Setelah pertempuran di Benua Selatan, Alicia dan para jendral kembali ke Black Land untuk memulihkan diri. Tapi, Alicia tahu, dia tidak bisa beristirahat terlalu lama. Abyss masih mengancam, dan dia harus menjadi lebih kuat.
Suatu malam, Alicia bermimpi aneh. Dia berada di sebuah hutan gelap, dikelilingi oleh cahaya bulan yang merah. Di tengah hutan, ada sebuah altar batu, dan di atasnya tergeletak sebuah senjata—sabit dengan bilah yang berkilauan seperti darah dan gagang yang dihiasi simbol bulan.
"Sabit Crimson Moon Semblance," bisik suara gaib dalam mimpinya. "Senjata ini adalah bagian dari dirimu. Temukanlah."
Alicia terbangun dengan keringat dingin. Dia merasakan sesuatu yang aneh—seolah senjata itu memanggilnya. Tanpa berpikir panjang, dia pergi ke perpustakaan istana untuk mencari tahu lebih banyak.
---
Mencari Jawaban di Perpustakaan
Di perpustakaan, Alicia menemukan buku kuno tentang senjata legendaris. Salah satu halaman menggambarkan Sabit Crimson Moon Semblance—senjata yang terbuat dari logam langka dan diberkati oleh kekuatan bulan. Senjata ini dikatakan hanya bisa digunakan oleh mereka yang memiliki kekuatan api murni.
"Jadi, ini yang kulihat dalam mimpiku," gumam Alicia, matanya berbinar. "Tapi, di mana aku bisa menemukannya?"
Tiba-tiba, Margaret muncul di belakangnya. "Alicia, apa yang kau cari?"
Alicia menceritakan mimpinya dan senjata yang dia lihat. Margaret tersenyum. "Mungkin ini adalah petunjuk dari kekuatanmu sendiri. Aku pernah mendengar legenda tentang senjata itu. Katanya, senjata itu tersembunyi di Kuil Bulan, di puncak Gunung Aether."
---
Perjalanan ke Kuil Bulan
Dengan bantuan para jendral, Alicia memulai perjalanan ke Gunung Aether. Gunung itu terletak di perbatasan Black Land, dan untuk mencapainya, mereka harus melewati hutan lebat dan jurang curam.
Selama perjalanan, Alicia terus berlatih mengendalikan kekuatannya. Dia mulai memahami bahwa Api Crimson dan Api Hitam adalah dua sisi dari koin yang sama—dia harus menyeimbangkan keduanya jika ingin menjadi kuat.
"Kau sudah jauh lebih baik," puji Jendral Klee, yang menemani perjalanan ini. "Tapi, ingat, kekuatan terbesarmu bukan hanya pada api, tapi juga pada tekadmu."
---
Ujian di Kuil Bulan
Sesampainya di Kuil Bulan, Alicia dihadapkan pada serangkaian ujian. Ujian pertama adalah melawan bayangannya sendiri—sebuah ilusi yang mencerminkan ketakutan dan keraguannya.
"Kau tidak bisa mengendalikan kekuatanmu," bisik bayangan itu. "Kau hanya akan menghancurkan segalanya."
Tapi, Alicia tidak menyerah. Dia mengerahkan Api Crimson-nya, menghancurkan ilusi itu dengan satu serangan. "Aku tidak akan membiarkan ketakutanku menguasai diriku," katanya dengan tegas.
Ujian kedua adalah memecahkan teka-teki kuno yang menguji kebijaksanaannya. Alicia berhasil memecahkannya dengan bantuan pengetahuan yang dia pelajari dari buku-buku di perpustakaan.
---
Pertemuan dengan Sang Penjaga
Di ruang terdalam kuil, Alicia bertemu dengan Sang Penjaga—seorang wanita misterius dengan rambut perak dan mata seperti bulan purnama.
"Kau telah membuktikan dirimu layak, Alicia," kata Sang Penjaga. "Tapi, sebelum kau mendapatkan Sabit Crimson Moon Semblance, kau harus menjawab satu pertanyaan: Apa yang akan kau lakukan dengan kekuatan ini?"
Alicia berpikir sejenak, lalu menjawab, "Aku akan menggunakan kekuatan ini untuk melindungi orang-orang yang kucintai dan menghentikan Abyss."
Sang Penjaga tersenyum. "Jawaban yang baik. Maka, terimalah senjata ini, dan jadilah cahaya di tengah kegelapan."
Dia memberikan sabit itu kepada Alicia. Saat Alicia memegangnya, dia merasakan energi yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya. Sabit itu seolah hidup, merespons kekuatan Api Crimson-nya.
---
Kembali ke Black Land
Dengan senjata barunya, Alicia dan para jendral kembali ke Black Land. Tapi, sesampainya di istana, mereka mendapat kabar buruk—Abyss telah menyerang lagi, kali ini dengan kekuatan yang lebih besar.
"Kita tidak punya waktu untuk beristirahat," kata Kaisar Alster. "Alicia, kau harus memimpin pasukan ini."
Alicia mengangguk, memegang erat Sabit Crimson Moon Semblance. "Aku siap, Ayah. Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan kerajaan kita."