Chereads / The Last Catalyst / Chapter 5 - Kehidupan yang mulai berubah

Chapter 5 - Kehidupan yang mulai berubah

Di tengah kegelapan total, Kael melihat sesuatu berkumpul di depan matanya—energi hitam pekat yang terus berputar seperti pusaran api neraka.

Di sebelahnya, berdiri sesosok manusia yang diselimuti cahaya terang. Tak ada wajah, tak ada bentuk yang jelas, hanya siluet manusia bercahaya.

Tiba-tiba, energi hitam itu bergerak dan membentuk makhluk humanoid, seolah memiliki kesadaran sendiri. Di belakangnya, bayangan gelap berkelebat, membentuk pasukan misterius.

Namun, hal yang sama terjadi pada cahaya. Di belakang siluet bercahaya itu, muncul pasukan energi terang, yang berhadapan langsung dengan pasukan kegelapan.

Dua pasukan yang hanya terlihat sebagai energi, siap bertarung.

Tapi sebelum pertempuran dimulai—

BOOM!!

Tangan raksasa muncul kembali dari kegelapan. Ukurannya bahkan lebih besar dari sebelumnya, mencengkeram kedua entitas cahaya dan kegelapan sekaligus.

Kael hanya bisa terpaku, tidak bisa bergerak.

Tangan itu bergerak menuju dirinya—

Sebelum bisa mencengkramnya, Kael tiba-tiba terbangun.

Tiiit… tiiit… tiiit…

Bunyi monitor jantung terdengar monoton di ruangan itu. Mesin infus masih menancap di tangannya, dan ventilator oksigen terpasang di samping tempat tidur.

Kael terbangun dengan kepala berdengung, wajahnya penuh keringat. Matanya berkedip beberapa kali, mencoba memahami di mana dia berada.

"Ugh… aku di mana…?" gumamnya dengan suara serak.

Ia menoleh ke sekeliling ruangan dan menyadari fakta paling mengerikan dalam hidupnya

LAPTOP DAN BUKU-BUKU KULIAHNYA HILANG.

Seketika, PANIK.

"A-APAAN INI?!?!"

Kael meraba-raba kasur seperti orang kesurupan, mencoba mencari laptop yang jelas-jelas tidak ada di sana.

"TIDAAAAAK!! LAPTOPKU!!! FILE-FILE TUGAS KULIAHKU!! JURNAL-JURNALKU!!!"

Ia mulai mencakar-cakar kasur dengan wajah penuh keputusasaan, seperti karakter anime yang kehilangan harta karunnya.

"SIAPA YANG MENYIMPAN BACKUPNYA?! SIAPA?! APAKAH AKU PERNAH BACKUP?!?!"

Lalu, tiba-tiba, momen pencerahan muncul.

"... Andai aja aku bisa menyimpan semua file itu di otakku sendiri..."

Setelah berkata demikian, Kael kembali menghadap ke depan—dan langsung terkejut.

Sebuah hologram muncul di hadapannya.

Seperti proyektor melayang di udara, menampilkan sesuatu yang ia tidak pahami.

Kael mengerutkan kening.

"Sejak kapan di ruangan pasien ada proyektor? Siapa yang mau presentasi?"

Tapi ketika ia menoleh ke samping, hologram itu ikut bergerak.

Ia menoleh ke kanan → hologram ikut ke kanan.

Ia menoleh ke kiri → hologram ikut ke kiri.

Kael berhenti sejenak, napasnya memburu.

Lalu, tiba-tiba, ia menyadari sesuatu…

Hologram ini... mengikuti gerakannya?!

"AAAAAAAAAAAAAHHHHHH!!"

Seketika ia melompat dari tempat tidur, jantungnya hampir copot.

"APAAAA INIIII?!?!" teriaknya dengan wajah benar-benar kocak—mulutnya terbuka lebar, matanya melotot seperti karakter kartun yang baru saja melihat hantu.

Saking kagetnya, ia bahkan jatuh dari tempat tidur, tersangkut dengan kabel infus hingga hampir menarik seluruh alat medis di ruangan itu.

Tiba-tiba, ia berkedip—dan hologram itu menghilang.

Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.

