Pagi begitu cerah secerah hati Alena. Tadi pagi Alena sarapan dua butir telur rebus dengan setengah buah alpukat dan 3 potong tomat apel. Susu tinggi protein menutup sarapannya yang sempurna. Menu sarapan yang tinggi protein dan rendah karbohidrat menjadikan tubuh Alena tetap langsing semampai. Alena memakai dress berwarna kuning cerah bermotif bunga warna hijau. Dress selutut dan berlengan pendek cukup memperlihatkan bahwa gaya berpakaian Alena memang tidak sembarangan. Alena membawa tas punggung berukuran sedang. terbuat dari kulit asli dan berwarna hitam. Ia juga memakai sepatu boots berwarna hitam. Ditasnya tidak terlalu banyak buku. Ia hanya membawa Binder yang berisi kertas-kertas kosong untuk mencatat materi kuliah serta notebook yang isinya penuh dengan ebook materi kuliah serta desain-desain baju untuk ia pakai. sebagian besar desain baju itu ia buat sendiri sebagian lagi didapat dari pembelian. Ia biasa membeli desain pakaian atau malah pakaian yang sudah jadi dari para designer ternama sehingga tidak salah kalau ia memang lebih cocok jadi model dari pada mahasiswa ekonomi.
Kuliah dimulai pada pukul 09.00 tapi pukul 8.30 Alena sudah bergegas menuju kampusnya. Riasan wajah Alena tidak terlalu mencolok malah sedikit tipis tetapi malah semakin memperlihatkan kecantikan Alena.
Sesampai di kampus Alena melihat Cyntia sedang berbincang dengan Justin. Alena tersenyum licik, strategi ini ada kaitannya dengan Justin. " l am sorry Justin..." Alena berbisik dalam hatinya. Cyntia mengajak Justin mengobrol basa basi sambil melirik ke arah Alena. Alena mengedipkan matanya.
Tepat sebelum dosen Akuntansi masuk Nizam datang dengan sedikit tergesa. Matanya lalu mencari - cari kursi yang kosong. Kursi kosong ada di samping dekat Cyntia dan Justin. Tanpa curiga Nizam duduk di kursi tersebut dan mulai mengeluarkan catatan kuliah.
Cyntia yang dari tadi mengusir orang yang hendak duduk di kursi tersebut tiba-tiba berdiri. "Hay.. Alena come here.. " Cyntia memanggil Alena. Refleks Nizam dann Justin melihat ke arah Alena. Sesaat mereka terpaku melihat kecantikan Alena. Baik Nizam ataupun Justin adalah laki-laki normal, darah mereka berdesir melihat wajah Alena yang memang sangat menantang, Alena tersenyum memukau. Alena melangkah mendekati Justin yang terus memandangnya tanpa berkedip, sedangkan Nizam segera menundukkan pandangannya. Alena melangkah dengan gemulai bahkan ketika di depan Nizam Alena sengaja mencondongkan badannya ke muka Nizam yang sedang duduk membeku. Kontan Parfum lembut seketika tercium oleh Nizam sehingga menimbulkan efek kimiawi dalam tubuh Nizam.
Nizam menahan nafas ia segera menarik tubuhnya menjauhi asal dari parfum kemudian matanya mencari kursi yang kosong. Nixam tidak tahu kalau Cyntia tadi sengaja datang pagi untuk sekedar menyingkirkan sebagian kursi agar kursi yang ada menjadi berkurang jumlahnya.
"Oh ya Alena agaknya kamu tidak kebagian kursi. Duduklah di sini disamping Justin kebetulan aku ada perlu dulu sebentar." Kata Cyntia sambil mengedipkan matanya pada Alena. Alena tersenyum manis membuat Justin seperti di alam mimpi. Alena pun duduk diantara Nizam dan Justin. Sebenarnya Justin rada bingung mengapa tiba-tiba Alena mau duduk di dekatnya. Padahal selama ini Alena selalu menghindarinya. Tetapi bukan Justin kalau ia tidak percaya diri. Ia merasa bahwa Alena telah membalas semua penantiannya selama ini.
Alena mulai membuka tasnya dan mengeluarkan binder catatan kuliahnya. "Kamu hari ini sangat cantik.." kata Justin dengan mata berbinar. Alena menoleh lalu berbisik "Aku memang selalu cantik, apa kamu tidak tahu itu? " Justin hampir tersedak karena nafas Alena terasa hangat di pipinya. "Iya.. ya Aku tahu itu.. " Kemudian mereka melanjutkan berbisik-bisik sampai Dosen Akuntansi mereka tiba.
Melihat Alena dan Justin sedari tadi berbisik-bisik entah kenapa Nizam menjadi gelisah. Ia gelisah karena suara desahan suaraku ketika berbisik terdengar olehnya. Belum lagi wangi parfum sangat mengganggu konsentrasi. Ingin rasanya Nizam pindah tempat duduk tapi semua kursi telah terisi. Bahkan ada yang tidak kebagian sampai harus mengambil dari ruangan sebelah. Nizam sama sekali tidak mengetahui bahwa Cyntia lah yang tadi mengeluarkan beberapa kursi dan membuat Alena dapat duduk diantara Nizam dan Justin.
Tiba-tiba Handphone Alena berbunyi. Dengan gaya genit Alena menoleh ke Nizam dan segera berbisik "Maafkan suara Handphoneku.. " Nizam refleks menarik muka nya ke belakang sambil berkata. "Tidak apa-apa".
Di layar hp tertera kalimat ajakan makan malam di luar. Di lihatnya nama pengirimnya Edward. Edward adalah salah satu pria yang berusaha mengejarnya. Kalau Justin adalah anak seorang pengusaha sedangkan Edward adalah anak seorang pejabat. Tanpa pikir panjang ia membalas sms dari Edward dengan kata-kata : "Sure why not? Nanti malam kita pergi ke restoran Timur Tengah yang ada di jalan First Avenue" Alena mengetik jawabannya. Alena senyum-senyum sendiri. Makan malam Nizam akan jadi sesuatu yang menyenangkan bagi Alena. Ia akan terus muncul di hadapan Nizam sampai Dia tidak dapat menghapus Alena dalam ingatannya dan akan membuat Nizam bertekuk lutut di kakinya.