Chereads / T.I.M (treasure in murder) / Chapter 7 - Chapter 6; Playboy

Chapter 7 - Chapter 6; Playboy

Mengetahui kalau perempuan yang menolongnya itu sadar dirinya adalah laki-laki namun tidak mempermasalahkan hal itu membuatnya tampak terkejut tapi kemudian laki-laki itu tampak tertawa. Baru kali ini ia bertemu dengan seseorang yang sangat menarik seperti ini.

"Oke!!"

Jawabnya dengan ceria Aileen tampak tersenyum tipis melihat kelakuan laki-laki itu.

"Hati-hati di jalan ya?"

Tiba-tiba laki-laki itu merasa wajahnya agak memanas saat melihat senyuman tipis gadis itu. Iapun tersenyum lebar dan berlari ke arah yang berlawanan dengannya.

"Iya kak!!, sampai jumpa lagi!!"

***

Setelah memastikan anak laki-laki yang ia tolong itu sudah menjauh pergi Aileen berjalan kembali untuk pulang ke gedung apartemennya. Ia ingin segera meletakan semua belanjaannya ini di dapur, seorang laki-laki yang tampak cukup tinggi memiliki rambut warna kuning yang tampak memakai head band di kepalanya dan memakai kaos tanpa lengan yang membuat otot-otot lengannya terlihat tampak berjalan dengan beberapa orang perempuan yang tampak mengerubuninya. Aileen memutar kedua matanya melihat pemandangan itu. Murahan sekali mereka sampai rela berkerubun begitu di sekitarnya. Aileen hanya geleng-geleng kepala melihat apa yang dia lihat dan mengabaikan mereka semua tanpa menyadari tidak jauh dari belakangnya seorang laki-laki memakai jaket warna hitam dan masker serta sebuah kaca mata mengikutinya dari belakang. Laki-laki yang di kerubuni oleh perempuan itu menyadarinya namun tidak melirik kearah laki-laki itu dan tetap sibuk mengobrol dengan para perempuan yang mengerubuninya. Ketika laki-laki berjaket hitam tadi sudah lewat iapun tersenyum kepada para perempuan yang mengerubuninya.

"Maaf ya, aku harus pergi sekarang. Ada urusan mendadak!"

Mendengar perkataan laki-laki itu semua perempuan di sekitarnya tampak kecewa tapi ada beberapa juga yang tampak biasa saja karena tahu ini sangat sering terjadi.

"Eh?!! Angga katanya kamu gak ada kerjaan hari ini!"

Perkataan perempuan berambut pendek itu di balas anggukan oleh perempuan berambut ikal di sampingnya.

"Tau nih Angga, katanya mau main ke bioskop bareng-bareng!"

Laki-laki yang di panggil angga itu tertawa hambar mendengar keluhan mereka mengingat ini bukan untuk pertama kalinya ia harus membatalkan janjinya dengan mereka.

"Walah maaf deh kalian kan tahu kerjaanku kadang suka dadakan, lain kali lagi aja ya?"

Mendengar perkataan angga dengan nada bercanda salah satu dari mereka tersenyum jahil dan membalas.

"Yaudah tapi ntar traktir makan ya!"

Melihat ada berapa perempuan yang harus ia traktir Angga sebenarnya tidak keberatan mentraktir mereka makan namun dia tetap saja protes.

"Waduh tekor dong aku ntar, kejam amat kalian."

Mereka semua hanya tertawa, tahu kalau sekalipun Angga mengeluh dia akan tetap mentraktir mereka makan. Dia tidak pernah mengingkari janjinya kepada mereka kecuali ada kondisi mendesak.

"Udah pergi sana katanya ada kerjaan, ngapain masih di sini?"

Usir salah satu dari mereka sambil tersenyum, Angga hanya memutar kedua bolamatanya melihat kelakuan salah satu teman tapi mesranya itu dan memakai helmnya sebelum kemudian naik ke atas hover bike nya.

"Hilih iya-iya aku pergi. Jangan kangen lho!!"

Mereka semua hanya tertawa mendengar perkataan Angga dan anggapun melaju hover bikenya untuk mengejar perempuan yang sedang diikuti tadi sambil menghubungi seseorang lewat handphonenya.

Sementara itu di apartemen Anara seorang laki-laki berambut hitam ikal ombre merah pendek yang hanya memakai celana jeans dan kaos warna merah tua tampak menguap sebelum kemudian meminum kopinya agar matanya tetap bisa terbuka. Tanpa sengaja ia melihat tulisan di depan kulkas, tanpa sadar ia tertawa melihat isi tulisannya namun saat ia melihat nama si pembuat tulisan kedua matanya langsung melebar.

Ia mengucek matanya mengira kalau dia mungkin saja salah baca namun ternyata dia tidak salah baca sama sekali, ia langsung bergegas memeriksa CCTV yang terpasang di setiap sudut apartemen dan menemukan kalau seorang perempuan cantik berambut hitam panjang tampak di sambut oleh Haruou di depan gerbang. Melihat ini bukan prank yang dilakukan Adara sebelum dia meninggalkan dunia ini kepadanya ia serasa seakan membeku di tempat hingga kemudian panggilan darurat dari salah satu temannya menyadarkannya, ia langsung mengangkat panggilan itu dan mengesampingkan pemikirannya sebelumnya.

