Chereads / Rencana Tuhan yang Tersembunyi / Chapter 3 - Konfrontasi Besar

Chapter 3 - Konfrontasi Besar

Udara di Kota Medan terasa lebih dingin dari biasanya, seolah semesta ikut mengiringi suasana hati Rania yang penuh gejolak. Malam itu, Rania duduk di balkon apartemennya, memandangi kelap-kelip lampu kota sambil menyesap teh hangat. Dadanya terasa sesak, pikirannya dipenuhi tanya. Apakah Haris sungguh bisa dipercaya? Ataukah dia hanya pandai merangkai kata demi menutupi kesalahannya?Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Mira masuk.Mira: "Ran, kau baik-baik saja? Aku khawatir sejak pertemuan tadi."Rania: "Aku masih mencoba mencerna semuanya. Besok aku ingin bertemu Haris lagi. Aku perlu jawaban lebih dari sekadar kata maaf."Mira membalas cepat.Mira: "Hati-hati, Ran. Jangan mudah terbuai kata-katanya. Kalau dia benar-benar masih menyimpan perasaan untuk Siska, kau harus bersiap untuk kemungkinan terburuk."Rania menarik napas panjang. Kemungkinan terburuk… kata-kata itu bergaung di kepalanya sepanjang malam.Keesokan sore, Rania berdiri di depan sebuah restoran kecil di pusat kota Medan. Tempat ini adalah saksi banyak kenangan manis antara dirinya dan Haris. Tapi kali ini, ia datang bukan untuk mengenang, melainkan untuk menuntut kebenaran.Haris datang beberapa menit kemudian. Wajahnya terlihat lelah, matanya menyiratkan penyesalan. Ia melangkah mendekat dengan ragu."Rania…" Haris menyapa lembut, mencoba menangkap tatapan Rania."Kita langsung saja, Haris," potong Rania tanpa basa-basi. "Aku ingin tahu yang sebenarnya. Jangan berikan aku jawaban yang setengah-setengah."Haris terdiam sejenak, seperti sedang menimbang-nimbang kata-kata yang tepat. "Aku sudah jujur kemarin, Ran. Aku memang masih bertemu Siska, tapi itu semua di luar kendaliku. Aku hanya ingin menutup masa lalu dengan baik."Rania tertawa sinis. "Menutup masa lalu? Dengan cara masih bertemu diam-diam? Kalau aku tidak tahu dari Mira, sampai kapan kau akan menyembunyikan ini dariku?""Aku takut kehilanganmu," kata Haris akhirnya. "Aku tahu itu salah, tapi aku takut kalau kau akan pergi begitu tahu tentang Siska.""Jadi, kau memilih untuk terus berbohong daripada memperbaiki kesalahanmu?" suara Rania mulai meninggi, matanya basah oleh air mata yang ditahannya sejak semalam. "Haris, cinta itu tentang kepercayaan. Tanpa itu, apa yang kita miliki?"Haris menggenggam tangan Rania. "Aku minta kesempatan, Ran. Aku akan menjauh dari Siska. Aku akan membuktikan kalau aku layak untukmu. Aku gak ingin kehilanganmu."Rania menatapnya lama. Ada bagian dalam hatinya yang masih ingin percaya, masih ingin memberi Haris kesempatan. Tapi logikanya berteriak, mengingatkan tentang luka yang baru saja ia rasakan."Aku gak bisa memutuskan sekarang," kata Rania pelan. "Aku butuh waktu. Kalau kau benar-benar tulus, kau harus memberiku ruang untuk berpikir."Malam itu, Rania kembali ke apartemennya dengan hati yang berat. Ia tahu keputusan ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apakah Haris akan benar-benar berubah, ataukah ini hanya ilusi dari cinta yang terlalu ia pertahankan?