Flashback Part-1
Saat itu Tere dan Ryan sekolah di SMP yang sama, namun kelas berbeda. Entah apa yang membuat Tere tertarik pada pria itu. Ryan sewaktu SMP bukan ganteng dan dan ga pinter. Dia saat itu hanya cowok brutal, nakal, sering ketahuan berjudi {astaga), dan sering cabut. Beda banget dengan Tere, cewek rapi, bersih, cantik. dan berprestasi. Tere yang sebelumnya belum pernah jatuh cinta, malah merasakan cinta pertama saat melihat Ryan. Ryan Biltri. Itulah namanya. Nama yang sering ia dengar dan di disebut di ruang BK. Awal mereka bertemu tak sengaja di perpustakaan. Tere yang setiap hari berada di perpus, beda dengan Ryan saat itu. Ryan pertama kali menginjakkan kaki di perpus. Ia masuk sendirian.tidak dengan komplotannya yang brutal. Ia mulai berjalan di barisan rak buku. Melihat-lihat seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat buku (wkwkwk). Ia mencoba mengambil sebuah buku. Bukan buku pelajaran. Judulnya LOSER. Buku itu tidak tebal dan sepertinya buku motivasi gitu. Tere yang menyadari kehadiran pria itu dari awal masuk perpus tadi, terus memerhatikan tingkah Ryan. Ia mengintai pria itu, sampai ia tak sadar, Ryan telah mengetahui perbuatannya.
"tchh..Lo ngapain ngintain gue kayak tikus?"
Tere yang baru menyadari Ryan sedang berbicara dengannya seketika salah tingkah dan pura-pura mencari buku. Tere tak menghiraukan perkataan Ryan. Mengambil buku dan langsung pergi ke administrasi peminjaman buku. Setelah itu langsung pergi ke kelas.
Bagaimana dengan Ryan? Ryan hanya terpaku mematung menyaksikan tingkah Tere. Ia terheran-heran. Ia kembali mengoreksi ucapannya tadi. Menurutnya tidak ada yang membuat Tere tersinggung. 'cewek itu marah ya?' ia bertanya dalam benaknya. Sebelumnya Ryan belum pernah melihat gadis itu. Ryan mulai kepikiran dan mulai merasa bersalah. Ia mencoba mencari data gadis itu. Ia bergegas ke meja administrasi meminjam buku yang ia ambil tadi. Saat petugas mencatat dirinya, ia melihat nama peminjam sebelum dirinya. Maya Teresia, kelas VIII-A. 'pantes asing, beda kelas' gerutunya.
Keesokan harinya, ia datang ke perpus lagi saat pelajaran telah usai. Tujuan utamanya bukan untuk minjam atau baca buku. Ia mencari sosok gadis yang ia temui kemarin. Matanya menelusuri seluruh sisi perpus. Ia tak menemukannya. Ia pun duduk dan menunggu gadis itu. Ia berharap bisa melihat gadis itu hari ini. Tak tahu ia mengapa berbuat seperti ini. Ia hanya ingin mengikuti kata hatinya saat ini. Setengah jam ia duduk di sana, ia tak menemukan Tere. Ia memutuskan untuk keluar perpus dan balik pulang ke rumah.
Hari demi hari, ia mulai tak mencari gadis itu lagi. Ia memutuskan untuk menyerah. Saat ini ia sedang mengikuti latihan basket di sekolah. Selesai latihan, ia teringat akan buku yang ia pinjam di perpus. 'Hampir lupa, buku gue kan hari ini batas peminjamannya' katanya dalam hati. Ia pun bergegas ke perpustakaan yang sebentar lagi jam tutup. Sampai di perpus, ia hanya fokus ke administrasi pengembalian buku. Ia tak menyadari Tere yang berada di perpus juga saat itu. Hanya Tere yang menyadari kehadiran Ryan. Ia merindukan Ryan. ia bahagia melihat Ryan saat itu. Ingin waktu berhenti sebentar saja untuk fokus ke Ryan. Ia berharap Ryan melihat ke arahnya. Tapi,,,,,,, ya sebaliknya yang terjadi. Ryan tak menyadari kehadirannya. Ryan langsung pergi setelah urusannya selesai.
About Tere-
Libur panjang telah dilewati.Tak terasa akhirnya Tere naik ke kelas VIII. Setiap tahunnya, kelas bisa berubah, ya sesuai dengan kemampuan dan prestasi. Tere dengan deg-degan melihat selembar pengumuman di mading. Akhirnya ia lega, ia bertahan di kelas A. Tak diragukan lagi. Tere memang sudah banyak menaruh prestasi di sekolah itu. Jadi bagi murid lain, sudah pasti dia masuk kelas A. Dengan langkah mantap, ia memasuki kelas barunya. Ia memilih duduk di kolom kedua dari pintu masuk, baris ke dua. Belum ada yang duduk di sana. Banyak murid baru yang ia jumpai. Mereka sedang asyik bercengkrama. Belum semua masuk ke kelas. Jam masih menunjukkan angka 07.00 a.m. sedangkan kelas akan dimulai pukul 07.30. Tere memilih membaca buku sebelum kelas belajar mengajar dimulai. Sudah menjadi kebiasaannya seperti itu. Dia hampir bisa dikatakan anti sosial gitu. Mungkin dia punya alasan kenapa tak mau bergaul. Mungkin punya masa lalu yang kelam.