"Ada apa Angga?"

"Rei! Aku liat seorang perempuan yang memenuhi kriteria korban pembunuhan belakangan ini diikuti seseorang. Yang ngikutin dia mungkin pelaku pembunuhan dalam box yang terjadi belakangan ini! Aku lagi ngejar mereka sekarang!"

Mendengar perkataan Angga laki-laki yang di panggil Rei itu langsung beralih fokus melakukan pekerjaannya dan bertanya.

"Dimana?"

"Di jalan *** cepetan!"

Sebagai hacker dalam tim Rei dengan cepat langsung memeriksa semua CCTV yang ada di sana saat melihat siapa perempuan yang Angga maksud wajah Rei otomatis langsung pucat pasi, ia langsung mencari keberadaan Aileen dengan meretas semua kamera CCTV dimana Angga bilang ia melihat Aileen.

Aileen berjalan ke arah apartemen dengan santai hingga kemudian ia teringat kalau ia lupa tidak membeli merica. Ia melihat sebuah super market lain tidak jauh darinya dan mulai meruntuki kebodohannya sendiri. Kenapa juga dia malah pergi ke tempat yang jauh ketika ada super market yang lebih dekat? tapi semuanya sudah terjadi! lagipula ia tidak terlalu familiar dengan sekitar sini jadi tidak aneh hal ini terjadi kepadanya. Iapun masuk kedalam super market itu menemukan Reyna tampak melayani pelanggan di bagian kasir. Melihat banyaknya pelanggan laki-laki yang datang untuk membeli beberapa barang hanya sekedar untuk bicara pada Reyna Aileen hanya bisa geleng-geleng kepala. Ini bukan untuk pertama kalinya terjadi dan Reyna sepertinya sudah sangat terbiasa dengan hal ini.

"Aileen! Kamu tinggal deket sini sekarang? Belanjaan kamu banyak banget."

Sapanya sambil tersenyum lebar, Aileenpun menghampirinya sambil membawa belanjaannya sebelum kemudian menjawab.

"Iya Na, aku gak tahu kalau ada super market yang deket sama apartemen. Tahu gitu aku pergi kesini aja tadi. Kamu kerja di sini juga?"

Reyna tampak mengangguk mendengar pertanyaan Aileen sebelum kemudian menjelaskan.

"Iya, ada pegawai yang sakit jadi aku gantiin shiftnya. Belanjaan kamu simpen dulu aja di sini biar aku yang jagain. Pasti berat bawa ini sendirian dari tadi."

Mendengar tawaran Reyna Aileen tentu tidak menolak dan meletakan tas yang dibawanya di dekat meja kasir, Reynapun mengangkat kedua tas itu dan meletakannya tepat di bawah meja kasir.

"Makasih banyak Na! kamu bener-bener penyelamat! kamu gak capek?"

Reyna menggeleng mendengar pertanyaan Aileen.

"Gak dong cuma segini doang, kan kamu tahu dulu aku kerja kayak gimana sebelum jadi editor kamu Aileen."

Aileen tiba-tiba jadi teringat saat masa-masa SMA mereka dulu, Reyna tidak pernah punya waktu untuk dirinya sendiri seperti anak lain dan menghabiskan waktunya untuk kerja part time. Setidaknya sekarang dia tidak sesibuk dulu dan bisa punya waktu untuk belajar juga untuk dirinya sendiri.

"Baguslah kalau kayak gitu, bener gak apa-apa aku nitip belanjaan nih?"

Reyna mengangguk yakin mendengar pertanyaan Aileen.

"Gak apa-apa santai aja. Lagian aku juga gak akan kemana-mana."

Mengetahui yang dia katakana ada benarnya Aileenpun mengangguk dan berjalan ke arah rak bagian bahan makanan berada.

"Yaudah kalau gitu makasih Na."

"Sama-sama!"

Aileenpun membeli merica yang letaknya cukup jauh karena tata letak bahan makanan yang dengan sengaja di simpan di bagian paling belakang toko, hal yang sering kali di lakukan oleh pekerja supermarket sebagai strategi agar konsumen tidak hanya datang untuk membeli satu barang secara spesifik namun agar konsumen bisa melihat-lihat barang lainnya. Lagipula makanan adalah kebutuhan pokok jadi sudah pasti yang paling utama di cari adalah bahan makanan. Bahkan sekalipun mereka meletakannya di tempat yang agak jauh akan tetap di cari juga sayangnya hal ini sungguh tidak efisien untuk orang lain yang terburu-buru apa lagi yang baru pertama kali datang kedalam toko seperti Aileen.

Belum lagi banyaknya diskon yang menggoda membuat orang yang baru datang tentu betah berlama-lama berada di dalam toko surga untuk para ibu-ibu yang suka barang diskonan. Tapi Aileen yang memiliki kesukaan yang sama seperti para ibu-ibu rumah tangga hanya membeli mengambil merica yang ada di rak dan membayarnya. Reyna membisikan sesuatu di telinganya, Aileen tampak hanya mengangguk dan keluar sambil membawa barang belanjaannya.