada hal yang bisa ia lakukan lagi.
'Aku harap ia akan menyukainya…"
Ini adalah pertama kali di hidupnya ia membuatkan makanan untuk laki-laki, humph…
Di saat Mika hilang dalam pikirannya, seseorang tiba-tiba muncul dari gang sekitar.
Orang itu memiliki pakaian kotor, rambut berwarna yang kotor, dan mata yang merah.
"Ini semua karenamu, dasar jalang!" bocah pirang sedang menatap gadis di depannya dengan ganas; ia merasa kalau ia sudah terjatuh ke neraka karena keluarganya yang bangkrut, dan sekarang ia telah kehilangan akal sehatnya.
Semuanya karena ***** yang berada di depannya, dia telah kehilangan semuanya!
Dia akan membalaskan dendamnya!
Dia akan menghancurkan jalang ini!
Dia akan membunuhnya!
Mika Uehara merasa ketakutan melihat aura yang dipancarkan oleh bocah pirang itu, dan pikirannya dibekukan perasaan takut; namun, tidak lama setelah itu, ia langsung membalikkan badan dan berteriak meminta pertolongan.
"Tolong! Seseorang selamatkan aku—"
"Jangan lari, dasar jalang sialan!"
Selagi menghinanya, bocah pirang mengeluarkan pisau dan berlari ke arahnya.
Dia sangat cepat dan dia dapat mengejarnya dalam sekejap.
Mika Uehara sangat ketakutan saat merasakan kalau bocah pirang itu sudah dekat dengannya, setelah itu, seseorang yang ia kenal muncul di depannya.
"Haruta-kun… Seiji!"
Seiji, yang sedang menyebrangi jalan, membuka matanya dengan lebar dan tercengan dengan apa yang ia lihat. Ia pun berlari kesana dengan cepat.
"Mika!"
Ia harus kesana dengan cepat!
Tapi sudah terlambat.
Bocah pirang sudah menjangkau Mika beberapa langkah sebelum Seiji, dan ia menusukan pisau ke punggungnya dengan keji.
*Splurt!* Darah langsung menyembur kemana-mana.
Ekspresi Mika langsung membeku, sedangkan Seiji merasakan sesuatu yang dingin di dalam hatinya, diikuti dengan rasa marah yang hebat.
"Bajingan!" Ia berteriak dan menendang bocah pirang itu dengan keras.
*Smack!*
Bocah pirang tu terjatuh, dan dia menjatuhkan pisaunya.
Tapi terlambatlah sudah.
Seiji memegang Mika yang terjatuh, dan ia melihat darahnya dengan cepat menyebar dari punggungnya.
Di tangannya, Mika berkedip dan melihat ke arahnya.
Ahh! Badannya terasa sangat dingin.
Mika Uehara merasa kalau ia melihat banyak hal, dan kemudian ia tidak melihat apa-apa lagi, dan hal terakhir yang ia lihat adalah wajah cemas seorang pemuda, yang sedang bersedih.
Ia melewati berbagai rintangan untuk menjadi setampan itu; kenapa ekspresinya sangat buruk?
Ia ingin tersenyum kepadanya, tetapi ia tak bisa, dan sesuatu seperti mengalir dari ujung matanya.
Wajah pemuda itu memutar; semua fitur wajahnya mulai berubah dan dipenuhi dengan penyesalan dan rasa sakit.
Ini bukan salahmu… jangan berekspresi seperti itu, Haruta-kun…bukan, Seiji.
Terima kasih karena telah datang untuk menyelamatkanku.
Ia membuka dan menutup mulutnya, mencoba dengan segala kekuatannya untuk mengeluarkan kata-kata yang ingin ia katakan.
"apakah sarapannya…enak?"
Kemudian ia tidak melihat apa-apa selain kegelapan.
"Ahhhhhhh! Sialan!"
Seiji memeluk tubuh gadis yang dipenuhi dengan darah itu dan mulai berteriak dengan keras.
Hanya beberapa langkah – bahkan tidak sampai lima detik!
Kejadian yang seharusnya sudah berakhir ini malah membawanya ke kesimpulan yang buruk!
Kenyataan memang adalah permainan terburuk!
Namun…
Beruntungnya, ia masih memiliki file yang ia simpan
Load!!
Dunia disekitarnya menjadi gelap sebelum menjadi terang kembali.
Seiji berada dirumahnya, duduk di kasurnya.
Ini saat pagi hari tadi, disaat ia baru bangun.
Jika ada kejadian yang gawat, Seiji selalu menyimpan data setiap ia bangun.
Kali ini ia tak akan membiarkan kejadian ini terulang kembali!
Ia tidak pergi melakukan lari pagi seperti biasanya; malahan ia dengan tenang ia berdiam dikamarnya.
Di waktu yang sama seperti yang ia ingat, ada yang mengetuk pintunya.
Ketika ia membuka pintu itu, ia melihat seorang gadis membawakan kotak makan kepadanya.
Tidak ada pisau, tidak ada darah, dan dia masih aman.
"Haruta-kun… matamu sedikit merah – apakah ada sesuatu yang terjadi?" Mika Uehara sedikit khawatir kepadanya.
"Tidak apa-apa, mungkin Cuma debu yang masuk ke mata." Seiji tersenyum kemudian berkedip, "Bagaimana denganmu – apakah ada sesuatu yang kamu pikirkan?"
…
Di perjalanannya ke sekolah, Mika terus melirik kearah lelaki yang berada disampingnya itu.
Ia ingin pergi ke sekolah setelah memberinya sarapan, tetapi setelah menerima sarapan itu, Seiji memaksanya untuk meneruskan janjinya yaitu untuk mengawalnya ke sekolah.
