Chereads / CINTA SEORANG PANGERAN / Chapter 9 - Makan Malam Romantis

Chapter 9 - Makan Malam Romantis

Edward adalah pria romantis. Wajahnya lembut dan halus. Rambutnya berwarna coklat dengan mata berwarna hijau. Tidak sedikit para wanita yang jatuh hatinya ditambah dengan kuliah di jurusan sastra membuat ia pandai membuat lagu. Edward memiliki suara yang merdu dan ia memiliki grup band. Sayang ayahnya yang pejabat dipemerintahan tidak mengijinkannya kuliah di jurusan seni musik karena dianggapnya seni musik tidak bisa dijadikan pegangan hidup. Ketika Edward memilih jurusan sastra walau berat hati ayahnya mengijinkan hanya karena dia memandang sastra lebih baik dari seni musik.

Sudah lama Edward mencintai Alena, bermula dari bertemunya mereka di Cafe Betrix. Edward menegur Alena yang sedang duduk sendiri menikmati kopi. Alena yang lagi memikirkan Nizam tidak keberatan untuk ngobrol dengan Edward. Diam-diam Alena menyukai mata Edward yang hijau bagai zamrud dan suaranya yang bagai buluh perindu.

Edward adalah pria yang tenang dan lembut. Ia tidaklah segokil Justin yang selalu mengejar-ngejarnya. Edward lebih suka mengirim puisi atau bunga. Mungkin kalau hatinya tidak terisi oleh Nizam ia akan melabuhkan hatinya pada Edward. Tetapi sayang Ia hanya mencintai Nizam seorang. Berulangkali Edward mengajak makan malam pada Alena tetapi Alena selalu menolak kali ini Sungguh di luar dugaan, Alena mau menerima ajakan makan malamnya walau pun di restoran Timur Tengah.

Pukul 07.00 malam Alena sudah siap dengan gaun berwarna biru lembut. Gaun berlengan panjang tersebut ia beli mendadak di sebuah butik terkenal. Alena bahkan menyertakan kerudung panjang senada walau hanya sekedar menutup kepala. Clutch chanel tas tangan warna hitam. Lagi-lagi sepatu high heel menghiasi kakinya yang jenjang. Kalung mutiara, anting dan gelang memang menunjukkan bahwa Alena bukanlah wanita sembarangan. Ketika Edward menjemputnya ia sampai terpukau. Sambil tersenyum manis Alena berkata "Kamu tidak keberatankan kalau aku mengenakan pakaian seperti ini.? "

Edward Menggelengkan kepala. "Kamu memakai apa saja terlihat cantik". kata Edward.

"Thank you" Jawab Alena. Ia lalu menggandeng tangan Edward menuju mobil Edward. Tak lama kemudian mobil pun meluncur ditemani lagu Ed Sheeran membuat perjalanan tambah romantis.

Restoran Timur Tengah di jalan ini sangat mewah. Begitu mobil memasuki Restoran tersebut penjaga pintu sudah menyambut kami dan kemudian memarkirkan mobil Edward. Alena melangkah penuh kepastian sementara Edward sedikit canggung karena ini adalah pertama kalinya ia memasuki Restoran Timur Tengah.

Ketika Daftar menu diberikan Edward berkata. "Pilihkan untuk ku juga karena aku tidak mengerti dengan menu Timur Tengah."

"Don't Worry..Makanan Arab sangatlah enak. Kamu pasti akan menyukainya" jawab Alena sambil menelusuri daftar menu dengan jarinya yang lentik. Cincin berlian bentuk love tampak menghiasi jarinya. Ia juga mengenakan nail art pada kukunya.

"Kami memesan nasi briyani sebagai menu utama, hummus untuk makanan pembuka. Ice krim Bastani sebagai makanan penutup dan Basbousa. Edward menatap Alena dengan perasaan campur aduk, cinta, sayang dan kagum. Sejak pertama bertemu cintanya tidak pernah putus hanya Alena belum pernah membalas. Hanya terkadang ia membalas pesannya di medsos atau berkomentar "nice" jika ia mengirimkan puisi. Dan akhirnya puisi-puisi itu berakhir menjadi sebuah lagu yang diunggah ke Youtube.

Sambil menunggu makanan datang Alena dan Edward berbincang-bincang. Disaat ngobrol mata Alena malah mencari-cari Nizam. Cyntia bilang hampir setiap malam Nizam makan malam di sini dengan dua orang temannya. Tidak banyak restoran Timur Tengah yang enak di sini. Sehingga Nizam selalu makan di restoran tersebut. Kebetulan Alena juga suka makan makanan Timur Tengah sehingga cukup hapal beberapa menu makanan Timur Tengah.

"Alena.. apakah makan malam ini jawaban dari penantianku? "Tanya Edward tiba-tiba dengan tidak sabar. Alena yang akan meminum teh beraroma mawar dengan sentuhan kayu manis tidak jadi mengangkat cangkirnya. Ia memandang Mata Zamrud Edward. Kenapa ada mata yang begitu indah..bisik Alena dalam hatinya. Kenapa aku tidak jatuh cinta padanya tetapi kenapa aku harus jatuh cinta pada gunung es yang menyebalkan itu.

"Aku tidak bisa memastikan itu. Aku tidak mau membohongi mu. Aku hanya butuh teman untuk berbagi perasaan. Apakah kamu keberatan, jika kamu keberatan anggaplah makan malam ini suatu kesalahan dan Aku jamin Aku tidak akan mengulanginya lagi". Suara Alena terdengar pelan seakan tidak berdaya. Ia tidak berdaya menghadapi takdir bahwa cinta tidak dapat dipaksakan. Ia sangat ingin mencintai Edward tetapi rasa itu tidak pernah muncul walau berulang kali ia mencoba memupuknya. Tiba-tiba perasaan berdosa muncul menyelimuti hatinya yang kian rapuh. Ia merasa bersalah karena ia sebenarnya hanya memanfaatkan Edward belaka. Maafkan aku Edward.. bisik hati Alena. Cinta memang tidak bisa dipaksa tetapi bisa diperjuangkan. Diam-diam Alena bertaruh dengan dirinya sendiri akankah cintanya yang menang atau cinta para pengagumnya terhadap dirinya.

"Jangan berkata demikian Alena. Itu membuat hatiku jadi sedih. Aku akan bersabar sampai kau dapat membuka hatimu. Untuk saat ini anggaplah Aku sebagai temanmu. " Jawab Edward dengan suara parau. Alena mengguman "Terima Kasih Edward.. "