Chapter 43 - Boom!

Sepanjang perjalanan, setelah Daniel berhasil mengelabui Kylie yang memang bisa dikatakan terang terangan, Jenni tampak beberapa kali tersenyum sendiri.

"Kau sepertinya sangat senang," ujar Daniel pada akhirnya mencoba menceletuk pada kekasih nya itu.

Jenni sedikit mengerutkan dahinya, tetapi tak lama menganggukan kepalanya.

"Kau seperti pembalap tadi, itu mengasyikan," ujar Jenni di luar dugaan Daniel.

"Eh," kaget Daniel sedikit menolehkan kepalanya ke arah Jenni.

Jenni yang melihat ekspresi raut wajah Daniel hanya dapat terkekeh pelan.

"Aku membayangkan kita berada di set film action, yang sudah lama tak pernah ku tonton,"

Kini Daniel lah yang tiba tiba saja menertawakan perkataan Jenni.

"Jadi kau memberikan kode agar kita menonton sekarang?" tanya Daniel penuh percaya diri.

Jenni memutarkan maniknya malas, tetapi setelah nya ia berfikir tak ada salahnya juga jika memang ia dapat berkencan dengan kekasihnya itu.

"Kedengarannya menarik, jika bang Daniel tidak sibuk, tetapi jika sibuk, aku tak memaksakannya," ujar Jenni meluruskan.

Daniel sedikit menganggukan kepalanya, dan mencoba menghubungi sekretarisnya, Jack.

Tak butuh waktu lama bagi Jack untuk mengangkat telefonnya.

Daniel yang sedang menyetir tentu saja telefonnya langsung di sambung kan pada handsfree yang terpasang di telinganya.

Tanpa basa basi Daniel segera menanyakan pada Jack mengenai jadwal rapat ataupun hal lainnya yang seharusnya telah di susun oleh Jack selaku sekretarisnya.

Jack yang kurang lebih mulai memahami maksud Daniel menghubungi nya, sekaligus menanyakan mengenai jadwal nya, dengan sigap ia menanyakan langsung pada Daniel akan keharusan dirinya mengatur jadwal ulang untuk nya atau tidak.

"Itu lebih baik, atur kembali, aku masih memiliki urusan," ujar Daniel, yang setelah. ya langsung memutuskan sambungan telefonnya pada Jack.

"Bagaimana ? Apakah tidak apa apa kita berkencan?" tanya Jenni tiba tiba.

Tentu saja Daniel refleks terkekeh pelan, mendengar pertanyaan Jenni diluar dugaannya. Namun setelah nya ia tetap menganggukan kepalanya.

"Ya, kita akan berkencan hari ini, jadi ... hal apa saja yang kau inginkan selain kita nanti menonton bioskop?" tanya Daniel kemudian pada Jenni.

Dengan senang hati Jenni langsung melontarkan keinginannya pada Daniel tanpa rasa malu sedikit pun pada kekasihnya itu.

Sepertinya Jenni benar benar telah terbawa suasana, dan mempercayakan pada kekasihnya itu, sehingga ia jauh lebih terbuka dari sebelum - sebelumnya.

"Baiklah, hari ini aku akan melakukan seluruh keinginan mu, aku akan membuatnya semua jadi kenyataan untukmu," ujar Daniel penuh suka cita.

Ia senang bahwa kekasih nya itu semakin hari semakin terbuka padanya, dengan begitu bukankah berarti hubungannya kini masuk fase yang ideal, yang saling membutuhkan dengan transparansi?

***

"Sial! Mengapa aku kehilangan jejaknya?!" geram Kylie sambil memukul stirnya itu.

Sungguh ia tak habis fikir jika Daniel akan membawa mobil secara zigzag, bahkan ia tampak menyelip satu mobil ke mobil lainnya.

Tunggu ....

"Mungkinkah ia sadar, bahwa aku mengikutinya?" panik Kylie saat menyadari sedikit kejanggalan yang terjadi sambil menginjak pedal rem nya secara mendadak.

TIIN!!!

Bruk

Sebuah mobil tepat berhenti secara mulus pada belakang mobil Kylie.

"Astaga!" pekik Kylie kaget mendapat hantaman cukup keras dari belakang mobilnya.

Refleks Kylie yang geram tanpa aba aba turun dari mobil nya itu dengan sedikit berkacak pinggang.

