"Di kananmu itu area penembakan. Kamu sepertinya akan menyukainya. Kalau ada waktu, kamu bisa bermain di sana."
"..." Apa kamu pikir aku benar-benar 'menyukai' membunuh orang?
"Di ruangan kiri ini tempat pelatihan bela diri tentara. Untukmu, latihan bela diri di tempat khusus bersama kami," lanjut Feng An sambil menunjuk Feng Jun dan Feng Xiu yang mengikuti di belakang mereka.
Feng Cang mengangguk mengerti.
"Ruangan di depan itu asrama kita," ucap Feng An sambil menunjuk ruangan di depan.
Feng Cang terdiam sesaat. "Bukankah sebelumnya kamu mengatakan kalau ada sekitar enam ratus tentara elit tinggal di sini? Itu hanya kamar kecil. Bagaimana bi..."
"Kosong?" Feng Cang melongo saat melihat ruangan yang benar-benar kosong. Ini jauh dari perkiraannya. Apa mereka tinggal di tempat gaib?
Feng Jun maju lalu menyingkirkan satu-satunya benda yang ada di ruangan itu—karpet—yang menutupi lantai kayu, lalu menarik lantai yang ternyata merupakan tangga.
"..." Ruang bawah tanah... lagi?
"Masuk," ucap Feng Jun datar.
Feng Cang mengangguk lalu buru-buru mengikuti Feng An. Dia tidak mau dekat-dekat dengan Feng Jun, rasanya seperti musim salju... Dingin!
"Ini kamarmu." Feng An menunjukkan salah satu kamar dengan nomor 665. "Kunci kamar ada di dalam."
Feng Cang mengangguk.
"Kamarku ada di samping kananmu, kamar Feng Xiu ada di depan kamarmu, di samping kamar Feng Xiu adalah kamar Feng Jun."
"Dimana kamar Setan?" tanya Feng Cang penasaran.
Feng An menatap kamar di samping kiri kamar Feng Cang.
Feng Cang mengikuti tatapannya. "Yah, dia hidup sesuai dengan namanya," komentar Feng Cang saat melihat nomor kamar 666. [1]
"Feng Cang!" panggil Feng Xiu.
"Apa ada masalah?" tanya Feng Cang.
"Bagaimana kamu bisa bertemu Setan?" tanya Feng Xiu. Dia sudah menahan pertanyaan ini sejak tadi dan dia pasti akan mati karena penasaran seandainya dia tidak segera mendapatkan jawabannya.
"Dia menyelamatkan nyawaku."
Mereka bertiga mengangguk seakan sudah mengharapkan jawaban itu.
"Lalu apa yang dia minta?" tanya Feng Xiu dengan tatapan mengantisipasi.
Pria licik itu tidak akan membantu orang tanpa alasan. Gadis ini pasti memiliki sesuatu yang bagus selain kemampuannya untuk bisa menarik perhatian Setan.
"Tubuhku."
"Ah, apa?!" Feng Xiu merasa telinganya tidak berfungsi dengan baik.
"Dia memintaku untuk membayarnya dengan tubuhku."
Mereka bertiga tidak tahu harus merespon seperti apa. Untuk beberapa saat, mereka berempat terjebak dalam keheningan mutlak.
"Ak-aku pikir dia gay! Aku bahkan sudah merencanakan untuk kabur seandainya dia benar-benar menyukai pria!" Feng Xiu berkata dengan nada tak percaya.
Feng Jun dan Feng An menatap Feng Xiu dengan tatapan menghujat. Itu terdengar terlalu ekstrim tapi... aku mungkin juga akan melakukannya.
"Yah, Xiao Cang, beristirahatlah. Ini sudah malam," ucap Feng An lalu tersenyum kikuk. "Aku akan meminta seseorang membawakan pakaian untukmu nanti."
Feng Cang mengangguk lalu memasuki kamar. "Terima kasih, Senior Ketiga," ucap Feng Cang lalu menutup pintu.
Feng Xiu tercengang untuk sesaat. "Dia... Dia... tidak mengatakan apapun pa..."
"Terima kasih, Senior Pertama, Senior Kedua."
Feng Xiu mendengar suara manis yang samar-samar terdengar dari balik pintu. Dia membeku untuk beberapa saat sebelum akhirnya terkekeh pelan.
