"Dia Feng Cang!" ucap seorang pria botak dengan tato di sekujur lehernya sambil menatap foto di tangannya dan gadis lusuh di hadapannya secara bergantian.
"Apa kamu yakin?" Pria kurus di sampingnya terlihat ragu. Bagaimanapun juga gadis di hadapan mereka terlihat seperti gelandangan sedangkan gadis di foto itu secantik peri.
"Aku yakin! Lagipula lebih baik membunuh sepuluh ribu orang tidak bersalah daripada membiarkan seseorang lolos."
"Siapa kalian?" Suara dingin gadis lusuh tadi membuat mereka tersenyum lebar.
"Apa kamu penasaran?" tanya pria botak tadi dengan nada mengejek.
"Biar aku tebak," ucap gadis itu sambil menyibakkan rambutnya yang menutupi sebagian besar wajahnya, membuat orang-orang bisa melihat mata hitamnya yang seperti lubang tanpa dasar. "Kalian pasti anjing-anjing Feng Bao, kan?"
Pria kurus tadi menggeram marah, "Anjing?!"
"Ah, barusan kamu memanggil dirimu sendiri?" tanya gadis itu terdengar lebih seperti sebuah pernyataan karena nada datarnya.
Pria itu langsung merogoh sakunya. "Kamu sendiri yang meminta kematianmu!"
Dor!
Sebelum pria itu bisa menyentuh pistolnya, sebutir peluru panas sudah bersarang di otaknya.
"Sayang sekali," gumam gadis itu.
"Kamu...!"
Dor! Dor! Dor!
Feng Cang menatap setumpuk mayat di hadapannya dengan dingin. "Tidak bisakah kita berbincang dengan riang?"
Tetapi tidak ada jawaban, hanya dia satu-satunya makhluk hidup di gang itu.
Tanpa gadis itu sadari, ada seseorang yang mengawasinya di balik bayangan.
Pria itu menatap gadis itu dengan penuh minat. Orang biasa tidak akan ada yang bisa melihat keanehan dari gadis itu tapi dia bisa. Di balik kabut kedinginan mata gadis itu, ada ketakutan dan kecemasan tapi dia tetap bisa mengontrol pistol dengan benar.
Gadis itu tidak buruk juga.
Tapi suara tembakan barusan pasti akan mengundang teman-teman bajingan yang terbunuh tadi. Orang-orang itu terlalu banyak, gadis itu pasti akan mati.
Sayang sekali, sia-sia...
"Ehehehe..."
Feng Cang langsung menyapukan pandangan ke sekelilingnya dengan waspada tapi tidak menemukan apapun.
"Hehehe..."
Tawa itu tampaknya datang dari kedalaman neraka, menakutkan dan ekstrem, kadang-kadang suram, pahit, dan mengerikan. Itu adalah cengkraman yang tak terkendali, nakal dan volumenya bertambah intensitasnya sampai berdering tanpa henti di telinga Feng Cang.
Dengan latar belakang suara tawa itu, sekelompok orang dengan senjata lengkap datang. Jumlahnya kurang lebih ada lima puluh orang.
Feng Cang sudah tidak memperhatikan suara tawa tadi, pikirannya sudah tertuju pada sekelompok orang di depannya. Dia tahu kalau ini tidak menunjukkan tanda-tanda positif, apalagi dia kehabisan peluru.
Dia sudah pasrah dan memejamkan mata saat melihat puluhan pistol yang terarah padanya.
Dor!!
Dor! Dorr! Dorr!!
Suara tembakan yang nyaring terus bergema tapi Feng Cang tidak merasakan sakit sedikit pun. Sedikit demi sedikit, dia memberanikan diri untuk membuka matanya dan melihat siluet seorang pria dengan latar belakang bulan purnama. Itu indah... dan memberi seseorang perasaan sendiri dan kesepian. Meskipun hanya siluet, orang bisa langsung mengetahui kalau pria itu tampan dari kontur wajahnya yang mempesona. Hanya satu kata: Sempurna!
"Gadis kecil, aku sudah menyelamatkanmu. Jadi, bayar aku dengan tubuhmu."