"Kakek Tuan Muda Lu, Tuan Besar Lu, pernah tergabung dalam Tentara Merah Tionghoa. Beliau telah berperang melawan bangsa Jepang, begitu juga di Perang Korea melawan tentara sekutu! Meskipun beliau telah meninggal dunia, beliau memiliki dua orang putra, yang satu masih aktif di kemiliteran dan yang lainnya aktif dalam dunia politik. Putrinya pun telah menikah dengan semacam pemimpin top yang memiliki dukungan terpercaya di penjuru negeri, memiliki latar belakang yang kompleks. Dengan begitu banyaknya hubungan rumit, bagi pemegang kekuasaan seperti Keluarga Lu, apabila kita berada di masa lalu, mereka bisa digambarkan sebagai 'Yang menguasai segalanya tetapi bukanlah seorang kaisar'."
"Tuan Muda Lu ini adalah putra dari Master Ke-2 Keluarga Lu. Tuan Muda Ke-2 Keluarga Lu memiliki total empat orang putra yang dibesarkan dalam peraturan rumah yang ketat, semua orang dari Keluarga Lu sangatlah taat kepada hukum. Yang menjadi pengecualian ialah Tuan Muda Ke-4 Lu ini. Sebagai yang termuda, dia dimanjakan oleh semuanya dan pada dasarnya dapat melakukan apapun yang ingin ia lakukan. Rumornya ia pernah keukeuh ingin kuliah ke luar negeri demi seorang gadis di masa lalu, tapi keluarganya tidak mentang sama sekali. Di tengah perjalanan, ia tiba-tiba memutuskan bahwa ia ingin berhenti sekolah dan pergi bergabung dengan angkatan darat. Tetapi kemudian diberitakan ia akan mengganti profesinya lagi. Beberapa mengklaim bahwa ia akan sekolah di luar negeri sekali lagi, sementara yang lain menyatakan bahwa ia akan mulai mengelola perusahaannya sendiri. Bahkan ada juga yang mengklaim dia masih di angkatan darat. Apapun itu, ia begitu misterius…." Li Fangfei seperti akan mengoceh tanpa henti.
Kedua mata Shi Guang sendu, entah ia mendengar semua kata-kata Li Fangfei atau tidak. Setelah mengambil seperangkat pakaian ganti, ia menuju kamar mandi. Berdiri di bawah pancuran air, Shi Guang memejamkan mata perlahan seraya mengenang dua tahun lalu kebersamaanya dengan Lu Yanchen.
Pada masa itu, Lu Yanchen masih sama, menyendiri dan tinggi hati, memberikan siapapun tatapan acuh tak acuh. Tetapi kepadanya, Lu Yanchen memiliki tingkat toleransi dan kelembutan tertinggi.
Masa-masa yang mereka habiskan bersama selalu menyenangkan karena mereka memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang hampir sama. Atau bisa dikatakan semacam ini, hal-hal yang Lu Yanchen sukai, Shi Guang juga menyukainya. Dan sebaliknya, hal-hal yang Shi Guang sukai, Lu Yanchen juga menyukainya.
Shi Guang pernah sekali memeluknya dengan erat dan mengangkat kepalanya dan bertanya, "Akankah suatu hari kau tak menginginkanku?"
"Tak mungkin aku tak menginginkanmu!!" Lu Yanchen membelai kepalanya dan meyakinkannya dengan tegas. Berhenti sejenak, ia lalu berkomentar nakal, "Tapi lagi-lagi, tampaknya aku perlu mempertimbangkannya dengan cermat...bagaimanapun, memelukmu saja tak terasa begitu berisi." Seraya mengatakan itu, mata Lu Yanchen beralih memandang dadanya dengan santai.
Seketika, wajah Shi Guang memanas seiring ia bisa merasakan wajahnya merona hingga ke daun telinganya. Mendorongnya, Shi Guang lalu mengeluh lembut, "Pikiranmu sungguh kotor…."
...
Setelah mematikan pancuran air, Shi Guang membungkus tubuhnya dengan sebuah handuk. Semua kenangan itu telah lama dibuang. Apa gunanya membayangkan itu sekali lagi? Dalam pasir waktu, kenangan-kenangan itu telah menjadi lebur dan kabur. Lelaki yang ia gandrungi dulu juga telah lama mati.
Karena begitu dalamnya luka di masa lalu, saat ini yang tersisa hanya jejak-jejak yang samar. Lu Yanchen yang sekarang tidak memiliki satu helai pun ikatan dengannya. Ketika kau bertemu seseorang, orang yang lebih kuat cenderung menang.
Apa yang perlu ia sembunyikan atau mengapa ia harus melarikan diri? Lu Yanchen lah orang yang telah mengesampingkannya tanpa belas kasihan setelah hubungan intim mereka. Ia lah yang telah mengecewakannya. Jika begitu, Lu Yanchen lah yang seharusnya sembuyi atau melarikan diri.
Iya juga. Mengapa ia harus buru-buru membatalkan kontrak atau semacamnya?
Kalau dipikir-pikir, Lu Yanchen seharusnya tidak membiarkan ia berada di sekitarnya dan mungkin akan berharap ia akan menjauh darinya. Daripada memilih membatalkan kontraknya sendiri dan menyebabkan kesulitan-kesulitan yang tidak penting yang bisa membuatnya makin kesusahan, lebih baik bertahan dan menunggu Lu Yanchen saja yang membatalkan kontraknya sendiri.
Setelah benar-benar merenungkan semuanya, Shi Guang datang tepat waktu ke Water Cube Keluarga Shen keesokan harinya. Betapa kagetnya ia, ia bertemu dengan Ma Lesheng di luar. Cara Ma Lesheng melihatnya seolah-olah ia baru saja melihat penyelamat hidupnya karena ia langsung menyalaminya dengan sopan, "Nona Shi! Akhirnya kau datang juga! Silahkan lewat sini, silahkan!"
Shi Guang mengikutinya menuju tempat latihan. Ma Lesheng bahkan membukakan pintu untuknya dengan penuh perhatian dan memberikan gestur tangan untuk mempersilahkan dirinya masuk ke dalam. Setelah menarik nafas dalam-dalam, Shi Guang dengan tenang melangkah masuk.