"Dia seperti makhluk kecil yang mencoba melindungi dirinya sendiri," gumam Feng An pelan.
"Yah, benar." Feng Xiu menatap pintu kamar Feng Cang yang tertutup.
"Hei, kalian mau kemana?" tanya Feng Xiu saat dia tertinggal di belakang.
"Setan." Feng Jun menjawab dengan nada tak perduli.
"Ah, tunggu aku!"
***
"Setan."
"Ah, kalian sudah selesai?" sahut Setan.
"Hn." Feng Jun menatap siluet pria yang duduk di singgasana di balik bayangan.
Setan tersenyum, membuatnya terlihat lebih jahat dan jahat.
"Cari tahu semua tentangnya," ucap Setan sambil memainkan jari-jarinya, mengabaikan tatapan serius bawahannya.
"Kamu membawa Feng Cang tanpa tahu asal-usulnya?" tanya Feng Jun dingin.
"Jadi, apa? Dia tidak berbahaya." Setan menyipitkan mata tak suka.
"Bagaimana bisa kamu begitu yakin?" Feng Jun menatap Setan tajam.
"Dia hanya kelinci putih yang sedang di buru." Setan terkekeh pelan setelah mengatakannya.
"Beri tahu aku besok pagi. Pergilah!" Setan terlihat senang saat mengusir mereka bertiga pergi.
"Apa kamu gila?!" Feng Xiu melotot tak terima. Mencari informasi tidak semudah memungut seorang anak di pinggir jalan!
"Tidak perlu." Suara dingin Feng Jun terdengar menggema di dalam ruangan yang kemudian diikuti seorang pria kekar yang masuk ke dalam ruangan dan menyerahkan setumpuk berkas pada Feng Jun.
Feng Jun mengambil berkas itu dan membacanya sekilas sebelum melemparkannya ke arah Setan. "Anak konglomerat negara T, dididik secara intensif tapi entah mengapa disia-siakan keluarganya; saudara perempuannya sendiri menyewa beberapa pembunuh bayaran kelas A untuk membunuhnya; dia disalahgunakan oleh mantan pacarnya sehingga fobia terhadap pria tampan; tidak pernah mengalami pelatihan militer tapi sudah memusnahkan geng kecil seperti Black Bone Gang dan Deadly Rose Gang dalam semalam; buronan internasional."
Setan menyentuh dagunya lembut. "Benar-benar tipe-ku."
"Setan, dia hanya memiliki bakat. Meskipun itu cukup bagus, dia buronan internasional. Apa kamu mau melindungi sesuatu yang harganya belum tentu sebanding dengan resikonya?" ucap Feng Jun.
"Kenapa tidak? Apa masalahnya?" tanya Setan mengerutkan dahi.
"Organisasi kita sedang tidak dalam keadaan baik. Ini cukup berbahaya. Fraksi Selatan bisa menyerang kita kapan saja."
Setan menyeringai dingin lalu bangkit. "Kita lihat, apa mereka masih berani melakukannya," ucapnya lalu keluar.
Mereka bertiga ditinggalkan begitu saja di tempat itu. Bahkan, orang yang paling tidak peka diantara mereka, Feng Xiu, mulai merasa ada yang tidak benar.
"Ada yang salah dengannya," ucap Feng Xiu ragu. "Bukannya dia tidak terlalu menyukai perempuan? Kenapa dia harus begitu keras kepala?"
Feng Jun dan Feng An saling bertatapan sebelum akhirnya memutuskan untuk mengikuti Setan, meninggalkan Feng Xiu yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
***
Empat tahun kemudian...
Di area penembakan, Feng Cang sedang fokus mencoba senjata seri baru yang diberikan Feng Xiu.
"Hei, hari ini kita ada misi di negara T," ucap seorang tentara yang sedang bercakap-cakap dengan teman di sampingnya.
Dorr!
Feng Cang mendesah saat melihat target tembakannya.
9,9 poin dari 10 poin
"Hei, apa yang salah denganmu?" tanya tentara tadi saat melihat Feng Cang. "Ini pertama kalinya aku melihatmu meleset dari target."
"Suasana hati buruk," jawab Feng Cang singkat.
"Little Junior!" panggil seseorang dengan nada ceria.
Feng Cang tak begitu memperhatikan meskipun mendengarnya, masih fokus dengan permainannya.