Seiji bersikukuh untuk melakukan hal tersebut, sehingga Mika tidak bisa hanya bisa mengikutinya.
Apakah Seiji memaksa untuk menemani Mika karena ia tidak ingin berhutang budi? Saat memikirkan hal itu, Mika merasa sedikit kecewa.
Tiba-tiba seseorang berlari kedepannya.
Dia berpakaian kotor, rambut kotor yang diwarnai, dan mata yang merah.
"ini semua karenamu, dasar jalang sialan!"
Mika Uehara merasa ketakutan karena aura berbahaya yang dipancarkan oleh bocah pirang itu, dan pikirannya membeku karena ketakutan, kemudian, sebuah bayangan besar melindunginya dari depan.
Orang itu adalah Seiji Haruta.
Seiji berdiri di depannya, seperti tembok yang besar.
Dia sudah menunggu bajingan ini.
"Mika, mundur dan telponlah polisi." Ia membisikkan kepada gadis itu. "Serahkan bajingan ini kepadaku. Aku akan melindungimu."
Ia mengingat pemandangan seorang gadis yang dipenuhi darah dan dengan diam bersumpah kalau ia tak akan membiarkan kejadian itu terulang kembali!
"Pergi dari hadapanku!" bocah pirang itu berteriak dengan marah kearah Seiji dengan menunjukan pisaunya.
Dengan berani Seiji menangkis serangannya, menggunakan kedua tangannya untuk memegang pergelangan tangan bocah pirang yang sedang memegang pisau itu, selagi menendangkan kakinya ke arah selangkangan si bocah pirang dengan kekuatan yang besar.
*BAM!* setelah berbenturan, ada suara seperti sesuatu telah pecah.
Ekspresi gila bocah pirang itu akhirnya membeku.
Kemudian bocah itu berteriak seperti ia hampir mati.
Aku tidak akan pernah memberitahumu kalau kau berhasil di percobaan pertamamu, jadi aku harus memuat ulang.
Aku tidak akan pernah memberitahumu kalau untuk mengalahkanmu aku harus memuat dua kali.
Aku tidak akan pernah memberitahumu bahwa untuk menggunakan kesempatan emas melindungi diri ini dan membuatmu cacat seumur hidup, membiarkanmu menjadi tidak berguna, aku harus memuat tiga kali.
Aku kembali ke situasi ini sebanyak enam kali!
Seiji dengan kejam memukuli bocah pirang itu selagi berteriak seperti orang gila dan membuat teriakan aneh.
Mika Uehara melihat ini semua dengan mulut terbuka lebar.
Ia tak bisa memikirkan bagaimana lelaki ini, yang dulunya hanya seorang otaku lemah, bisa dengan berani menangkis serangan dari orang yang berbahaya.
Dan tidak ada cara supaya ia bisa mengerti kenapa pergerakannya sangat akurat selagi dia menghancurkan si bocah pirang.
Yang hanya bisa ia lihat hanyalah bayangan gelapnya, dan perkataannya yang terus terngiang di telinganya.
"Mundur, Mika. Aku akan melindungimu."
Sesuatu yang panas mengalir dari jantungnya, membakar dadanya, mengalir ke seluruh tubuhnya, dan hampir membuatnya berteriak dengan keras.
Seharusnya Mika tidak seperti ini, ia harusnya mengamati apa yang terjadi dengan tenang dan mengkhawatirkan apakah dia terluka atau tidak.
Tetapi ia hanya bisa terdiam disana dan merasakan keajaiban yang turun kepadanya.
Kakinya gemetaran, dan sesuatu keluar dari ujung matanya,
Ahh!! Ia tak bisa menahannya untuk lebih lama lagi.
Disaat ini, Mika Uehara dengan jelas merasa kalau ia sudah jatuh cinta dengan pemuda bernama Seiji Haruta ini.
…
Setelah itu, semuanya terjadi seperti yang diharapkan.
Kamera di pinggir jalan merekam semuanya. Bocah pirang itulah yang bermaksud untuk melukai seseorang, dan Seiji bertindak sebagai aksi perlindungan diri.
Di saat situasi seperti itu, seorang pemuda yang tidak mengetahui ilmu bela diri sama sekali, tidak sengaja memberikan serangan yang berdampak permanen, dan karena itu lukanya dapat dimaklumi.
Faktanya, untuknya bisa tenang dan dengan akurat bisa menghentikan kejahatan ini sudah sangat menakjubkan.
Dan dengan begini, kejadian ini diakhiri.
…..
Hari ini adalah hari baru
Mika Uehara memegang kotak makan di tangannya dan ingin mengetuk pintu kamarnya.
Tetapi ia ragu-ragu, meletakkan kotak makan itu ke lantai , dan menarik keluar kaca kecil untuk mengecek penampilannya sekali lagi.
Jika ibunya bisa melihat apa yang ia lakukan, ia pasti akan tersenyum malu dan berkata, "Ya ampun, hari ini kamu sudah mengecek penampilanmu beberapa kali sebelum pergi keluar."
Okay, sempurna.
Ia menyentuh dadanya dan mencoba untuk menenangkan detak jantungnya yang cepat itu, sebelum mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.
Disaat yang sama, pintu itu tiba-tiba terbuka.
"Aku merasakan kalau ada seseorang yang berdiri diluar," Ia tersenyum ke arah gadis itu yang sekarang sedang terdiam.
"A…Argh! Jangan menakutiku seperti itu!"
"Haha, maaf." Seiji melihat wajah mika dengan seksama dan merasakan perasaan lega di hatinya. "Selamat pagi, Mika."
"Mm.., selamat pagi!"
Gadis yang tersenyum bahagia di pagi hari itu sepertinya dapat menyinari seluruh dunia.