Jenni kini tengah merebahkan badannya di ranjang empuk miliknya. Badannya terasa lelah,bahkan bukan fisik nya saja yang terasa lelah, namun fikiran nya pun tak jauh dari fisik nya, sama sama terasa lelah.
Mungkin dengan tertidur ia akan dapat menghilang kan rasa lelah yang ia rasakan saat ini, hal itulah yang terlintas di otak Jenni kali ini.
Sesekali Jenni membolak balikkan badannya,mencari posisi yang nyaman, namun sayangnya hal tersebut terasa sia sia Jenni tetap tak bisa memejamkan maniknya.
Pikiran Jenni masih terus membayangkan kejadian tadi siang saat ia bertemu dengan dosennya itu ....
.....Michael
seorang dosen muda yang hanya terpaut 3 tahun dari usia Jenni, dan hal yang terpenting Michael adalah dosen yang pernah menyatakan perasaannya pada Jenni.
Untuk sebagian mahasiswa disana mungkin akan senang jika seorang dosen muda tiba tiba menyatakan perasaanya padamu, namun tidak dengan Jenni.
Bukannya Jenni tidak menyukai dosennya itu, hanya saja Jenni sudah terlanjur menjadikan Michael menjadi sosok yang ia segani dan cenderung menjadi sosok kakak bagi Jenni, untuk itu Jenni selalu merespon dan menurut pada Michael, namun sayang nya Michael salah mengartikan sikapnya.
Sebenarnya semenjak Michael menyatakan perasaan padanya, Jenni sudah langsung menolak dengan alasan ia adalah dosennya,sekaligus sudah ia anggap menjadi sosok kakak baginya.
Namun Michael tidak menyerah dan tetap menunggu Jenni agar bisa membuka hati untuknya.
Flashback on
"Jen !!" ucap Michael sambil melambaikan tangan di hadapan wajah Jenni memecahkan lamunanya.
"Ah iya ?"
"Jadi kau mau kan untuk berkontribusi di galeriku ini ?"
"Mmm i-itu .... Jenni minta maaf sepertinya Jenni tidak bisa berkontribusi dalam galeri bapak kali ini" ujar Jenni seraya menunduk.
"Kenapa ? apa karena aku pernah menyatakan perasaanku padamu, sehingga kau mulai menjauhi ku ?" tanya Michael kembali.
Jujur memang itu alasannya, namun tak mungkin Jenni berkata sejujurnya pada Michael bukan ?
"Bu-bukan hanya saja Jenni belom yakin dengan lukisan Jenni pak, mungkin lain kali Jenni bisa ikut berkontribusi di galeri bapak"
Michael tampak menghela nafasnya panjang. Michael tampak kecewa dengan jawaban Jenni, karena sebenarnya Michael membuat galeri itu demi Jenni agar dapat menampilkan karyanya disana, Michael tau Jenni sangat berbakat mengenai seni, untuk itu Michael berniat sepenuh nya mendukung Jenni.
"Yasudah tak apa, tapi kalau seandainya kau berubah pikiran ,kau langsung saja datang padaku, aku akan memberikan spot yang bagus untukmu"
"baik pak"
Flashback off
'Semoga aku tak menyesal dengan pilihanku' lirih Jenni dalam benaknya
Saat Jenni berusaha untuk memejamkan maniknya kembali, handphone Jenni berdering menandakan ada panggilan masuk ke handphonenya.
Jenni hendak mengumpat karena ada yang mengganggunya disaat ia hendak tertidur, namun sirna sudah rasa kekesalan Jenni saat melihat nama yang tertera di layar handphonenya, karena orang yang menelfonnya adalah ...
...Daniel
"Hai Jen"
"O-oh hai"
"Maaf mengganggumu"
"Tak apa,aku tak merasa terganggu, jika kau yang menelfonnya" ucap Jenni riang
Terdengar suara kekehan kecil dari seberang telefon.
Jenni yang mendengar nya hanya dapat tersenyum mendengar suara kekehan Daniel, yang menurut nya suara itu dapat menenangkan hatinya kini.
"Kau sedang apa ?"
"Aku ? Mmm tadinya berusaha untuk tidur, tapi... tidak bisa"
"Kau lagi ada masalah ?"
Jenni tampak sedikit mengginggit bibirnya pelan, rasanya ia ingin memberitahu pada Daniel mengenai hal hal yang sedang difikirkannya, tapi bolehkah ? haruskah ia mengatakannya pada Daniel yang kini status nya masih orang lain bagi dirinya ?
Namun disatu sisi ada rasa nyaman yang terasa di hati Jenni, entah perasaan apa itu sebenarnya.
"Hng ,.... sepertinya..."
"Mendengar jawabanmu seperti itu....aku tahu kau belom mau memberitahukan masalahmu kepadaku, bukan begitu Jen ?"
"Kurasa kau benar, Mmm apakah kau sebenarnya keturunan cenayang ?"
"Yakkk mana mungkin orang tampan sepertiku seorang cenayang!"
Jenni tak dapat menahan tawanya, dan refleks gelak tawa Jenni memecah dan terdengar jelas oleh Daniel.
'Kau lebih baik seperti itu Jen' monolog Daniel yang mendengar gelak tawa Jenni.
"Berhentilah menertawakanku"
"Baiklah, baiklah .... terimakasih bang Daniel, yang sudah membuatku melupakan masalahku sesaat"
"Wait, kau sekarang memanggilku dalam sebutan 'bang' ?"
"Ada apa, apakah tidak boleh ?"
"Mmm tentu saja boleh"
"Baiklah mulai hari ini aku akan memanggil mu bang Daniel, bukan pak Daniel" kekeh Jenni.
Terdengar kekehan Daniel dari seberang telefon.
Setelah perbincangan panjang akhirnya telefon pun terputus.
'Terimakasih bang Daniel sudah membuat hariku berwarna dari sebelumnya'
----------------