Chereads / Setan dan Iblis: Dosa Seorang Pria / Chapter 9 - Sinar Matahari Ah Shen

Chapter 9 - Sinar Matahari Ah Shen

"Nona, apa yang ingin kamu beli?"

Feng Cang mendengus. Matanya menyipit saat melihat pria tinggi dengan setelan jas formal di kursi direktur yang terlihat gugup.

Sejak kecil hingga bertahun-tahun yang lalu, sebelum dia melarikan diri ke luar negeri, dia selalu mengusahakan untuk datang ke panti asuhan yang didirikan di bawah yayasan keluarganya. Entah itu untuk menyumbangkan uang ataupun hanya bermain dengan anak-anak yang ada di sana.

Pria ini, Ah Shen, juga merupakan salah satu penghuni panti asuhan. Sayangnya, tidak ada yang mau mengadopsinya hingga dia menjadi anak tertua di panti asuhan karena asal usulnya yang tidak jelas dan sifatnya yang tertutup dan pendiam dengan aura suram di sekitarnya.

Karena sifatnya juga, tidak ada yang berani mendekat dan berteman dengannya, bahkan pengasuh pun tidak tahu harus melakukan apa. Dia seperti terjebak dalam dunianya sendiri.

Hanya Feng Cang yang mau mendekatinya. Dan sejak saat itu, dia menjadi satu-satunya sinar matahari bagi Ah Shen.

"Kakak, jangan panggil aku dengan sebutan nona atau aku tidak akan berbicara lagi denganmu," ancam Feng Cang.

Wajah pria itu memerah hingga ke telinga. Dia menoleh dengan kikuk ke arah Feng Cang. "Tapi aku-"

"Katakan sekali lagi dan aku tidak akan berbicara lagi denganmu," potong Feng Cang.

Ah Shen gelagapan lalu buru-buru menggeleng. "Fe-Feng Cang, kemana kamu ingin pergi?" tanyanya sambil menatap gadis yang berdiri di pintu. Wajahnya memanas saat matanya bertemu dengan mata Feng Cang.

"Pusat perbelanjaan," jawab Feng Cang.

Ah Shen mengerutkan dahi.

"Aku butuh pakaian," ucap Feng Cang, bisa menebak apa yang dipikirkannya.

Dalam hati Feng Cang mendesah sedih. Sejak Setan selalu memberinya pakaian dan tidak membiarkannya memilih, dia merasa standar kecantikannya jatuh karena pria itu tidak pernah memberinya pakaian indah. Hanya ada pakaian anti peluru, pakaian tahan air, pakaian tahan panas, dan pakaian-pakaian menyebalkan lainnya. Pria itu benar-benar mengabaikan jenis kelaminnya.

"Aku akan mengantarmu," ucapnya lalu segera bangkit.

"Pertama, ganti pakaianmu," ucap Feng Cang sambil mengamati Ah Shen yang mengenakan setelan formal dari atas ke bawah. "Aku tidak mau semua orang di sana mengenalimu. Menyusahkan."

Ah Shen mengangguk patuh lalu mengambil beberapa pakaian santai yang selalu dia siapkan di kantornya untuk keadaan darurat.

Feng Cang memberinya kacamata tanpa lensa lalu mengangguk puas saat melihat perubahan Ah Shen dari seorang direktur kaku ke pria muda yang lembut dan cerdas. "Ayo, berangkat!"

Ah Shen tersenyum lalu menggandeng tangan Feng Cang. Ini adalah pertama kalinya dia berani menggandeng tangannya tapi itu semua terlihat alami seakan-akan mereka sudah melakukannya selama bertahun-tahun.

Feng Cang juga tidak terlalu ambil pusing dengan sikap overprotektif Ah Shen dan perhatiannya yang berlebihan. Asalkan mereka bahagia, itu baik-baik saja... Karena dalam hidup ini, dia hanya ingin hidup bahagia tanpa seseorang yang bisa mengganggunya.

Pusat perbelanjaan tempat tujuan Feng Cang merupakan salah satu pusat perbelanjaan kelas atas yang hanya menjual barang-barang mewah. Kalau bukan karena Ah Shen, dia lebih suka pergi ke tempat kelas menengah yang harganya lebih wajar. Bagaimanapun juga, itu hanya baju.

Huh, merek-merek mewah ini hanya menjual nama.

"Bagaimana bisa kamu membeli barang di bawah standar saat aku masih hidup?" Ah Shen menggerutu saat melihat Feng Cang yang dengan enggan mengikutinya.

Yah, standar pria ini benar-benar terlalu tinggi. Kalau tidak, tidak mungkin dia berani mendirikan pusat perbelanjaan dengan merek-merek mewah seperti ini.

Feng Cang menatap sekelilingnya dengan penuh rasa ingin tahu. Sekitar empat tahun yang lalu, Ah Shen mulai mendirikan tempat ini dan yang langsung diterima dengan baik oleh masyarakat berkat bantuan teman-temannya membantu. Hmm, itu termasuk Feng Ci yang pintar memanipulasi media massa.

