Chereads / Orchid: Bride Of The CEO Mafia / Chapter 4 - Brother yang terpaksa berbohong, teman baru yang menyenangkan

Chapter 4 - Brother yang terpaksa berbohong, teman baru yang menyenangkan

Pagi hari yang cerah, dimana arunika telah bersinar memberikan kehangatan. Bunga-bunga telah bermekaran, embun pagi hampir tidak terlihat namun dedaunan masih tampak basah. Awan putih mulai terlihat membentuk dan menghilang secara perlahan-lahan. Orang-orang di mulai beraktifitas kembali, terlihat banyak anak-anak mulai berangkat ke sekolah memulai hari mereka dengan semangat.

Keberadaan An.

Aku dan Lisa pergi ke High School 5. Lisa mengantarkanku ke ruang kepala sekolah. Lalu seorang guru datang menjemput diriku. Ia mengajakku ke ruang kelas dimana aku akan belajar. Dalam perjalanan, bel masuk kelas telah berbunyi. Kedatangan guru disambut dengan baik oleh semua muridnya, mereka mengucapkan salam bersama-sama lalu di jawab oleh guru ini.

"Selamat pagi, Pak Kumis",

"Pagi murid tercintaku, apa kabar? Apa semuanya sudah mengerjakan tugas rumah atau belum?",

"Sudah, Pak Kumis!",

"Bagus, kalau begitu perkenalkan. Bapak bawa murid baru, cantik, tinggi, dan ramping seksi. Perkenalkan namamu nak? Jangan malu-malu",

Melangkah maju selangkah kedepan lalu berucap "Perkenalkan, nama saya Anita. Nama panggilan An, umur 19 tahun. Ini pertama kalinya saya sekolah seperti ini, biasanya saya di rumah. Semoga teman-teman senang berteman dengan saya".

"Hay, An!,"jawab mereka serentak.

"An, duduk di bangku kosong itu ya. Kami sengaja mengosongkannya untukmu"

"Baik, Pak Kumis", berjalan menuju bangku kosong yang berada di tengah-tengah. Seorang siswi duduk di sampingku, ia berucap "Kenalkan namaku Fena. Senang berteman denganmu".

"Ya, namaku An"

Lalu di samping Fena berucap " Namaku Mosa, aku teman dekat Fena",

"Hay, Mosa!".

"Hmm..sudah, sudah. Ayo belajar, kumpulkan tugas kalian di meja saya dan kita mulai pelajarannya"kata Pak Kumis.

***

"Teng...teng...teng…" bunyi bel yang telah dimodifikasi seperti bunyi lonceng menandakan waktunya istirahat tiba. Begitu suara ini terdengar di telinga, guru pengajar segera menghentikan pelajaran lalu memberi hormat dan salam pada murid-murid, dan murid-murid membalas salam dan hormat guru pengajar.

Aku dan dua sahabat baruku berbincang-bincang sambil berjalan menuju kantin.

"Eh, tadi aku dengar kamu baru pertama kali sekolah ya! Kamu sekolah di rumah, kenapa?"ucap Fena.

"Iya, kalau aku mah ogah dan ngak mau"sambung Mosa

"Ya mau gimana lagi, tapi aku senang sebab brotherku selalu ada menemaniku",

"Oh, begitu. Emang ngak bosan di rumah terus?",

"Ngak, aku di rumah banyak banget kegiatannya sama seperti di sekolah juga"

"Wah, pasti melelahkan",

"Tidak juga, ngomong-ngomong kalian sendiri bagaimana?",

"Bagaimana-mananya? Kami biasa saja,hari-hari disini dengan belajar kadang bosan juga",

Berputar sekali, saat itu seorang pria memperhatikan gadis yang memutar dirinya dengan seolah-olah pernah melihatnya. Pria itu berjalan bersama teman-temannya menuju kantin.

"Fena dan Mosa tinggal dimana?,"tanyaku. Tapi mereka tak menjawab seketika itu aku malah melihat mereka yang bengong. Kutepuk pundak mereka, mereka bukannya kaget malah berucap aneh.

