Chereads / cinta dalam jas putih / Chapter 12 - Sebuah Keputusan

Chapter 12 - Sebuah Keputusan

"apa sudah tidak ada pasien lagi? "

"iya, dok. sudah beres"jawab nita,kedua tangannya masih sibuk membereskan arsip-arsip yg berserakan.

Walaupun tangannya sibuk membereskan arsip, matanya tertuju pada sosok lelaki yg seminggu lalu membicarakan omong kosong berkedok kesepakatan menjadi seorang ibu sementara untuk axel. Apa boleh aku mempermainkannya sedikit? ucap nita dalam hati, haha. Dia terlalu tampan untuk dipermainkan, seharusnya ada yg mendampinginya.

Dia melihatku? sesegera mungkin nita merubah fokus pandangannya ke arah lain.

Jantungnya bekerja kencang,dokter yoga melangkah,mendekat ke arah nita.

"Axel bilang kamu setuju jadi ibunya"

"aapa.. "kali ini nita yg dipermainkan situasi, dia terkaget"kenapa axel bilang begitu? "

Kali ini senyuman terukir di wajah dokter yoga"kamu yg berjanji sama axel, jadi kamu yg harus bertanggung jawab"

"bertanggung jawab? "nita terheran

"kamu tahu axel itu selalu menyimpan harapan besar sama orang yg sudah berjanji dengannya"

Tapi itukan,upaya supaya anak itu melupakan kesedihannya. Argh, kenapa dia menganggap serius perjanjian dengan anak kecil. Sekarang ini aku merasa dihimpit dinding kuat dan tinggi, yg aku sendiri tidak bisa menembus dan memanjatnya. Aku ingin menangis sekencangnya.

"Kamu gak usah khawatir, selama kamu bersama axel.Biaya pengobatan nenekmu biar aku yg urus, dan putra pamanmu yg sedang kuliah aku merencanakan memberikannya beasiswa sampai dia lulus"

Nita terdiam, tidak percaya dia tahu semua kehidupannya. dan pasti ibu kepala yg bilang, karena selama bekerja di rumah sakit cuma ibu kepala yg merangkulnya seperti putrinya, dan mendengarkan ceritanya.

"Apakah kesepakatan ini memang harus?"nita memberanikan diri menatap wajahnya

Dokter yoga terdiam sejenak"anggaplah ini sebuah permohonanku, kamu membantuku dan aku juga akan membantumu. Anggaplah ini situasi dimana kita saling membutuhkan satu sama lain.walaupun diberi judul pernikahan, tapi ini cuma sebagai tirai untuk mnyembunyikan kebohongan"

"Dan juga,orang tahu kita akan menikah disini hanya ibu kepala"lelaki itu menegaskan

Yup, nita tertawa benci dalam hati. Dia sudah merencanakan dengan matang sebelumnya, dan sepertinya kepindahanku ke bagian poliklinik ini juga salah satu rencananya yg disetujui ibu kepala. Apa hanya aku wanita bodoh yg dia tahu kalau aku tidak akan bisa berkutik jika semua menyangkut dengan nenek dan pamanku.

"Apa tugasku? "suara nita melemah

"kamu hanya perlu menjadi ibu axel dirumah, dan menjadi istriku dihadapan keluargaku, itu saja"

Itu saja dia bilang, hati nita penuh kebencian. Aku menyukai axel, bukan berarti sengaja mendekatinya untuk mendapatkanmu. Selama ini sikapnya tidak baik terhadapku, menjadikan aku tidak berambisi untuk menjadi istrinya.

Ternyata ini adalah umpan yg sebenarnya aku lempar, tetapi aku yg memakannya.Sekarang ini,situasinya aku sedang terjebak. Bukan harus mundur, tapi harus maju menerimanya, dan akan kubalaskan penghinaan ini nanti.

"baiklah, sekarang ini apa yg harus saya lakukan? "nita berusaha memasangkan topeng ketegaran.

"Biar semua aku yg urus,kamu hanya perlu bersiap sabtu besok ada acara dengan keluargaku. Bila sesuai rencana kita menikah minggu depan"

Dia membuat mudah sebuah pernikahan, karena memang sedari awalnya dia sudah merencanakannya. Tapi, aku ingin menjerit dan berkata bisakah kamu melamarku dengan sedikit romantis?!?

"Baiklah"ucapan terakhir nita enggan melihat wajahnya untuk kali ini

"bersiaplah"dokter yoga mengingatkan kembali, sambil melangkahkan kaki nya ke arah pintu dan meninggalkan nita.

Segera nita menutup pintu dan menguncinya, dia terduduk dilantai. Matanya mengeluarkan bulir-bulir air mata, yg ternyata lebih kokoh dan menembus pertahanan ketegarannya. Tangisannya menjadi-jadi, betapa terhinanya dia menjadi manusia yg harus bekerja keras untuk mengobati neneknya yg sudah renta dan sakit-sakitan. Wanita itu yg selama ini mencintainya setelah dia tidak diperdulikan orang tuanya.

Setelah berapa lama dia mengeluarkan tangisannya, hatinya tergerak bangkit. kedua tangannya menghapus air mata yg sudah membasahi wajahnya.

Aku,akan membalaskan sakit hatiku ini nanti...