Chereads / Tower of Gods: The Cursed Slayer / Chapter 3 - Pelelangan para gila dan dewa yang murka

Chapter 3 - Pelelangan para gila dan dewa yang murka

Lantai 998.

Tempat ini adalah titik tertinggi yang pernah dicapai manusia sebelum lantai 999 yang dikuasai para dewa. Para petarung, pemburu harta karun, penyihir, dan tentara bayaran berkumpul di sini. Mereka semua kuat—setidaknya cukup kuat untuk bertahan di antara monster-monster dan perangkap mematikan.

Namun hari ini... mereka semua kehilangan akal sehat.

Dan semua itu karena satu pria bertopeng.

Zeroth berdiri di tengah alun-alun, dikelilingi oleh ratusan manusia yang matanya dipenuhi keserakahan.

Di kakinya, ada beberapa artefak dari lantai 999—barang yang seharusnya mustahil didapatkan oleh siapa pun di sini.

Tapi sekarang? Mereka berserakan seperti sampah.

Sambil menguap malas, Zeroth melirik ke arah kantongnya yang penuh harta karun.

"...Hah, gua jadi saudagar artefak ilahi, anjing," gumamnya.

"LADIES AND GENTLEMEN!"

Suara Zeroth menggema di seluruh alun-alun.

Semua orang menahan napas.

"Ayo kita mulai pelelangan paling gila sepanjang sejarah Menara!"

Barang pertama yang dia keluarkan adalah sebuah cincin perak dengan ukiran ular yang menggeliat.

"Cincin ini katanya bisa bikin orang gila kalau dipakai terlalu lama. Nama resminya—" Zeroth membaca tulisan kecil di cincin itu. "—[Ring of Serpent Madness]."

Suasana langsung meledak.

"Itu ARTEFAK LOKI!"

"ASTAGA, GILA! SEJAK KAPAN ADA ARTEFAK DEWA DI SINI?!"

"SIALAN, BERAPA HARGANYA?!"

Seorang necromancer berbaju hitam maju dengan mata penuh gairah.

"SATU JUTA KOIN EMAS!"

Zeroth menaikkan alis. "Oi, oi, serius amat?"

"Aku TAHU!" si necromancer berteriak. "CINCIN ITU AKAN MEMPERKUAT SIHIR KUTUKANKU!"

"SATU JUTA DUA RATUS RIBU!"

"SATU JUTA LIMA RATUS RIBU, BRENGSEK!"

Orang-orang mulai saling menendang dan dorong.

Zeroth terkekeh.

Barang berikutnya dia tarik dari kantong adalah sebuah pedang dengan mata biru berkilauan.

"Selanjutnya! [Tyrfing]—pedang terkutuk dari mitologi Nordik!"

Para petarung langsung menegang.

Tyrfing—pedang yang tidak bisa disarungkan sampai melukai seseorang.

Seorang pria berotot besar melangkah maju.

"DUA JUTA KOIN EMAS!"

Seseorang dari belakang berteriak. "KAU GILA? ITU PEDANG TERKUTUK!"

Pria berotot itu menyeringai. "Aku PEMBUNUH BAYARAN. Kutukan seperti itu BAGUS untuk pekerjaanku!"

Barang ketiga yang Zeroth keluarkan adalah sebuah mantel hitam dengan aura gelap mengalir di atasnya.

"Mantap, yang ini kelihatan keren," katanya sambil menjentikkan jari. "Namanya [Mantle of Hades]—jubah yang memungkinkan pemakainya menjadi tak terlihat di hadapan makhluk fana."

Para pembunuh bayaran, pencuri, dan mata-mata langsung kalap.

"SIALAN, BERAPA HARGANYA?!"

"EMPAT JUTA KOIN EMAS!"

"EMPAT JUTA LIMA RATUS RIBU!"

"TUHAN, APAKAH INI MIMPI?!"

Zeroth hanya menahan tawa.

Di tengah hiruk-pikuk, sekelompok orang diam-diam memperhatikan Zeroth.

Salah satunya, seorang pria berambut pirang dengan jubah perak, berbicara pelan.

"...Kita harus mencari tahu siapa dia," katanya. "Tidak mungkin seseorang dari lantai bawah bisa memiliki artefak dari lantai 999."

Wanita di sebelahnya mengangguk. "Yang lebih mengerikan... dia bahkan tidak terlihat peduli dengan artefak itu. Seakan-akan, baginya itu sampah."

Pria pirang itu mengepalkan tangannya.

"Kalau dia memang dari lantai atas... maka ada kemungkinan dia telah membunuh dewa untuk mendapatkan barang-barang ini."

Sementara itu, di lantai 999, para dewa sedang mengamuk.

Di dalam aula raksasa yang dipenuhi kilauan emas dan pilar-pilar menjulang, suara bentakan menggema.

"BAJINGAN ITU!!!"

Seorang dewa berkepala banteng menggebrak tanah.

"Dia mencuri ARTEFAK KITA dan MENJUALNYA?!"

Ra—dewa matahari Mesir—mengerutkan alisnya. "Aku baru saja mendapat laporan dari pengintai kita... Artefak kita sedang dilelang di lantai bawah!"

Zeus, Odin, dan Ra saling bertukar pandang.

"Dia pikir bisa mencuri dari para dewa dan lolos begitu saja?" suara Zeus bergetar. "Kita harus menangkap dan menghukumnya."

Odin menutup matanya, lalu menghela napas.

"...Dia bukan manusia biasa."

"Apa maksudmu?" tanya Ra.

Odin membuka satu matanya yang berkilauan dengan cahaya mistis.

"Pria itu... bukan manusia. Bukan dewa. Bukan iblis."

"Kalau begitu, dia apa?"

"...Sesuatu yang seharusnya tidak ada."

Di lantai 998, Zeroth masih duduk santai, menghitung uang yang baru dia dapatkan.

"...Hah, lumayan nih. Bisa gua pake buat beli alkohol," gumamnya.

Tapi dia tahu.

Para dewa tidak akan diam saja.

Dan jujur?

Dia tidak sabar melihat ekspresi mereka saat dia mencuri lebih banyak barang.