"Tidak apa-apa!" Shi Guang tersenyum lembut. Seolah-olah ia sedang membalas baik ke orang yang tadi berada di sini untuk menerimanya dan juga kepada dirinya sendiri.
'Benar! Aku tidak apa-apa!'
Melajang juga menyenangkan kok!
Shi Guang menutup kedua matanya. Sambil menghadapkan wajah ke sinar mentari, ia tersenyum.
...
Dengan bertopang dagu, Shi Guang melihat air yang jernih di depannya sambil menunggu murid yang akan ia latih dengan amat sabar.
'Saat kau melihat pemandangan di jembatan, seseorang juga sedang memandangimu dari balkon.'
Saat Shi Guang sedang melihat air biru yang jernih, Lu Yanchen juga sedang memandanginya dari kaca jendela atas sambil menggigit bibirnya. Ia tampak sedang berada dalam lamunan, tidak bergerak sama sekali.
Detik dan menit pun berlalu. Namun, murid yang semestinya Shi Guang latih tak kunjung tiba. Mendadak ia ingat bahwa dalam kontraknya telah disebutkan bahwa murid itu menderita vertigo air. Apakah ia memutuskan untuk tidak datang karena ia takut?
Bagaimanapun, memang Shi Guang hanya bisa memberikan waktu lebih selagi muridnya mempersiapkan mental. Lagipula, Shi Guang memang seorang penyabar. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Telepon dari Ma Lesheng. Ia mengatakan kepada Shi Guang, "Klien Anda sedang ada urusan mendadak dan pertemuan hari ini akan dibatalkan dulu. Pertemuannya akan dimulai secara resmi besok."
"Baik, tidak masalah,"
Setelah pulang, Shi Guang mencari tahu tentang vertigo air dengansungguh-sungguh. Shi Guang menyadari bahwa vertigo air sesungguhnya sangat mudah ditangani. Selama ada seseorang yang cukup sabar untuk melatihnya dengan sebaik-baiknya, maka tidak akan ada masalah apapun.
Hari kedua. Shi Guang tiba setengah jam lebih awal sama seperti hari sebelumnya.
Namun kali ini, ia tidak berani bermain-main seperti bercermin di kaca mobil yang terparkir lagi karena takut ia akan bertemu dengan Lu Yanchen sekali lagi.
Setelah memasuki aula latihan khusus VIP, Shi Guang pergi untuk berganti baju dan menyiapkan persiapan pelatihan. Begitu keluar dari ruang ganti, ia melihat jam dinding. Waktu menunjukkan hampir memasuki jam latihan yang telah dijadwalkan. Dengan memanfaatkan pintu kaca sebagai cermin, Shi Guang mengucir rambutnya dengan santai; membentuk sebuah cepol rambut.
Setelah selesai, ia bahkan tersenyum sedikit di depan kaca itu.
Di luar pintu, tampak seorang laki-laki yang tinggi dan tegap menghampirinya. Dengan menaikkan kepalanya sedikit, Shi Guang mengintip melalui pintu kaca transparan dan melihat sosok yang datang itu.
Sekali lagi, senyumnya membeku.
Lu Yanchen menatapnya. Matanya dalam dan terasa jauh.
Begitu Shi Guang melihatnya, ia hampir tak mampu mempertahankan ketenangannya. Untuk beberapa saat bahkan lebih, tak seorang pun memecah keheningan. Seolah-olah mereka terpatri di sana seperti magnet.
Dengan menutup matanya, Shi Guang menjadi yang pertama mengalihkan pandangan seolah-olah ia hanya sekedar melihat orang asing, tidak lebih. Tapi kemudian, ketika ia mendapati Lu Yanchen mendorong pintu dan masuk ke dalam, ia tidak lagi bisa menahan ketenangannya. Matanya dipenuhi oleh keheranan dan kebingungan.
Tetapi tak seperti dua pertemuan yang sebelumnya, kali ini Shi Guang bereaksi lebih cepat dan sebagaimana semestinya. Shi Guang lalu berkata dengan bahasa resmi kepada Lu Yanchen, "Mohon maaf, ini adalah aula latihan khusus VIP."
Padahal ia sebenarnya ingin bilang, 'Tolong jangan masuk kemari. Kau tidak disambut di sini.'
Lu Yanchen menatapnya santai dan menyeringai sedikit sebelum ia berjalan ke arahnya menuju aula latihan khusus privat. Kemudian ia duduk di sebuah kursi di dalamnya. Shi Guang terkejut bukan main. Seraya menarik nafas dalam-dalam, ia mencoba menahan amarahnya karena ia takut terdengar seperti seorang wanita pendendam begitu ia bicara.
Shi Guang melihat ke arah Lu Yanchen dan berkata dengan perlahan dan penuh penekanan. "Pelatihan akan segera dimulai. Silahkan keluar!"
Pada saat itu, Lu Yanchen melihatnya balik. Saat keduanya saling memandang dengan saksama, ada sesuatu yang tak terlihat membesar di antara mereka, seakan ada kekuatan kasat mata yang meledak di udara yang hening. Tiba-tiba pintunya didorong sekali lagi. Namun, tak ada satupun dari mereka yang mengalihkan pandangan. Mereka tetap saling bertukar pandang secara intens seolah-olah mereka sedang berperang melalui mata mereka.
Hanya setelah orang yang baru masuk tadi berjalan menuju sisi Shi Guang, mata Shi Guang berubah cerah. Seolah-olah ia baru saja melihat penyelamat hidupnya datang, dan ia cepat-cepat berkomentar, "Manajer Ma! Ia memaksa masuk kemari! Murid saya akan segera tiba dan saya butuh kedamaian di sini!"
Maksud dari kata-katanya adalah agar Manajer Ma mengusir Lu Yanchen keluar.
Manajer Ma mengerutkan alisnya dan dengan wajah gelapnya, ia mengatakan, "Murid Anda? Murid Anda adalah Tuan Lu yang di ada sini!"
--