About Ryan-
07.05, ia baru sampai di gerbang sekolah. Ia di antar mamanya. Ya, hampir setiap pagi ia diantar mamanya ke sekolah. Saat ia tiba di gerbang, ia masuk dengan langkah panjang. Ia tak sabar melihat surat pengumuman pembagian kelas di mading sekolah. Oke, ia menemukan suratnya. Ia tak mau melihat dari kelas D. Ia dulu berada di kelas D. Ya, itu karena ulahnya sendiri. Ketika ia mencari di kelas D, ia tak menemukan namanya. Oke, artinya ia harus mencari di C, B dan A. Ia melihat daftar nama siswa di kelas C. Taka da juga. Ia mulai tak sabar. Ia melihat di kelas B. dari atas sampai ke bawah, ia tak menemukan juga namanya di sana. Ia mulai panik. Ia cek ulang namanya dikelas B, C, D. Jelas namanya tak ada di sana. Tinggal kelas A yang belum ia lihat. Dia siapin batinnya. Perlahan ia mencari. Nomor absen 23.Ryan Biltri, matanya tebelalak. Ia menampar wajahnya, merasakan sakit dan akhirnya menyadari dirinya tidak sedang bermimpi. Dengan bangga dia berjalan di koridor kelas menuju kelas VIII-A. Ia menemukan teman barunya di sana. Ia memerhatikan seluruh kelas. Langkahnya tiba-tiba terhenti melihat gadis yang sedang baca buku di sana. 'Itukan gadis yang dulu pernah….' ujarnya dalam. Ia nemastikan lagi dengan mengucek-ucek matanya. Ia tak salah lihat. Ia sekelas dengan gadis itu. Sebekah bangku gadis itu dilihatnya masih kosong. Ia berniat untuk langsung duduk di samping Tere. Lagi-lagi langkahnya terhenti. Seorang cewek datang dan langsung duduk di samping Tere. 'sial' kutuknya dalam hati. Lagi-lagi ia tak bisa dekat dengan Tere. Ia pun akhinrya memilih bangku paling pojok belakang. 'setidaknya aku bisa melihatnya dari sini' pikirnya. Ia benar tergila-gila pada Tere.
***
07.31, kelas akhirnya dimulai. Guru memulai proses belajar mengajar dengan mengabsen siswa terlebih dahulu.
"Adele Putri" kata Bu Arnita.
"Saya, Buk" sambut siswa cewek paling depan
Guru mengabsen siswa sesuai urutan absen. Ryan saat itu hana fokus melihat Tere. Tere sedang fokus menghadap ke arah Bu guru. Badannya yang tegap, rambut panjang diikat rapi. Perfect di mata Ryan.
"hoi"
Ryan tersentak seseorang memukul pundaknya dari samping. Ia menoleh.
" Gue Brian Imanuel" kata cowok itu sambil mengulurkan tangan ke arahnya. Ryan menyambut dengan tangan tangan kanannya.
"Gue Ryan"
"Lo dulunya dari kelas mana?"
"Dari kelas VII-D"
"Wow.. Lo hebat dong bisa naik ke kelas ini" ucap Brian terkagum pada Ryan.
"Ahahaha. Gue juga awalnya ga ngangka bisa masuk ke sini" kata Ryan merendah.
"mmmmm, Gue perhatiin, lo dari tadi liat Tere mulu. Kenapa? Lo kenal sama dia?'' tanya Brian kepo.
"Ahahaha. Enggak kok."
"Tere itu banyak yang naksir. Gue aja di tolak sama dia. Dia orangnya dingin banget. Yang di samping Tere, namanya Anya Wilona. Dari dulu ampe sekarang, cuman Anya yang berhasil jadi teman Tere." cerita Brian pada Ryan. Ryan mendengar dengan seksama. Banyak yang ingin tahu tentang Tere.
"Apa Tere pernah pacarana?" tanya Ryan antusias.
"Setau gue sih belum pernah. Yang nembak dia mungkin banyak. Kenapa? Lo ada niat deketin dia?"
"Mmmmm. Enggak kok."
"Halah…. Gue bantu lo, kalo lo mau deketin dia."
"Ahahaha. Thanks, Sob" ucap Ryan dengan senyum sumringah.