"Pangeran tampan lewat!",

"Iya, ya ampun!",

"Aneh, emang siapa yang lewat?",

"Samuel",

"Richard",

"Gak kenal, ayo kita ke kantin!", menarik tangan mereka berdua. Tak beberapa lama kemudian mereka sadar juga dari khayalan mereka yang aneh itu. Lalu kami bertiga memesan minuman dan makanan, lalu menuju meja kosong.

" Kalian tadi kenapa? Siapa itu Samuel dan Richard?," tanyaku,

"Dia adalah pria idol di sekolah ini",

"Ya benar, tampan, jago berkelahi dan pintar",

"Oh begitu",

"Eh, kamu punya handphone. Aku minta nomormu ya?,"ucap Fena

"Gak punya handphone aku!",

"Aduk, kamu tinggal dimana sih jadi gak punya handphone",

"Apa ayahmu gak pernah membelikan handphone baru?",

"Tidak",

"Pantas",

"Kenapa?",

"Kamu disekolahkan di rumah",

Aku hanya tersenyum manis.

Tiba-tiba sekelompok cewek datang dengan penampilan seksi, dan memperlihatkan hal-hal baru yang dia miliki. Terutama gadis yang berambut panjang itu. Fena dan Mosa yang awalnya bercerita dengan wajah senang dan bahagia menjadi pendiam. Aku memperhatikan perubahan dua sahabatku ini perlahan-lahan mengerti bahwa mereka berdua punya musuh disini. Utamanya gadis yang suka pamer kekayaan itu.

Gadis itu namanya adalah Yora Nara, dia memamerkan hal-hal baru yang dia miliki. Ia seakan-akan memiliki semuanya disini. Ia berjalan mendekati sekelompok pria.

" Kalian berdua gak apa-apa?",

"Ya kami berdua bai-baik aja",

"Siapa sih Yora itu?",

"Dia orang yang terkenal disini, siapapun yang mencari masalah dengannya akan berakibat fatal. Dia juga cwek idola. Mungkin Richard lebih suka dia dibanding aku,"ucap Fena.

"Iya, Fena benar. Dia seakan-akan memiliki semuanya disini. Dia angkuh. Dia adalah anak direktur perusahaan cabang Alex Co. dan orang terhormat",

"Ayahnya bekerja untuk seseorang bukan? Bukan komisaris!",

"Iya, benar",

Tanpa diduga Yora datang mendekati kami.

"Wah, ada murid baru nih. Namamu siapa?",

"Namaku An",

"Hah, pendek sekali namanya. Gak seperti namaku, Yora Nara" ucapnya dengan sombong

"Kamu kenapa berteman dengan anak rendahan ini?",

"Memang ada apa dengan mereka?',

"Gak ada apa-apa sih, cuman gak level aja berteman dengan mereka ini. Anak rendahan!",

"Mereka sama kok seperti aku!",

"Oh, pantas-an. Sama-sama orang rendahan" ejeknya

Yora pergi meninggalkan kami, dia kembali bergabung dengan teman-temannya.

Fena yang tidak tahan lagi dengan kata-kaya Yora berucap " Kita pergi ajak yuk!"

"Ya benar, aku gak mau terus disini!,"ajak Mosa

"Ya baiklah"

Kami pergi meninggal kan kantin sekolah, Sementara anak itu terus mempamerkan kekayaan. Sepanjang jalan dua sahabatku selalu mengeruntu tentang Yora. Mereka benar-benar tidak suka pada Yora. Kami memilih duduk di taman Dua sahabatku berhenti mengeruntu.

