Chereads / Rencana Tuhan yang Tersembunyi / Chapter 7 - Bayang-Bayang Masa Lalu

Chapter 7 - Bayang-Bayang Masa Lalu

Malam itu, Rania duduk di ranjangnya, menatap layar ponsel dengan jantung berdegup kencang. Pesan anonim yang baru diterimanya masih terngiang-ngiang di benaknya:"Rania, jangan percaya Haris sepenuhnya. Masih ada sesuatu yang dia sembunyikan darimu."Siapa yang mengirim pesan itu? Apa maksudnya? Setelah semua janji Haris untuk jujur, apakah masih ada rahasia yang belum terungkap?Rania mencoba mengabaikannya."Mungkin ini hanya orang iseng," bisiknya, berusaha meyakinkan diri. Namun perasaan gelisah terus mengintai.Ia akhirnya mengetik pesan singkat kepada Haris.Rania: "Haris, ada yang perlu kita bicarakan. Besok, di tempat biasa?"Haris merespons cepat.Haris: "Tentu. Sampai jumpa besok, Ran."Esok harinya, di taman kecil dekat Masjid Raya, Haris sudah menunggu. Ia menyambut Rania dengan senyum, tapi senyum itu terasa sedikit berbeda—seolah ia menyimpan sesuatu yang tak terkatakan."Ada apa, Ran? Kau kelihatan tegang," tanya Haris sambil mengerutkan alisnya.Rania menatapnya tajam. "Aku menerima pesan aneh tadi malam. Seseorang bilang kau masih menyembunyikan sesuatu dariku. Apa itu benar, Haris?"Wajah Haris langsung berubah. Ia mencoba menahan ekspresinya, tapi Rania bisa melihat kegelisahan di matanya. "Pesan apa maksudmu?"Rania mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan pesan tersebut. "Ini. Kau tahu siapa yang mengirimnya?"Haris terdiam beberapa detik sebelum menjawab. "Aku gak tahu siapa yang mengirim ini, Ran. Mungkin seseorang yang ingin menghancurkan hubungan kita. Aku gak menyembunyikan apa pun darimu.""Benarkah?" Rania mendesak. "Karena aku sudah terlalu sering mendengar janji seperti itu, Haris. Aku ingin kebenaran, bukan penjelasan yang setengah-setengah."Haris menunduk, menarik napas dalam-dalam. "Ada sesuatu yang belum aku ceritakan, tapi bukan karena aku ingin berbohong. Aku hanya ingin melindungimu.""Melindungiku dari apa?" suara Rania mulai meninggi. "Dari rasa sakit? Haris, aku sudah terluka berkali-kali. Lebih baik aku tahu semuanya sekarang, daripada menyesal nanti."Haris akhirnya mengakui, dengan suara yang rendah tapi penuh ketulusan. "Setahun yang lalu, sebelum kita bertunangan, aku terlibat masalah besar di kantor. Ada proyek yang gagal, dan namaku terseret sebagai pihak yang bertanggung jawab. Aku hampir kehilangan pekerjaan, Ran. Siska adalah orang yang membantu menyelesaikan masalah itu."Rania terkejut. "Siska? Jadi dia bukan cuma masa lalumu, tapi juga penyelamatmu?"Haris mengangguk. "Iya. Karena itulah aku merasa berutang budi padanya. Ketika dia kembali ke Medan, aku pikir aku harus menemuinya untuk menutup semua urusan itu dengan baik. Tapi aku tahu, caraku salah. Aku seharusnya jujur dari awal."Rania mengusap wajahnya, mencoba mencerna semua informasi itu. "Kenapa kau gak pernah cerita? Apa kau pikir aku gak bisa menerima masa lalumu?""Aku takut kau salah paham," jawab Haris lirih. "Aku gak mau hubungan kita hancur karena masa lalu yang seharusnya sudah selesai."Rania terdiam lama, menatap Haris dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Aku hanya ingin jujur di antara kita, Haris. Aku ingin kita memulai segalanya tanpa rahasia. Kalau masih ada sesuatu yang kau sembunyikan, tolong katakan sekarang.""Tidak ada lagi, Ran. Ini semuanya," kata Haris, menatapnya dengan penuh keyakinan. "Mulai sekarang, gak ada lagi rahasia. Aku janji."Malam itu, Rania kembali ke apartemennya dengan hati yang lebih tenang. Meski masih ada keraguan kecil, ia memutuskan untuk percaya lagi. Mungkin inilah titik di mana ia harus benar-benar melepaskan rasa takutnya dan membiarkan waktu yang membuktikan segalanya.Namun, di balik rasa tenangnya, sebuah pertanyaan kecil tetap berbisik di sudut pikirannya: "Apa benar semua ini sudah berakhir?"