"Hei, jangan mengabaikanku!" ucap Feng Xiu sambil memanyunkan bibirnya.
"Jaga jarak tiga langkah atau mati," ucap Feng Cang memperingatkan membuat Feng Xiu menyingkirkan ide untuk menariknya.
"Ayo, bermain!" ajak Feng Xiu bersemangat.
"Apa?"
"Balap mobil! Hei, Yunzheng mengatakan bahwa Lan Mu terus datang ke area untuk mencarimu. Sepertinya dia jatuh cinta denganmu!"
"Sampah itu, aku tidak punya urusan dengannya," ucap Feng Cang apatis.
"Hei, hei, jangan terlalu kejam! Kamu sudah menggunakannya hanya untuk memenangkan taruhan. Setidaknya, berbaik hatilah kepadanya."
"Dia juga menggunakanku untuk taruhan."
"Ya! Ya! Itu benar! Sampah itu pantas mendapat mendapatkannya!" Feng Xiu akhirnya menyetujui Feng Cang.
"Apa yang salah denganmu?" tanya Feng Cang saat melirik Feng Xiu yang terlihat menyedihkan dengan lebam hampir di seluruh wajahnya.
"Feng Jun! Bajingan itu tiba-tiba menyerangku saat aku ingin pergi ke bar tadi malam!" ucap Feng Xiu dengan mata yang berapi-api.
"Itu bagus. Kamu memang perlu diberi pelajaran." Feng Cang mengangguk puas.
Feng Xiu mengedipkan matanya yang mulai berair.
"Kenapa kamu begitu jahat?! Apa kamu tidak melihat kalau dia juga menghancurkan wajah tampanku? Ah, gadis-gadis tidak akan mau bermain denganku lagi!" Feng Xiu terus berceloteh.
Sudut bibir Feng Cang bergetar saat mendengar celotehannya. "Akhir-akhir ini kota sedang dalam kondisi tidak stabil. Setan baru saja mengadakan pembersihan besar-besaran dan banyak geng yang mencoba mencari masalah dengan kita. Kalau kamu keluar markas sekarang, kamu tidak hanya dipukuli, mungkin saja kamu akan mati."
"Omong kosong! Tidak ada satu pun manusia yang bisa menyakitiku! Kalau aku mau, bajingan Feng Jun itu juga akan kalah melawanku! Huh, aku hanya menahan di..."
"Ada apa?" tanya Feng Xiu waspada saat melihat tatapan penuh makna Feng Cang. Uh, adegan ini terasa tidak asing. Little Junior pernah menatapnya seperti itu saat Feng Jun... Tunggu!
Feng Xiu buru-buru berlari tapi sudah terlambat. Kerah bajunya diangkat tinggi-tinggi oleh seseorang.
"Uh, Sayang, aku tidak bermaksud unt..."
"Ah, jadi, sebenarnya kamu bisa mengalahkanku? Dan kamu hanya menahan diri?"
"Tidak! Tidak! Kamu pasti salah dengar!" Feng Xiu buru-buru mengelak.
Kilatan membunuh muncul di mata Feng Jun. "Begitukah? Aku juga mendengar seseorang menyebutku bajingan..."
Feng Xiu tertawa kikuk. "Benarkah? Aku tidak tahu siapa yang bajingan."
Feng Cang mendesah, diam-diam mengasihani Feng Xiu yang masih berkilah meski sudah tertangkap basah.
Pada akhirnya, Feng Xiu dipukuli sampai keunguan dan ditinggalkan terbaring begitu saja di lantai.
"Berhati-hatilah saat ingin bergosip," nasehat Feng Cang.
"Bajingan!" umpat Feng Xiu pelan.
Feng Cang menggeleng pelan. "Bersihkan lukamu segera dan jangan lupa datang ke kamarku nanti malam!" ucapnya mengingatkan.
"Kamarmu? Ada apa?" tanya Feng Xiu dengan mata terbelalak lebar.
Feng Cang mendengus dingin. "Lebih baik segera bersihkan otakmu," sarannya sebelum pergi dengan terburu-buru.
"Kamar? Nanti malam? Ya Tuhan! Apa yang ingin dia lakukan?!" gumam Feng Xiu tak percaya. "Sialan! Little Junior benar-benar agresif!"