Tiba saat nama Ryan dipanggil "Ryan Biltri", Tere terkejut. Nama itu tak asing baginya. Ia menoleh ke belakang. Mata Tere dan Ryan bertemu. Ryan tersenyum ke arah Tere. Tere langsung berbalik menghadap ke depan. Pikirannya kacau saat ini. 'astaga, Ryan sekelas sama aku' ucapnya dalam hati. Ia sangat merindukan Ryan. Ryan memang bukan siapa-siapa dia. tapi, entah apa yang membuat dirinya bersemangat melihat cowok arogan itu.
Wait. Ryan tidak pernah bertemu dengan Tere semenjak kejadian di perpus itu. Sebenarnya ada alasannya. Tere tahu kalau Ryan sering mencari dirinya. Ia juga tahu dari Anya, sahabatnya. Dulu, Anya ga sengaja liat Ryan datang ke kelas VII-A. Anya juga dengar kalau Ryan sebut nama Tere. Saat itu Ryan memang datang sengaja ke kelas itu untuk mencari Tere. Tere yang saat itu sedang di toilet, tidak mengetahui keberadaan Ryan di kelasnya. Anak kelasnya menjawab seadanya. 'Tere ga ada di kelas', jawaban itulah yang diterima Ryan saat ia bertanya ke salah satu siswa sekelas Tere. Anya pun langsung pergi ke toilet, memberitahukannya pada Tere. Tere terdiam. Ia keringat dingin dan jantungnya berdegup kencang. Ia belum siap. Ia belum siap jatuh cinta. Anya yang sudah tahu kalau Tere suka sama Ryan, negerti akan perasaannya saat ini. Tere takut jatuh cinta. Ia takut, kalau ia jatuh cinta, belajarnya akan menurun dan mamanya akan marah. Mama Tere memang sangat menentang Tere untuk pacaran. Tak ingin masalah jadi besar, akhirnya Tere mengambil keputusan untuk menghindar dari Ryan. Ia ingin melupakan cowok itu.
Ya, ia berhasil lupainn Ryan, tapi tidak untuk hari ini. Ia sekelas dengan Ryan. Astaga, ia tak bisa mengelak lagi. Ia gagal menahan perasaannya selama ini. Anya juga bingung mau ngasih masukan apalagi. Mereka ga bisa ngelak. Tere tak bisa fokus belajar hari ini. Pikirannya sumpah kacau balau.
Jam istirahat. Tere dan Anya lansung beranjak dari bangku. Mereka mau langsung keluar kelas, pokoknya keluar dari kelas. Belum sempat mereka melewati pintu kelas, mereka sudah dicegat sama Ryan dan Brian. Tere tak berani metap ke depan. Ia menunduk. Ryan yang melihat tingkah Tere, mendekat ke arah Tere. Brian ngurus Anya yang berontak. Tere mundur, Ryan maju mendekat. Tere terus mundur, tapi Ryan terus maju. Akhirnya Tere berhenti. 5 detik kemudian, Tere menjerit nangis. Iya nangis bagai anak kecil yang permennya di rampas, suaranya memekik. Ryan panik seketika. Ia langsung minta maaf pada Tere, tapi Tere malah makin menjadi. Akhirnya Anya yang mengambil alih. Anya langsung menghapus air mata Tere, lalu membawanya ke toilet.
"Lo ngapain nangis, Re"
"Aku takut, Nya. Aku ga berani dekat dia."
"Ya, kenapa harus takut cobak. Lo tinggal ngomong baik-baik sama dia. lagian kalo dipikir-pikir, Ryan kasian tuh udah lama nyariin lo. Mungkin ini ada hikmahnya semua. Semua dah di atur sama Tuhan&(liat ni guys, masi SMP udah ngerti.hehehe)
"Apaan sih, Nya. Ga ngambung banget kamu."
"Tere. Lo itu yang kenapa. Ryan lagian kayaknya udah berubah. Dia juga udak rapi banget tuh. Ga kaya dulu. Dan lo tau kan kalo di kelas A itu favorit. Jadi buruknya Ryan yang dulu kayaknya gada lagi deh." omel Anya.
Tere hanya diam. Benar apa yang dikatakan Anya. Ryan bukanlah Ryan yang dulu. Tapi tetap saja ia takut berhadapan sama itu anak. Ada hal yang paling trauma Tere pada Ryan. ryan dulu pernah melukai seorang cewek di kelasnya sampai dia diadili di ruang BK. Kabarnya lagi, sampai dilakukan pemanggilan orang tua Ryan. Tere saat itu tak sengaja mendengar berita Ryan dari gosip anak-anak lain. Tere gak mau berhubungan sama Ryan. ia takut hal itu terjadi padanya.
"Woi, malah bengong sih." kata Anya yang melihat Tere termenung.
"Sorry, Nya. Aku gabisa." ujar Tere memelas.
"Bisa dicoba kan?" tanya Anya memastikan.
"Pasti"
"Oke, gitu dong. Udah, pokonya lo buang semua bayangan buruk lo tentang Ryan."
"Ia, ia"
****