"Hya !! Tak bisakah kau menyetir mobil dengan baik dan benar?" lirih Kylie cukup keras dengan sebelah tangannya memberikan kode agar pemuda yang menyetir mobil di belakang nya keluar dari mobil itu.

Merasa ikut geram dengan kelakuan Kylie, yang menurutnya tak masuk akal tentu saja membuat pemuda yang berada di mobil itu ikut keluar dari mobil nya.

"Ck, kau keluar juga akhirnya," pekik Kylie yang belum menyadari bahwa karena dirinya jugalah akhirnya pemuda itu dengan terpaksa menghentikan mobil nya secara mendadak, hanya saja penghentiannya nyata nya tidak semulus itu.

Pemuda itu hanya memutarkan maniknya malas, dan menolehkan kepalanya menatap kap mobil nya yang sedikit menganga.

Ia rugi!

"Kau ganti rugi," ujar pemuda itu dengan tenang dan suara dinginnya pada Kylie.

Seketika manik Kylie membulat kaget.

Bukankah tadi Kylie lah yang memaksa agar pemuda itu keluar dari mobil, agar dapat meminta ganti rugi pada pemuda di hadapannya? Lalu mengapa kini posisi nya justru seolah beralih?

"Ada apa, apa perkataan ku salah?" tanya pemuda itu dengan tenang pada Kylie yang masih tampak terlihat penuh emosi.

Kylie tampak memijit keningnya. Ia tak habis fikir pemuda di hadapannya tampak tenang, dan tak merasa bersalah sedikit pun.

"Kau! ... tidakkah merasa bersalah atas perlakuan mu pada mobil ku?" tanya Kylie kembali sedikit emosi.

Dengan santai pemuda itu mengendikkan mobilnya pelan, dan menatap Kylie malas.

"Pertama, kau yang menghentikkan mobilmu secara mendadak, dan hampir saja kau membunuhku jika aku tak berhasil menginjak pesal rem. Kedua, kau yang tiba tiba saja marah marah tanpa melihat kerusakan siapa yang kira kira paling parah menurutmu?"

Seketika Kylie terdiam, dan mencoba mengatur emosi nya.

Memang benar dari segi kerusakan, maka mobil pemuda itulah yang parah.

Bisa dilihat dari kap mobil depan yang menganga, sedangkan mobil Kylie hanya tampak lecet walaupun kap belakang mobil nya penyok sedikit ke dalam.

Jujur saja Kylie cukup malu. Namun Kylie dengan gengsinya yang ia junjung tinggi, alhasil membuat nya tetap pada pendiriannya, dan mengatakan bahwa pemuda itulah yang tetap salah di matanya karena menubruk mobil nya yang sedang berhenti.

"Kau bukan berhenti di bahu jalan."

Kylie lagi lagi menegukkan salivanya kasar. Merasa semakin terhimpit, akhirnya Kylie memilih untuk kembali ke dalam mobil nya, menyudahi perdebatan yang ia mulai.

"Yha!! Kau ingin lari dari tanggung jawab ?!" pekik pemuda itu tiba tiba saat Kylie melangkahkan kaki nya menuju pintu mobil nya.

Merasa tak peduli dengan pemuda itu, Kylie berpura pura tak mendengarkan ucapan pemuda itu.

"Yha !!"

'Aish, Kylie mengapa kau membuat ulah seperti ini sih ? Seharusnya kau tak membuat keributan jika pada akhirnya kau yang tersudut, kau ini pengacara Kylie, nama mu tak boleh tercemar, apa sebaiknya aku meminta maaf saja? Tapi jika begitu bukan berarti aku mengaku salah padanya?' Monolog Kylie dengan seluruh pemikirannya yang bersarang di kepalanya itu.

Disaat Kylie masih terjerat dalam pemikirannya sendiri, ia menulikan telinganya berusaha tak mendengar perkataan apapun dari pemuda yang sedari tadi tampak terus menerus memanggilnya.

Sret !!

BOOM !!

"Apakah kau tuli tak mendengarkan ucapanku hah ?!!" bentak pemuda itu saat berhasil menarik Kylie menjauhi ledakan tiba tiba yang terjadi pada mobil pemuda itu.

"Hah? A...—"

——-

Leave a comment, vote and gift