Chereads / Rencana Tuhan yang Tersembunyi / Chapter 10 - Ancaman Makin Dekat

Chapter 10 - Ancaman Makin Dekat

Malam itu, setelah pembicaraan serius mereka, Rania masih duduk di ruang tamu dengan tatapan kosong. Haris sudah kembali ke kamarnya, namun pikirannya terus bergelayut di antara rasa takut dan curiga. Ia tak bisa mengabaikan pesan-pesan misterius yang datang bertubi-tubi.

"Siapa yang tega menghancurkan hidup Haris? Apa ini benar-benar soal bisnis atau ada alasan lain di balik semua ini?" pikir Rania.

Rania membuka laptopnya, mulai mencari artikel lama tentang kasus proyek setahun lalu. Tak butuh waktu lama sebelum ia menemukan berita-berita yang menyudutkan Haris. Beberapa media lokal menulis tentang skandal korupsi yang melibatkan perusahaan tempat Haris bekerja. Nama Haris memang sempat disebut sebagai salah satu pihak yang terlibat, meski akhirnya ia terbukti tidak bersalah.

"Tapi kenapa kasus ini muncul lagi sekarang?" bisik Rania sambil menatap layar.

Pagi harinya, Rania menemui sahabatnya, Mila, di sebuah kafe kecil di tengah kota Medan.

"Ran, kamu serius mau menggali masa lalu Haris lagi? Bukannya dia udah bersih dari tuduhan itu?" tanya Mila sambil menyeruput kopinya.

"Aku tahu, Mil. Tapi seseorang masih berusaha menjatuhkan Haris. Aku gak bisa tinggal diam," jawab Rania tegas.

Mila menghela napas. "Kalau gitu, kamu harus hati-hati. Jangan sampai kamu justru masuk ke dalam bahaya."

"Aku cuma mau tahu siapa yang ada di balik semua ini. Aku gak akan berhenti sampai aku menemukannya," kata Rania, tatapannya penuh tekad.

Sementara itu, di kantor Haris, suasana mulai terasa berbeda. Beberapa rekan kerja mulai bersikap dingin padanya, dan bisikan-bisikan kecil terdengar setiap kali Haris lewat. Ia tahu gosip lama itu telah kembali menghantui.

"Pak Haris, ada tamu yang ingin bertemu," kata resepsionis melalui telepon internal.

Haris bergegas ke lobi. Seorang pria dengan jas hitam berdiri di sana, tersenyum tipis.

"Lama tak berjumpa, Haris," ucap pria itu dengan nada sinis.

"Faisal?" Haris terkejut. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Faisal, mantan kolega Haris yang dipecat akibat skandal proyek, kini berdiri di hadapannya. "Aku cuma ingin bilang… selamat menikmati permainan ini. Kau mungkin berhasil lolos dulu, tapi kali ini aku yang akan menang."

Haris mengepalkan tangannya, menahan amarah. "Jadi, semua ini ulahmu? Apa yang kau inginkan, Faisal?"

Faisal mendekat, berbisik di telinga Haris. "Aku hanya ingin kau rasakan apa yang pernah aku alami. Kehilangan segalanya, dipermalukan, dan dihancurkan."

Malam harinya, Haris menceritakan pertemuannya dengan Faisal kepada Rania.

"Jadi, dia pelakunya?" tanya Rania, matanya membulat.

"Aku yakin dia ada di balik ini. Tapi aku gak punya cukup bukti untuk melawannya," jawab Haris.

Rania menggenggam tangan Haris erat. "Kita harus cari bukti itu, Haris. Kita gak bisa biarkan dia menang."

Haris menatap Rania dengan rasa syukur. "Terima kasih, Ran. Aku gak tahu harus bagaimana tanpa kamu."

"Kita akan selesaikan ini bersama," kata Rania, mencoba memberi kekuatan. "Aku gak akan biarkan kamu menghadapi ini sendirian."