Chereads / Autumn in My Heart / Chapter 6 - Moment To Remember

Chapter 6 - Moment To Remember

Sebentar lagi ulang tahunnya. Zia tidak memiliki rencana khusus, seperti biasa dia hanya ingin merayakan hari spesial itu dengan teman-temannya. Tanpa Zia sadar, Tias sahabatnya sudah merencanakan perjalanan kecil untuk merayakan hari ulang tahunnya.

Hari sudah malam ketika Zia sadar sudah dua hari ini Eiverd tidak memberi kabar. Pesan whatsapp pun tidak di balas. Zia mencoba menghubungi nomor Eiverd namun tidak diangkat. Mungkin dia sibuk, pikir Zia.

Dia mencoba memejamkan matanya namun dering handphone kembali membuka matanya. Pasti Eiverd!

Sekilas senyum di wajahnya sirna, nama Tias muncul di layar handphone.

"Halo"

" Halo Zi, ngapain? " suara Tias terdengar antusias, seperti biasa! Meski tidak ada sesuatu yang penting, suaranya selalu terdengar bersemangat.

" Tiduran aja, kamu? Kenapa telpon? Ada gosip apa lagi?" Pertanyaan beruntun Zia membuat Tias cekikikan diseberang telepon.

" Yaelahhh, emang kalo aku telpon harus ada gosip dulu? Ngak ada apa-apa, BT aja ngak tau mau ngapain. "

"Eee ngomong-ngomong kamu komunikasi sama Eiverd ngak? Udah dua hari ini dia ngak ada kabar"

"Hmmmm,, aku juga ngak hubungin dia sih udah seminggu ini. Telpon aja biar ngak penasaran"

"Udah tapi ngak diangkat, mungkin dia sibuk"

"Yaudah nunggu aja, dia emang agak sibuk di kampus. Btw, jumat depan jalan yuk" tanpa Tias sadari dia terlalu semangat mengajak Zia jalan sampai Zia curiga pasti ada sesuatu yang Tias sembunyikan.

"Semangat amat ajakin aku jalan, ada apa sih? Jangan sok misterius sama aku, delapan tahun cukup untuk belajar tindak tandukmu"

"Hahaha, emang ajakin jalan harus ada apa-apa. Pokoknya jumat depan kita jalan. Ok?" Tanpa menunggu jawaban Zia, Tias sudah mematikan sambungan telepon. Zia hanya tersenyum dengan kelakuan sahabatnya itu.

Dengan malas Zia langsung merangkak masuk ke dalam selimut, mengejar mimpi yang tertunda karena telepon Tias.

Ketika handphone-nya berkedap kedip lagi, Zia sudah tenggelam dalam mimpi indahnya.

Zia sudah selesai mandi ketika melihat panggilan tak terjawab dari Eiverd semalam. Entah mengapa Zia tak berkeinginan untuk menelepon balik. Toh ketika Eiverd menghubunginya, itu tanda dia baik-baik saja Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Tak terasa hari jumat pun datang. Tentu saja Zia tidak lupa janjinya pada Tias. Dengan makeup sederhana, dia siap untuk di bawah pergi Tias kemanapun sahabatnya itu akan membawanya.

Mungkin saja mereka akan menonton film di bioskop, kemudian wisata kuliner dan berakhir masuk keluar toko untuk hunting apa saja yang menarik.

Ekspetasi Zia terlalu tinggi ketika Tias hanya mengajaknya ke kampus mereka dulu untuk kepentingan berkas.

Dengan langkah gontai Zia mengikuti Tias. Tidak ada pilihan lain, dia tidak memiliki rencana apapun.

Untunglah urusan Tias cepat selesai, lagian Zia juga bisa bertemu Eiverd. Ini sungguh tidak merugikannya.

Walaupun terlihat biasa, Tias sebenarnya gelisah. Sepertinya rencana memberi kejutan pada Zia gagal. Dia lupa menghubungi Eiverd untuk kerjasama. Tolol! Tias mengetuk-ngetuk jidatnya sendiri dengan polpen yang dipegangnya.

Yasudahlah, kalaupun malam ini ngak jadi masih bisa besok, dan sepertinya rencana Tias akan gagal karena tanpa dia tau Eiverd dan Zia sudah punya rencana lain.

Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi, ketika ponakan Zia datang untuk memberikan kejutan. Mata Zia masih terlalu berat namun melihat siapa yang datang dia begitu gembira. Pagi ini diawali dengan make a wish dan acara tiup lilin, kemudian Zia merangkak masuk lagi ke dalam selimut. Tere yang melihat kelakuan Zia langsung protes.

"Heyy yang ulang tahun kok tidur melulu? Mandi gi, terus masakin kita kek. Udah jauh-jauh bawain kue e malah tidur". Suara Tere menggema di seluruh ruangan.

" Re, di kulkas ada kwetiaw goreng. Panasin aja, aku ngantuk nih. Satu jam aja, nanti pas bangun aku masakin deh." Erek Zia dibalik selimut.

" Ngak jalan sama Eiverd? "

" Re, ini jam berapa sih? Masih pagi juga. Ntar kita dinner bareng, dia masih ada urusan sampai sore." Zia menjawab dengan setengah suara.

Tere hanya mengelengkan kepala melihat tingkah kakaknya. Dia beranjak keluar, lagian dia tidak bisa lama-lama disini. Kyrie, anaknya ada jadwal imunisasi. Dia keluar tanpa pamit, terlalu malas membangunkan kakaknya yang sudah mengorok lagi dibalik selimut.

Tepat pukul 6 sore, Zia bertemu Eiverd. Satu ucapan dan kecupan di pipi mengawali pertemuan mereka malam ini. Eiverd langsung mengajaknya ke restoran tempat mereka akan dinner bersama.

Walaupun berusaha terus tersenyum, Eiverd terlihat lelah dan Zia menyadari itu. Selesai makan, Zia membatalkan rencana lain mereka. Dia membujuk Eiverd untuk pulang agar bisa beristirahat, dan Eiverd sangat berterima kasih untuk itu. Eiverd mengajak Zia ke rumahnya, sebagai ganti batal menonton film di bioskop, mereka akan menonton film di rumah Eiverd.

Zia duduk bersilah di depan home theater yang ada di rumah Eiverd, memilih film mana yang akan di tonton selagi Eiverd mandi.

Action atau romantis yah? Akhirnya Zia memutuskan menunggu Eiverd agar bisa memilih film bersama.

Aroma sabun mandi dan sampo menarik perhatian Zia. Eiverd tampak begitu fresh. Dia segera mengambil tempat di samping Zia yang memegang 2 kaset film.

Akhirnya pilihan jatuh pada film action Tom Cruise - Mission Impossible Fallout. Zia yang penggemar berat film action terlihat antusias ketika Eiverd juga memilih film yang sama.

Eiverd mematikan lampu dan mengambil cemilan dan kembali ke samping Zia.

Dia merangkul Zia sehingga pacarnya itu bisa bersandar. Film sudah dimulai. Mereka terlihat menikmati film itu sampai tiba-tiba Eiverd menarik dagu Zia secara perlahan dan menciumnya. Zia sedikit kaget namun dengan tegas membalas ciuman Eiverd. Mereka berdua terlarut dalam cumbuan mesra, tentu saja film yang mereka tonton terabaikan.

Nafas Eiverd memburu, Zia terlarut dalam pelukan dan kecupan manis pacarnya itu. Mereka kini bersandar di sofa, masih terlibat dalam ciuman yang semakin panas. Tanpa Zia sadari Eiverd sudah melepaskan kaitan bra-nya, dan dengan bebas tangannya bermain di payudara Zia yang berukuran 34B itu. Zia mulai mengerang kecil, Eiverd mencumbuhnya semakin dalam. Jemariinya bermain bermain di tubuh wanita itu, membuat Zia tidak bisa merasakan apa-apa selain kenikmatan. Seketika mata mereka bertemu, dengan satu tatapan Zia mengerti apa yang di maksud Eiverd. Dengan satu anggukan, Eiverd segera menggendong Zia ke kamar. Entah apa yang merasuki, tanpa sadar mereka sudah tanpa busana lagi. Merayap dalam selimut, namun dengan pasti Eiverd menindih Zia dalam pelukannya, memberikan kenikmatan yang membawah Zia terbang ke awan. Mereka mengukir satu moment yang tak bisa dilupakan, yang dalam usia yang dewasa mereka baru melakukannya sekarang.