Mendengar kata-kata Shi Guang, Pelatih Wu Xing pergi dengan luapan kemarahan. Tetapi, setelah Wu Xing pergi, He Xinnuo datang menghampiri Shi Guang sekali lagi. Wajahnya benar-benar suram dan pucat mengerikan, sambil menatapnya tajam dengan tatapan seperti es ia berkata, "Kau pasti sekarang sangat senang, kan?"
Shi Guang mengangkat bahunya ringan. "Tak ada hal yang menyenangkan karena menang melawan orang sepertimu."
"KAU!!!" He Xinnuo tampak sangat murka hingga giginya beradu dan matanya tampak seperti menghujamkan sebuah belati ke arah Shi Guang. Ia melanjutkan bicaranya sambil menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah Shi Huang, "Suatu hari, kau akan kalah dariku! Surga itu adil dan tak akan membiarkanmu mendominasi segala hal secara sepihak selamanya!"
Senyum di bibir Shi Guang berangsur menghilang dan ekspresinya berubah dingin dan beku. "Kau benar. Surga itu adil. Kau akan mendapatkan apa yang sudah kau berikan. Segala hal yang aku miliki sekarang adalah hasil semua kerja kerasku sendiri! Jadi, jangan berpikir kau satu-satunya orang yang paling malang, He Xinnuo! Tanpa kemampuan dan kerja keras, tak peduli seberapa banyak pemimpin yang kau goda dan dekati, kau tak akan pernah bisa meraih gelar juara!!"
Setelah Shi Guang selesai berbicara, ia berbalik dan meninggalkan He Xinnuo.
Melihat pemandangan punggung Shi Guang, wajah He Xinnuo berubah menjadi semakin masam melebihi apapun. Kecemburuan dan kebencian telah menggerogoti hatinya seperti seekor ular yang berbisa.
Tak tahan akan hal itu, He Xinnuo meneriaki Shi Guang, "SHI GUANG! JANGAN KAU BERPUAS DIRI SEKARANG! TIDAK! SUATU HARI, AKU AKAN MENANG MELAWANMU! AKU AKAN MEMBERI TAHU SEMUA ORANG BAHWA KAU, SHI GUANG, TIDAK AKAN PERNAH BISA DIBANDINGKAN DENGANKU, HE XINNUO!"
...
Dengan adanya dukungan dana dan pekerjaan sebagai pelatih renang khusus privat, kesulitan finansial Lin Fan sekarang bisa teratasi. Meskipun orang yang menandatangani kontrak dengan Shi Guang adalah Ma Lesheng, tapi yang menyewanya adalah Nyonya Shen. Dalam hati, Shi Guang ingin berterima kasih terutama kepada Nyonya Shen. Oleh karena itu, ia tiba setengah jam lebih awal dari waktu yang telah ditentukan pada pertemuan pertamanya.
Ketika ia sedang menunggu seseorang untuk menyambutnya, Shi Guang menelepon Li Fangfei dan menanyakan sesuatu dengan gelisah, "Beritahu aku, Nyonya Shen yang akan aku latih ini... Apakah ia seseorang yang ramah dan mudah bergaul?"
Li Fangfei segera meyakinkannya, "Ia secara spesifik menyebutkan bahwa ia menginginkanmu. Jadi, ia pasti menyukai dan mengagumimu. Kau tidak perlu khawatir tentang apapun. Latih saja seperti sebagaimana semestinya, dan semua akan baik-baik saja."
Shi Guang terkekeh, "Baik, aku pasti akan melatihnya dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya itu, aku juga akan berterima kasih banyak kepada Nyonya Shen ini!"
"Kalau begitu, bergegaslah dan masuk. Jangan menunggu di luar lagi." Dalam kenyataannya, Li Fangfei sebenarnya lebih khawatir dan cemas daripada Shi Guang.
Shi Guang berdiri di sebelah kaca sebuah mobil dan memainkan rambutnya sambil terus berbincang dengan Li Fangfei di telepon,"Aku sedang menunggu seseorang untuk menerimaku. Ada sebuah mobil jip hitam yang parkir di depanku. Hmm, mobil itu tampak sangat bagus jadi... aku putuskan untuk bercermin dari kaca mobilnya juga! Mobil bagus memang membuat orang juga terlihat bagus! Bahkan melihat cerminan diriku melalui kacanya saja membuatku terlihat lebih cantik!"
"Kalau begitu, jangan mengintip sampai si pemilik mobilnya memutuskan untuk keluar."
"Mana mungkin...!" Sebelum ia selesai berbicara, kaca jendela mobil itu turun. Ia melihat orang yang berada di kursi supir yang salah satu tangannya sedang memegangi kendali setir dan tangan satunya bersandar ke jendela mobil. Matanya agak dibuka sedikit, menatap ke depan seolah-olah tak ada orang selain dirinya di sana.
Shi Guang menjadi kaku.
Seketika itu juga ia merasa seolah tersambar petir.
Lu Yanchen...!
Walau ia mengenakan kemeja putih yang sama, tapi ia tidak terlihat seformil sebelumnya. Kemejanya hanya dikancingkan sampai kancing kedua dari atas, membuatnya terlihat santai dan kasual.
Matanya melirik sedikit. Dengan begitu keduanya saling bertemu pandang dalam beberapa detik. Shi Guang yang pertama mengalihkan pandangannya seiring jantungnya berdegup dengan begitu kencangnya. Sekarang, kepalanya berdengung seakan ada seribu lebah yang sedang terbang dengan liar di dalam kepalanya.
Lu Yanchen juga mengalihkan pandangan dan mengarahkannya ke arah depan.
Tak satupun dari mereka berbicara.
Setelah beberapa saat, kaca mobil itu dinaikkan kembali seraya mesin mobil dinyalakan. Di bawah mentari yang cerah, ia pergi dengan mobilnya, meninggalkan gumpalan asap dan debu.
Secara tak sadar, pandangan mata Shi Guang mengikuti mobil yang berlalu pergi itu.
Sebenarnya, bukankah baru dua tahun? Mengapa rasanya seolah-olah ia telah jatuh cinta kepada Lu Yanchen sejak zaman dahulu? Segalanya memang sudah berakhir sejak lama sekali. Barangkali memang Shi Guang saja yang belum mampu merelakannya.
Itulah mengapa hanya ia yang sakit hati...
"Hai, Anda yang di sana! Maaf karena membuatmu menunggu lama!" Sebuah suara yang nyaring dan renyah memanggilnya. Seorang staf pelayan yang sudah semestinya menerimanya telah tiba.