"Hah, menyebalkan. Aku benci dia!",,

"Ya, apa lagi dia seolah-oleh pemilik sekolah ini. Emang ayahnya yang mendirikan sekolah ini? Kenyataanya tidak!",

"Hah, sudahlah…",

"An, kamu gak tersinggung tentang ucapan Yora?",

"Ngak lah Fen, lagi pula buat apa. Dia kan cuman anak direktur. Lagi pula buat apa sih disombongkan akan kekayaan itu?",

"Gak tau tuh!",

"Buat pamer lah!",

Kami pun tertawa kecil bersama,

Tiba-tiba handphone di jam tangan yang kukenakan berbunyi, memperlihatkan ada telpon dari seseorang. Segera saja kutekan gambar telepon warna hijau.

"Ya, ada apa? Dengan siapa aku bicara?',

"Kamu ada dimana sayang? Kamu baik-baik aja kan? Apa Yoong telah datang dan bersamamu?"

"Kak Hyun, apa kabar? Yoong, dia belum menemuiku. Apa ia akan datang?",

"Dia akan bersamamu setiap hari, dia akan menjagamu. Kak baik-baik saja",

"Brother, aku malam tadi menelpon brother dan sepertinya telepon itu sudah diretas oleh seseorang di kantor brother. Apa brother tidak tahu?",

"Ya brother sudah memperbaikinya, jangan khawatir semua baik-baik saja",

"Apa ayah dan ibu sehat?",

"Maafkan aku, adikku. Sesuatu telah terjadi, tapi jangan khawatir ada brother disini. Kamu tetap disana aja, brother mengirimkan Yoong padamu. Jangan percaya pada siapapun ya, tetap disana hingga brother menjemputmu",

"Baik kak, aku akan menunggu kedatangan brother",

Tiba-tiba komunikasi terputus dan aku hanya melihat ke arah dua sahabatku.

"Apa dia brothermu?",

"Em…"

"Apa yang terjadi?",

"Ibuku sakit!",

"Semoga ibumu cepat sembuh ya An",

"Iya terima kasih atas doanya. Amin",

"Amin",

"Nanti sore kita jalan yuk! Aku tunggu disini",

"Ya boleh",

"Tapi aku gak punya motor",

"Aku jemput, dimana rumahmu, An?",

"Di jalan...",

"Oke!",

***

Sesuai janji, di sore hari yang cerah. Aku bersiap-siap untuk pergi, temanku akan datang untuk menjemput diriku. Tak beberapa lama kemudian Mosa datang dengan motornya. Lalu kami berangkat menuju sekolah menemui Fena. Setelah bertemu, kami pergi jalan-jalan. Utamanya kami jalan-jalan ke café dulu.

Di Café kami berjumpa dengan orang-orang baru. Tapi aku rasa kini aku tahu kenapa dua sahabatku mengajakku kemari. Itu karena Richard dan Samuel ada disana. Mereka bersama teman-temannya. Kami memesan beberapa minuman dan makanan kecil. Fena dan Mosa mengeluarkan laptop mereka lalu mengerjakan sesuatu. Sementara aku hanya mengamati dua sahabatku sambil menunggu pesanan datang.

***

Kaori melihat seorang perempuan yang tak asing baginya, perempuan yang pernah menyelamatkannya waktu itu. Ia pun berjalan mendekati dan menyapanya.

*An

Terus memperhatikan dua sahabatku, tiba-tiba saja seorang pria datang menyapaku.

"Hay, apa kau masih ingat padaku?",

"Hah, ada apa? Kamu bikin masalah lagi ya di jalanan? Apa kondisimu sekarang membaik?",

"Jangan mengkhawatirkan aku, baik-baik saja sekarang. Aku tidak bertengkar",

"Hah, mau duduk dan bergabung?",

"Ya jika diijinkan?",

Fena dan Mosa hanya tersenyum manis, " Boleh!"

Kaori duduk tepat di hadapan denganku, entah kenapa dua pria lagi datang dan bergabung.

"Jadi namamu siapa?",

"An",

"Nama panggilan?",

"Ya tentu saja, nama asliku Anita. Ibuku tidak suka menambahkan kata Hyuna setelah namaku",

"Nama keluarga?",

"Ya benar",

"Terima kasih telah menolongku saat itu",

"Tidak masalah"