Hari ini, Lu Yanchen mengenakan pakaian kasual. Shi Guang merasa Lu Yanchen terlihat seperti dua tahun lalu; hanya saja sekarang lebih karismatik. Waktu seperti memihak pada lelaki ini, auranya matang bak wine berkualitas.
Lu Yanchen sekarang sedang berdiri di samping jendela dan memandang ke luar. Ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat, ia berbalik badan dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku-saku celananya. Kedua matanya yang dalam seperti malam gelap, menatap kedua mata Shi Guang dalam sunyi dan penuh kedamaian.
Shi Guang juga tidak mengatakan apapun, tidak tahu harus berkata apa lebih tepatnya. Keduanya terdiam hingga udara pun seolah ikut terdiam. Setelah beberapa saat, Shi Guang merasa agak gelisah dan seperti tidak dapat mempertahankan ketenangannya.
Pada akhirnya ia berbicara lebih dulu karena ia merasa sudah tidak dapat menahannya lagi, "Aku tak berhasil menemui Nyonya Lu, tapi aku yakin kau bisa menemui Nyonya Lu kapanpun kau mau. Jika kau katakan padanya bahwa kau ingin mengganti pelatihmu, aku yakin Nyonya Lu akan menyetujuinya."
Lu Yanchen memicingkan matanya dan membalas dengan sarkatis, "Jika aku ingin membatalkan kontrak, bukankah itu berarti aku sama saja mengikuti keinginanmu?"
Shi Guang rasa kata-kata Lu Yanchen keluar karena kesal saja, ia sengaja bertentangan dengannya. Karena Shi Guang yang ingin membatalkan kontrak itu, sehingga Lu Yanchen tidak akan menurutinya.
'Baiklah! Aku akan bertingkah seolah aku tidak ingin membatalkan kontrak!'
Tahan! Shi Guang harus menahannya! Menahannya hingga saat di mana Lu Yanchen tidak akan mau melihatnya lagi dan mencari ibunya untuk membatalkan kontrak serta mengatakan padanya kalau ia ingin ganti pelatih.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan berganti pakaian. Kau bisa pergi dan ganti pakaian juga, lalu kita akan mulai pelajarannya." Shi Guang sama sekali tidak membiarkan dirinya memikirkan hal yang tidak perlu dan mencari-cari tahu mengapa Lu Yanchen berbuat seperti itu. Yang ia pikirkan hanyalah, jika yang datang prajurit tentara ia akan bertarung melawannya; jika yang datang air ia akan menggunakan lumpur dan membendungnya. Siapa yang takut dengan lelaki ini?
Setelah Shi Guang selesai ganti baju, Lu Yanchen masih saja memakai pakaian kasualnya dan membaringkan diri di kursi dengan penuh rasa malas, memberikan kesan ia tidak peduli akan apapun.
Wajah Shi Guang menjadi suram. Tetapi, ketika ia berhadapan dengannya lagi, ia memaksakan diri membuat raut tersenyum dan berkata, "Tuan Lu. Apabila Anda ingin belajar berenang, Anda harus masuk ke dalam air. Apabila Anda ingin masuk ke dalam air, Anda harus memakai baju renang Anda."
Lu Yanchen melemparkan pandangan santai kepada Shi Guang; tampak ada sebesit tanda mengejek yang tersirat dari pandangan itu, seakan-akan ia mengejek sikap sok yang Shi Guang sengaja ingin tunjukkan kepadanya.
'Kau tidak suka? Kalau begitu aku akan semakin melakukannya!' Pikir Shi Guang dalam hati, lalu ia melanjutkan dengan ekspresi serius, "Oh, Tuan Lu! Baiklah jika Anda tidak ingin mengganti pakaian Anda sekarang juga. Kita bisa melakukan latihan-latihan simulasi di luar kolam hari ini. Kita akan menguasai dulu teknik-teknik utama yang harus dilakukan sehingga Anda bisa memperkuat otot-otot memori Anda dan memperbaikinya. Dengan begitu, akan terasa lebih mudah untuk mengikuti langkah-langkah yang harus dilakukan setelah Anda masuk ke dalam air."
Lu Yanchen masih mengabaikan Shi Guang dengan sikap acuh tak acuh. Dengan matanya yang tertutup, Lu Yanchen terlihat seperti sedang bersantai. Shi Guang merasa sedikit kesal dan pengap, seakan-akan ada sebuah perasaan yang menekan di dadanya yang tidak bisa ia keluarkan.
Selagi Shi Guang duduk di kursi yang ada di dekatnya, detak jantungnya berdegup kencang penuh amarah. Ia ingin minum air; sehingga, ia meraih gelas yang telah ia letakkan di sampingnya tadi dan dengan segera meneguk isinya. Namun, karena pikirannya teralihkan, ia akhirnya tersedak dan terbatuk keras hingga ia hampir tidak bisa bernafas.
Shi Guang menutup mulutnya dan memukul-mukul dadanya seraya bangkit berdiri agar ia bisa bernafas lebih mudah. Meskipun ia tidak ingin berdiri terlalu cepat, ia tidak sengaja menendang sebuah kursi di dekatnya dan seluruh badannya kehilangan keseimbangan yang menyebabkannya terjatuh ke arah meja kopi di sampingnya.
Karena merasa takut setengah mati, Shi Guang menutup matanya kuat-kuat. Namun, rasa sakit yang ia kira akan muncul, tidak terasa. Seseorang menarik tangannya dengan sigap dan langsung menarik tubuhnya dengan cengkeraman yang amat kuat.
Karena sudah kebiasaan, Shi Guang secara refleks ingin langsung mengucapkan terima kasih. Namun, seperti ada sesuatu yang telah menyengatnya seperti listrik, tubuhnya seketika membeku. Begitu ia membuka matanya dan melihat, ia mendapati Lu Yanchen sedang menatapnya tenang. Saling bertatapan, kedua tubuh mereka sangatlah dekat satu sama lain, begitu dekatnya hingga ujung-ujung hidung mereka saling bersentuhan.
Saat tatapan mereka bertukar antara kebimbangan dan ketertarikan, mereka tak ubahnya seperti dua jenderal yang sedang saling berhadapan di medan perang, di mana tidak ada salah satu dari keduanya yang bersedia mengaku kalah atau menyerah.
Deg-deg!
Deg-deg!
Jantung keduanya berdegup begitu keras hingga seperti detak jantung mereka saling bersahutan di balik dada mereka. Detak jantung yang tak karuan itu seperti berasal dari Shi Guang, tapi di saat yang sama, seperti berasal dari Lu Yanchen.