Flashback
Setahun yang lalu, Haris duduk di kursi ruangannya dengan wajah tegang. Suara ketukan di pintu membuatnya mendongak. Dari balik pintu, Pak Anton, direktur perusahaan tempat Haris bekerja, melangkah masuk dengan wajah serius.
"Haris, kita harus bicara," kata Pak Anton, suaranya rendah tapi tegas.
Haris mengangguk, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Ada apa, Pak?"
Pak Anton meletakkan setumpuk berkas di atas meja. "Proyek renovasi gedung di cabang Surabaya bermasalah. Anggaran proyek membengkak, dan laporan keuangan menunjukkan ada kejanggalan. Nama kamu disebut sebagai penanggung jawab utama."
Haris menatap berkas itu dengan mata membelalak. "Tapi, Pak… Saya gak pernah melakukan sesuatu yang melanggar. Saya hanya menjalankan instruksi yang diberikan tim proyek."
"Itu yang sedang kami selidiki," jawab Pak Anton. "Tapi kalau kita gak segera menemukan bukti yang mendukung, kamu bisa terlibat masalah hukum."
Haris merasa jantungnya berhenti sejenak. Ia tahu proyek itu memang penuh tantangan, tetapi ia tak pernah menyangka bisa berujung seperti ini. "Saya akan mencari tahu apa yang terjadi, Pak. Tolong beri saya waktu."
***
Hari-hari berikutnya, Haris sibuk menyisir setiap laporan dan berkas yang terkait proyek tersebut. Ia hampir tak tidur, mencoba menghubungkan setiap potongan informasi yang bisa membuktikan dirinya tidak bersalah. Namun, semakin ia mencari, semakin rumit situasinya.
Hingga pada suatu malam, ketika Haris merasa hampir menyerah, teleponnya berdering.
"Haris, ini aku, Siska," suara dari seberang terdengar familiar. Siska, mantan rekan kerja sekaligus seseorang dari masa lalunya yang sempat dekat dengannya. "Aku dengar kamu punya masalah besar di kantor."
"Ya, Sis. Aku gak tahu harus mulai dari mana," kata Haris dengan nada lelah. "Aku merasa dijebak, tapi belum punya bukti kuat."
"Aku bisa bantu," ucap Siska dengan yakin. "Aku punya kenalan di bagian audit perusahaan. Kita bisa selidiki ini bersama. Aku gak akan biarkan kamu jatuh begitu saja."
---
Beberapa minggu kemudian, dengan bantuan Siska, Haris akhirnya menemukan bukti bahwa manipulasi anggaran dilakukan oleh pihak ketiga yang bekerja sama dengan vendor proyek. Bukti tersebut menyelamatkan Haris dari tuduhan, dan namanya dibersihkan.
Di ruang direksi, Pak Anton menyalami Haris. "Selamat, Haris. Kamu beruntung punya teman seperti Siska yang peduli dan membantu di saat sulit."
Haris hanya tersenyum samar. Meski merasa lega, ia tahu utang budi itu akan menjadi beban tersendiri baginya. Siska memang membantu menyelamatkan kariernya, tapi sejak saat itu, bayang-bayang masa lalu kembali masuk ke dalam hidupnya.
---
Kembali ke masa kini, Haris menatap Rania dengan mata yang penuh rasa bersalah. "Itulah alasan aku bertemu Siska lagi, Ran. Bukan karena perasaan lama, tapi karena aku merasa berutang padanya. Aku takut kau salah paham, makanya aku gak cerita dari awal."
Rania terdiam, mencerna semuanya. "Jadi, semua ini tentang rasa utang budi?" tanyanya pelan.
"Iya," jawab Haris jujur. "Dan aku janji, gak akan ada lagi masa lalu yang mengganggu kita."