Halo, Feng Cang?"
"Senior Ketiga," balas Feng Cang dengan suara rendah.
"Bukankah ini sudah malam di tempatmu? Kenapa menelponku?"
"Kapan kamu kembali? Bukankah misimu selesai besok?"
Tak ada jawaban untuk beberapa saat. Feng Cang sendiri juga terdiam, tak tahu harus mengatakan apa.
"Ah, seperti aku harus tetap di sini untuk beberapa saat. Ada beberapa masalah yang..."
"Apa itu perintah Setan?" potong Feng Cang.
"Yah, seperti yang kamu tahu," ucap Feng An lalu mendesah.
Feng Cang tertunduk. "Maafkan aku," ucapnya hampir tak terdengar.
"Hei, ini bukan salahmu," ucap Feng An berusaha menghibur. "Ah, lagipula di sini tidak terlalu buruk. Setidaknya hidupku tidak akan terancam untuk sementara waktu. Oh, ya! Apa kamu sudah menerima hadiahku? Itu spesial untukmu! Aku akan segera menemuimu."
"Aku akan kembali besok," sahut Feng Cang.
"Kembali? Kembali ke mana?" Feng An terdengar kebingungan.
"Negara T."
"Kamu benar-benar ingin kembali?" tanya Feng An dan suaranya berubah agak suram.
"Aku harus kembali," jawab Feng Cang tegas.
"Setan memperbolehkanmu?" tanya Feng An ragu.
Feng Cang mengiyakan.
"Kenapa itu tidak terdengar seperti Setan yang biasanya?"
"Entahlah," ucap Feng Cang lemah. "Mungkin... dia berubah?"
Feng An tertawa pelan. "Mendengarnya berubah membuatku takut."
"Senior Ketiga," panggil Feng Cang menghentikan tawa Feng An. "Terima kasih."
Feng An tertawa miris. "Hei, tidak perlu berterima kasih; kita keluarga."
"Senior Ketiga," panggil Feng Cang lagi.
"Hn?"
"Aku merindukanmu."
"Aku juga," balas Feng An pelan.
"Kapten Feng! Kapten, target di arah jam sepuluh!"
"Kapten, penembak jitu sudah siap di tempat."
"Kapten, ada panggilan dari atasan!"
"Musuh mulai bergerak!"
Feng Cang mendengar suara samar-samar dari ujung telepon. "Apa kamu sedang bertugas?"
"Apa kamu mendengarnya?" Feng An balik bertanya dengan nada gugup.
"Selesaikan tugasmu, berhati-hatilah!" ucap Feng Cang lalu mematikan telepon.
"Sampai jumpa."
Feng An menatap layar ponselnya yang mati. Dia terdiam untuk sesaat sebelum mendesah panjang dan berbalik ke arah bawahannya. "Mulai operasi!"
Feng Cang menatap bayangan dirinya di cermin kemudian hadiah dari Feng Xiu yang masih tergeletak di ranjang.
Hari ini dia sudah bebas dan Setan berjanji tidak akan menghalanginya. Dia ingin kembali tapi... dia tidak mau mengakuinya tapi dia benar-benar takut!
Bayangan kejadian empat tahun lalu terus menghantuinya. Bagaimana keluarganya membuang dia, bagaimana saudara dan kekasihnya yang menjebaknya, dia tidak akan melupakan semua itu!
Dia terjebak dalam kekhawatiran untuk sesaat. Matanya yang tadinya dinodai oleh ketidakpastian, sekarang terlihat jernih dan dingin.
Mereka sudah memutuskan hubungan darah dengannya. Jadi, jangan salahkan dia kalau dia berbuat kejam!
Dengan langkah mantap, dia mulai mencoba menggunakan make up dan gaun merah muda dari Feng Xiu.
Hm, dia harus mengakui bahwa selera pria itu memang cukup bagus!
Tepat setelah Feng Cang memikirkan itu, ponselnya berdering.
"Senior Kedua?" sapa Feng Cang ragu.
"Temani aku," ucap Feng Xiu terdengar kelelahan.
Alis Feng Cang berkerut. "Dimana kamu?"
"Gudang anggur di-"
"Aku akan segera ke sana," ucap Feng Cang lalu segera mematikan telepon.
Dia melirik sekilas bayangan dirinya di cermin sebelum keluar ruangan.
Hmph, pria itu selalu menyusahkannya!
***
Feng Cang bergegas membuka pintu gudang dan menemukan sosok menyedihkan yang tergeletak di lantai.
Dengan wajah lebam keunguan dihiasi bekas air mata samar, baju yang berantakan, dan mata yang memerah. Bahkan pengemis di jalanan tidak akan semenyedihkan dia.
"Senior Kedua," panggil Feng Cang lalu bergegas menghampirinya.
"Ah, siapa ini? Apakah ini kelinci putih kecilku yang hilang?" ucap Feng Xiu sambil menyipitkan matanya saat melihat Feng Cang yang terlihat berbeda dengan make up dan gaun.
