Nafas Lu Yanchen menjadi semakin berat seraya hembusan nafasnya yang hangat berhembus di wajah Shi Guang dan menyebabkannya langsung tersadar. Tubuh Shi Guang jadi gemetaran selagi ia mengangkat tangan dan bersiap mendorong Lu Yanchen. Tetapi pada saat itu, sebuah suara terdengar, "Lu Yanchen...!"
Sebelum Shi Guang bergerak, Lu Yanchen sudah terlebih dahulu bergerak dan mendorong tubuh Shi Guang. Tindakan dan mimiknya masih sama tenang dan kalem seperti dirinya yang biasa. Momen kecil di antara keduanya tadi sama sekali tidak terlihat di wajah Lu Yanchen sedikitpun. Membuat Shi Guang bahkan bertanya-tanya apakah ia barusan dipeluk oleh seseorang yang benar-benar berbeda.
Lu Yanchen berbalik. Entah dengan sengaja atau hanya kebetulan, Shi Guang dengan manis tertutupi tubuh Lu Yanchen sepenuhnya seperti Shi Guang berada di balik perisai besar. Lu Yanchen melihat seseorang menghampiri. "Chu Mubei, kenapa kau di sini?"
"Bibi bilang padaku kalau kau akan belajar berenang. Tidak hanya itu, pelatih renangmu adalah gadis yang kemarin!" Chu Mubei meliukkan badannya dan menjulurkan kepalanya sebelum ia akhirnya melihat sosok yang berada di balik tubuh Lu Yanchen.
Tiba-tiba, seolah angin musim semi telah berhembus, Chu Mubei langsung tersenyum lebar, "Hai, Shi Guang! Kita bertemu lagi!"
Bila dipikir-pikir lagi, Lu Yanchen tidak bilang padanya kalau Shi Guang adalah pelatih renangnya, kemarin. Dengan segala tingkah sembunyi-sembunyi dan menutup-nutupi yang Lu Yanchen perlihatkan, Chu Mubei tak percaya kalau Lu Yanchen sama sekali tak tertarik pada gadis ini!
Seperti halnya pacar pertamanya dan gadis satu-satunya itu. Lu Yanchen selalu menyembunyikan dan menutup-nutupi semuanya seakan-akan gadis itu adalah harta karunnya yang paling berharga. Dia bahkan tidak rela memperlihatkan sosoknya walau dari belakang! Apapun yang berhubungan dengan gadis itu, bahkan tidak sepatah kata pun pernah Lu Yanchen ungkapkan. Bahkan Chu Mubei tidak pernah tahu NAMA mantan pacar Lu Yanchen itu.
Hanya memikirkannya saja membuat Chu Mubei sedikit jengkel.
Tatapan Chu Mubei yang tampak seperti dipenuhi riak musim semi menyebar ke seluruh tubuh Shi Guang. Tanpa meninggalkan bekas, wajah Lu Yanchen berubah suram saat ia berdiri di depan Chu Mubei sebelum berkata ke Shi Guang, "Pergi siapkan teh untuk kami."
Shi Guang menatapnya dan benar-benar ingin berkata, "Aku seorang pelatih, bukan pelayan." Tapi akhirnya, ia diam saja dan pergi melakukan seperti yang diminta.
Kemudian, Lu Yanchen berkata dengan nada yang tidak begitu menyenangkan kepada Chu Mubei yang masih memandangi punggung Shi Guang yang sedang berjalan, "Pergi dan panggil Manajer Ma kemari."
Chu Mubei reflek langsung menolaknya, "Kenapa tidak telepon saja dia?"
Atmosfernya membeku seketika saat tatapan Lu Yanchen berubah menjadi setajam belati. Ia menatap tajam Chu Mubei yang memiliki wajah bagai dipenuhi semilir angin musim semi. Tatapan itu sungguh sangat dingin bahkan bisa membekukan seekor beruang kutub.
Tak tahan dengan itu, Chu Mubei mengusap hidungnya dan menyetujui dengan perasaan sedih, "Baik, baik, baik! Aku akan pergi!"
Betapa Chu Mubei menjadi seorang teman yang malang karena ia bahkan tidak diijinkan untuk 'mengintip' sedikit?! Tak heran mantan pacarnya putus dengannya!
Tak lama Shi Guang kembali. Meski ia tidak melihat Chu Mubei, ia tetap berjalan dan meletakkan tehnya di meja. Lu Yanchen tiba-tiba bertanya, "Teh apa ini?"
"Teh merah."
"Chu Mubei tidak minum teh merah."
"..."
"Ganti!"
Shi Guang mengambil teh merah itu dan kembali dengan secangkir teh lain yang baru diseduh. Saat kedua kalinya Shi Guang kembali, Lu Yanchen menanyakan tentang tehnya sekali lagi, yang dijawabnya dengan, "Teh hijau."
Lu Yanchen dengan suaranya yang dingin berkata lagi, "Chu Mubei tidak minum teh hijau."
Shi Guang menggigit bibirnya beberapa kali dan ingin sekali mengatakan sesuatu. Tetapi akhirnya ia menahannya dan membalas Lu Yanchen dengan suara yang halus. "Aku akan pergi dan membuatkan teh yang lainnya lagi."
Kali ini Shi Guang menyeduh secangkir teh pu'er. Tetapi, yang ketiga ini belum menjadi keberuntungannya juga, karena Lu Yanchen berkata sekali lagi, "Chu Mubei tidak minum teh pu'er."
Orang macam apa sebenarnya Chu Mubei ini? Bagaimana mungkin seorang pria bisa sangat pemilih bahkan hanya untuk meminum teh? Seberapa menjengkelkannya orang ini? Ketidaksabaran Shi Guang tampak jelas sekali terlihat di wajahnya, "Kalau begitu, teh jenis apa yang ia minum?"
Lu Yanchen mengerutkan bibirnya dan berpikir, sementara sekilas cahaya tampak terbesit di kedua matanya sebagai tanda puas karena keberhasilan plot yang ia baru saja lakukan. Tentu saja, kilasan itu sangat cepat melewati matanya hingga tak ada yang bisa melihatnya selagi ia membalas dengan acuh tak acuh, "Teh bunga. Seratus jenis yang berbeda yang bisa dicoba dan dipilih. Jenis bunga yang ia minum akan bergantung pada jenis wanita yang ia sedang permainkan hari ini."
Shi Guang, "...".
--