Colosseum Grandis seharusnya sudah sepi.
Setelah Zeroth 'membuang' ribuan petarung ke lantai 999, tak ada seorang pun yang cukup bodoh untuk menantangnya lagi.
Namun, ada satu eksistensi yang tetap berdiri.
—Seorang pria raksasa dengan sisik keemasan dan mata menyala merah.
Udara di sekitar Zeroth berubah.
Suhu naik drastis, dan tanah di bawah kaki mulai menghitam, seolah terbakar hanya karena kehadiran makhluk itu.
Zeroth melirik dengan malas.
"…Oh? Lu nggak ikut ke lantai 999?"
Makhluk itu menyeringai.
"Aku tidak selemah mereka."
—
[Dragon King - Vortan, the Eternal Flame]
—Penguasa naga di lantai 998.
—Makhluk yang pernah menghancurkan satu kerajaan hanya karena mereka mencoba mencuri satu sisiknya.
—Dewa-dewa api di lantai atas pun pernah menghindarinya.
—Dan sekarang, dia berdiri di hadapan Zeroth dengan niat membunuh yang begitu jelas.
—
Para penonton yang tersisa mulai panik.
"KA-KENAPA DIA ADA DI SINI?!"
"BUKANKAH DIA HANYA KELUAR JIKA ADA LAWAN SEIMBANG?!"
"Zeroth... benar-benar menarik perhatian monster itu..."
—
Vortan melangkah maju.
"Zeroth, bukan? Aku sudah mendengar namamu... Monster yang bahkan para dewa tak bisa tundukkan."
Mata merahnya berkilat.
"Tapi bagiku, dewa hanyalah serangga yang terbakar dalam api."
—
Zeroth menggaruk kepalanya.
"Yah, gua juga pikir mereka nggak seberapa kuat, sih."
Vortan menyeringai.
"Kuhuhu... Bagus. Kau bukan hanya sombong, tapi juga gila."
—
Tiba-tiba—
—BOOM!—
Tanah di bawah kaki Vortan meledak.
Dalam sekejap, dia sudah ada di depan Zeroth.
Tinjunya, yang lebih besar dari kepala manusia, meluncur dengan kecepatan yang tidak masuk akal.
—
Zeroth tidak bergerak.
—
—BOOM!—
Pukulan itu menghantam udara kosong.
Zeroth sudah menghilang.
—
Di tribun, seseorang menelan ludah.
"Dia... menghindari serangan itu?"
"Bu-bukan! Aku tidak melihatnya bergerak sama sekali!"
"APA?!"
—
Di sisi lain arena, Zeroth kini duduk santai di pagar tribun, masih memegang botol minumannya.
"Bro, lu keburu napsu banget. Belum mulai udah mau bunuh-bunuhan aja?"
Vortan menoleh, matanya bersinar semakin terang.
"...Cepat."
Dia menyeringai.
"Sudah lama sejak aku bertemu seseorang sepertimu."
—
Dalam satu tarikan napas—
—Seluruh arena mulai terbakar.
—
Api keemasan meledak dari tubuh Vortan, menyelimuti seluruh Colosseum dalam sekejap.
Para penonton mulai berteriak panik.
"INI BUKAN API BIASA! ITU DRAGON FLAME!"
"SEKALI TERBAKAR, TIDAK ADA YANG BISA MEMADAMKANNYA!"
—
Di tengah kobaran api, Vortan menatap Zeroth.
"Apa kau tahu kenapa aku disebut Eternal Flame?"
—FWOOSH!—
Api yang membakar arena tiba-tiba bergerak.
Bukan sekadar api.
Tapi makhluk hidup.
Api itu berubah menjadi naga raksasa yang mengaum ganas.
"DRAGON FLAME! BAKARLAH SEGALANYA!"
—
—BOOM!—
Naga api itu menerjang ke arah Zeroth dengan kecepatan mengerikan.
Para penonton bahkan tidak bisa bereaksi.
Mereka hanya bisa menatap, membayangkan tubuh Zeroth akan meleleh seketika.
—
Namun, di detik berikutnya…
—
—Semuanya menghilang.
—
Tidak ada api.
Tidak ada suara.
Tidak ada naga api.
—Hanya kesunyian.
—
Vortan, yang tadi percaya diri, kini berdiri kaku.
Matanya membelalak.
"...Apa yang barusan terjadi?"
Zeroth berdiri di tempat yang sama, meneguk minumannya.
Dia mengangkat bahu.
"Lu terlalu ribut, jadi gua matiin apinya."
—
Para penonton terdiam.
"B...BAGAIMANA CARANYA?!"
"TIDAK MUNGKIN! ITU DRAGON FLAME!"
"ITULAH KEKUATAN YANG BISA MEMBAKAR DEWA!"
—
Vortan terdiam sejenak.
Kemudian, dia menghela napas dan menatap Zeroth dengan ekspresi baru.
"...Sekarang aku mengerti."
Dia mengangkat tinjunya lagi.
"Kau memang monster yang lebih besar dari diriku."
Namun, senyum liar muncul di wajahnya.
"—Tapi justru itu yang membuatku bersemangat!"
—
Colosseum mulai bergetar.
Dari tubuh Vortan, sisik keemasannya mulai bersinar.
—
Para penonton menyadari sesuatu.
"Itu... bukan wujud humanoidnya lagi..."
"Tunggu... JANGAN BILANG—"
—
Vortan merentangkan tangannya.
"Aku, Vortan, sang Raja Naga, akan menunjukkan wujud asliku."
—BOOM!—
Sebuah kekuatan mengerikan melonjak ke udara.
Dari dalam tubuhnya, sayap raksasa mulai terbuka.
Tubuhnya membesar, sisik-sisiknya berkilauan seperti matahari.
Kepala naga dengan tanduk besar muncul, dan ekor panjangnya menghancurkan tribun di belakangnya.
—Dalam sekejap, dia telah berubah menjadi naga raksasa.
Sang Raja Naga akhirnya serius.
—
Namun, saat dia menatap ke depan...
Zeroth sudah tidak ada di sana.
—
Vortan sempat bingung.
Namun, sebelum dia sempat bereaksi—
—Sebuah suara muncul dari belakangnya.
"...Bro, lu butuh waktu lama banget berubah."
—
Vortan menoleh dan melihat Zeroth berdiri di atas kepalanya.
Bukan hanya berdiri.
Zeroth sedang duduk santai di tanduknya, menggunakan kepala naga itu sebagai tempat istirahat.
—
Seluruh Colosseum membeku.
"..."
Vortan terdiam.
"...Kau..."
Zeroth menguap.
"Udah selesai? Gua ngantuk."
—
Para penonton hanya bisa menatap kosong.
Mereka baru sadar sesuatu.
Vortan sudah kalah.
—Bahkan sebelum pertarungan benar-benar dimulai.