"Senior Kedua, kamu mabuk," ucap Feng Cang saat mencium bau alkohol yang kuat dari tubuh pria di depannya.
Feng Xiu tertawa. "Senior? Kamu sudah bukan anggota kami, kenapa masih memanggilku Senior Kedua?"
"Hentikan omong kosongmu dan bangun! Kamu begitu berat." Feng Cang menarik tangan Feng Xiu, berusaha membangunkannya.
"Hei, apa kamu tidak menyukaiku?" tanya Feng Xiu.
Feng Cang tak menjawab, acuh tak acuh.
"Sejak pertama kamu datang sampai hari ini kamu selalu dingin kepadaku. Kenapa?" tanya Feng Xiu dengan wajah seolah-olah dia adalah gadis teratai putih yang diintimidasi.
Feng Cang menghentikan usahanya dan menatap mata Feng Xiu dalam-dalam. "Karena kamu terlalu tampan."
Feng Xiu tertawa. "Apa kamu memujiku?"
"Sayangnya, itu bukan pujian," gumam Feng Cang lalu mengangkat Feng Xiu ala bridal style.
"Hei, apa yang kamu lakukan?" protes Feng Xiu.
"Apa kamu percaya kalau aku sedang berusaha membawa pengantin wanita pulang?" tanya Feng Cang datar.
Feng Xiu tertawa pelan lalu bersandar pada bahu Feng Cang. "Kamu benar-benar tampan," gumamnya sebelum tertidur di detik berikutnya.
Feng Cang pergi dan sesekali melirik wajah polos Feng Xiu yang terlelap. "Kamu yang terbaik."
***
"Ahhhh!!!"
Feng Xiu bangun dengan hati dan pikiran yang kacau saat dia melihat seorang gadis yang tidur di sampingnya.
"Apa yang kamu lakukan? Begitu berisik!"
Feng Xiu ternganga saat mendengar ucapan tak tahu malu dari mulut gadis itu. "Little Junior, apa yang kamu lakukan di sini?!"
Feng Cang membuka matanya lalu pandangannya jatuh ke tubuh Feng Xiu yang tertutupi selimut. Dia menyeringai saat matanya bertemu dengan mata terbelalak Feng Xiu.
Pria itu langsung menyibakkan selimutnya dan dia semakin histeris saat melihatnya. "Kamu, gadis jahat, dimana pakaianku?!" tanya Feng Xiu dengan air mata yang hampir menetes.
"Ada apa dengan tampilan gadis polos yang ternodai itu? Bukankah kamu biasa bermain dengan gadis-gadis?" Feng Cang memutar bola matanya.
"Itu berbeda! Kami hanya minum-minum!" Feng Xiu menyangkal. "Kamu... kamu..."
"Bajumu basah," potong Feng Cang tak sabar.
"Bagaimana bisa?!"
"Bagaimana bisa?" Feng Cang balik bertanya dengan seringai di wajahnya. "Senior, apa kamu lupa apa yang terjadi tadi malam?"
Wajah Feng Xiu memerah. "Ap-apa yang terjadi?!"
Feng Cang mendesah.
"Ada apa dengan penampilanmu itu?! Katakan! Apa yang terjadi tadi malam?"
"Tadi malam kamu begitu gila hingga...ah, pengganggu!" ucap Feng Cang pelan lalu bersembunyi di balik selimut.
Wajah Feng Xiu semakin memerah. Hanya dengan melihat reaksi Feng Cang, dia sudah membayangkan berbagai macam hal liar.
"Little Junior, katakan! Apa yang aku lakukan padamu?" Feng Xiu bertanya dengan nada khawatir.
"Little Junior!" panggil Feng Xiu sambil mengguncangkan tubuh Feng Cang yang memunggunginya.
"Kenapa kamu tidak menjawab?!" Feng Xiu bertanya dengan nada khawatir, takut gadis itu mengalami trauma. Dia bahkan tidak memperdulikan lagi tentang tubuhnya yang telanjang.
"Hei, jangan membuatku khawatir! Aku janji aku akan bertanggung jawab!"
"Sungguh?" Feng Cang langsung duduk tegak.
"Kamu baik-baik saja?" Feng Xiu menatap Feng Cang dengan tatapan memeriksa.
"Apa kamu benar-benar akan bertanggung jawab?" Feng Cang bertanya tanpa menghiraukan pertanyaan Feng Xiu.
"Ap-apa yang kamu katakan?! T-tentu saja aku akan!" Feng Xiu berkata dengan gugup.
Feng Cang terlihat ragu.
Harga diri Feng Xiu merasa direndahkan saat melihat keraguannya. "Apa yang kamu ragukan?! Aku akan memberimu kompensasi apapun yang kamu inginkan!"
"Kamu yakin?" Feng Cang berkedip polos.
"Tentu saja!"
"Itu bagus!" Seringai licik muncul di wajah Feng Cang.
"H-hei, ada apa dengan ekspresi itu?"