"Kamu sekarang sudah sukses. Kamu pasti berusaha keras," puji Feng Cang.

Ah Shen hanya tersenyum tipis tapi telinganya terlihat memerah. "Ini karenamu," ucapnya.

Ya, benar. Kalau Feng Cang tidak mempercayainya dan memberinya sumber daya yang cukup, dia tidak akan bisa mencapai semua ini.

Feng Cang tersenyum. Tidak sia-sia dulu dia memberikan semua yang dia punya, pria ini benar-benar bisa diandalkan.

***

Feng Cang memilih-milih baju diikuti Ah Shen dan gadis pelayan toko yang terus tersenyum lebar.

Dia sudah bisa membayangkan berapa banyak komisi yang dia dapatkan. Gadis muda yang baru saja datang ini terus mengambil baju tanpa melihat harga dan pria di sampingnya sesekali memilih baju yang cocok dengan gadis itu diam-diam. Meskipun mereka terlihat masih muda, pasangan ini pasti orang kaya!

"Feng Cang?"

Feng Cang mengerutkan kening tak senang saat mendengar suara licik yang tidak asing.

Dia enggan menanggapi tapi dia mendengar suara ketukan sepatu hak tinggi yang melangkah mendekatinya.

"Saudari, akhirnya aku menemukanmu! Apa kamu tidak tahu betapa khawatirnya kakek saat mendengar bahwa ayah mengusirmu? Kenapa kamu pergi begitu saja tanpa membawa apapun?"

Wajah Ah Shen menggelap saat melihat siapa yang berbicara. Dia ingin membalas tapi tangan Feng Cang diam-diam menahannya, memintanya untuk tenang.

Feng Cang menatap sepasang kekasih di depannya lalu tertawa pelan. "Oh, apakah ini saudariku, Feng Bao, dan... ah! Apa ini, Lan Mu, mantan kekasihku? Kalian sudah banyak berubah!"

Senyuman Feng Bao memudar saat mendengar perkataan Feng Cang dan tatapan provokatifnya.

"Saudari, apa yang kamu katakan? Jangan mengatakan omong kosong seperti itu! Aku tahu bahwa itu kesalahanku saat kamu diusir dari rumah hingga tidak memiliki apapun. Aku dan Kakak Lan sudah meminta maaf padamu!" Feng Bao berkata dengan mata berair, terlihat seakan-akan dia adalah orang yang digertak.

Feng Cang terkekeh. "Apa maksudmu? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

Feng Bao terdiam sesaat sebelum mengalihkan pandangan ke tumpukan pakaian di belakang Feng Cang. "Ah, apa kamu yakin ingin membeli semua itu? Aku tidak tahu bagaimana kamu akan membayarnya dengan kondisimu saat ini, apalagi..."

Perkataan Feng Bao yang menggantung membuat pelayan toko di belakang mereka mulai berpikiran liar dan menatap Feng Cang dengan tatapan curiga.

"Feng Cang, kalau kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa memintaku! Kamu tidak perlu bergantung pada pria acak seperti ini." Lan Mu yang sejak tadi diam, mulai membuka mulut. Dia menatap tak suka pria di samping Feng Cang yang sejak tadi terus menatap gadis itu dengan tatapan memuja tanpa pernah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Dia tidak tahu mengapa tapi hatinya terasa gatal saat melihatnya. Lalu dia mengalihkan tatapan ke arah Feng Cang. Gadis itu... Meskipun dia enggan mengakuinya, setelah bertahun-tahun tidak bertemu, dia terlihat lebih dewasa dan menarik. Saat Feng Bao disandingkan dengannya, secara tidak sadar kecantikannya terlihat lebih redup dibandingkan Feng Cang.

Mata Feng Cang menggelap. Sejak dia kembali ke negara ini, keluarganya terus menerus menekannya. Kalau bukan karena persiapannya selama empat tahun dan bantuan Ah Shen, dia mungkin sudah mati dibunuh orang suruhan Feng Bao tepat sebelum turun dari pesawat.

"Sayang, ayo, kembali! Tempat ini benar-benar buruk! Bagaimana bisa ada sampah di sini?" Ah Shen tiba-tiba berbicara sambil menarik pinggang Feng Cang.

Feng Cang: "..." Hei, apa itu bagus untuk menghina bisnismu sendiri?

"Pakai ini dan kirimkan barang-barang itu ke alamat ini," ucap Ah Shen sambil menyerahkan kartu kredit dan kartu namanya ke pelayan toko.

Mata pelayan itu membulat saat melihat kartu nama di tangannya. "Ah Shen?"

Feng Bao dan Lan Mu sedikit tersentak saat mendengar nama itu. Bukankah itu pemuda yang baru-baru ini terkenal karena berhasil sukses masuk ke lingkaran bisnis dalam waktu singkat? Pusat perbelanjaan ini juga miliknya!

Pemuda itu baru masuk ke lingkaran bisnis selama sekitar empat tahun tapi dia sudah masuk ke daftar sepuluh besar orang terkaya di negara ini. Umurnya baru dua puluh empat tahun dan semua orang menyebutnya jenius!