"Huh… Sepertinya tadi cuma halusinasi… kebawa dari mimpi anehku tadi…"

Tapi sebelum ia bisa berpikir lebih jauh—

"Sebenernya, sudah berapa lama aku tertidur?" gumamnya.

Lalu, tiba-tiba—

"Anda sudah tertidur selama 1 hari 12 jam, Pak."

SESUATU BERBICARA DI DALAM KEPALANYA.

"HAHHH?!?!?!"

Kael kaget untuk kedua kalinya, kali ini lebih parah—matanya melotot, wajahnya pucat, ekspresinya seperti orang yang baru saja mengalami kejadian supernatural.

Suaranya bergetar, "I-ini apa?! Aku sudah mati?!?!"

Ia menelan ludah dengan berat, mulai berpikir kalau dirinya sudah berada di akhirat.

Namun, suara itu kembali berbicara, kali ini dengan nada datar seperti asisten virtual:

"Anda berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta."

"..."

Kael terdiam, mencoba memproses informasi ini.

Lalu, ia menghela napas panjang.

"Oke, berarti aku masih hidup. Syukurlah..."

Namun, pikirannya langsung kembali ke pertanyaan utama.

"TAPI KAMU ITU SIAPA?!?!" teriaknya.

"JANGAN-JANGAN KAU ITU JIN PENGHUNI RUMAH SAKIT INI?!?!"

Sial. Kael mulai mikir aneh-aneh.

Namun, suara itu kembali berbicara dengan nada monoton:

"Saya… (glitching suara)... yang akan membantu anda menjadi… (glitching suara semakin parah)..."

"Hah?! Apa-apaan ini?! Baru aja ditanya langsung NGEBUG!!"

Suara itu terdengar lagi, kali ini lebih datar dari sebelumnya:

"Maaf. Diluar program sistem."

Kael menatap kosong ke depan, wajahnya penuh kebingungan.

"... Gue ini lagi mimpi atau kena gangguan mental?"

Tiba-tiba, pintu kamar rumah sakit terbuka dengan keras.

"Brakkk!!"

Dua sosok berlari masuk—Raka dan Chika, sahabat satu circle-nya.

Mereka langsung membeku, melihat Kael sudah duduk tegak di tempat tidurnya.

"K-Kael?! Kau sadar?!" suara Chika bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.

Tanpa berpikir panjang, Chika langsung mendekat dan memeluknya erat.

"Kaell… syukurlah kau selamat…!" suaranya terdengar serak, hampir menangis.

Kael terkejut sesaat, tapi kemudian tersenyum tipis. Ia menepuk pelan punggung Chika.

"Aku baik-baik saja, Chi… Tenang."

Sementara itu, Raka duduk di samping kasur Kael, menepuk bahunya pelan.

"Kamu benar-benar seorang Sentinel."

Ia mengatakannya dengan senyuman… tapi air mata mengalir dari sudut matanya.

Kael hanya bisa diam sesaat, hatinya hangat melihat betapa pedulinya mereka.

Tanpa ragu, Kael merangkul keduanya.

"Terima kasih… karena selalu ada buatku."

Chika dan Raka tersenyum, meski air mata masih membasahi pipi mereka.

Setelah momen haru itu, Raka mengusap matanya dan mencoba mengubah suasana.

"Jadi, hari ini kau mau makan apa?" tanyanya sambil tersenyum.

Kael berpikir sejenak, lalu bergumam, "Aku sudah tidak sadar sekitar satu setengah hari… Haduh, jadi pengen makan sesuatu yang enak…"

BRRRRZZZT!

Hologram AI yang tadi muncul lagi.

Kael diam.

"Aku tidak akan kaget untuk ketiga kalinya. Aku tidak akan kaget untuk ketiga kalinya…" batinnya, sambil tetap berkeringat dingin.

Hologram itu mulai menampilkan daftar makanan bergizi.

"Rekomendasi makanan terbaik untuk pemulihan pasien:"

1. Buah-buahan tinggi serat (apel, pir, pisang)

2. Makanan tinggi protein (ikan, telur, dada ayam)

3. Hindari makanan berlemak berlebihan

4. Sayuran hijau (bayam, brokoli, kangkung)

5. Sumber karbohidrat sehat (nasi merah, kentang, ubi)

Kael memandang daftar itu dengan ekspresi kosong.

"....."

Raka menatapnya dengan mata menyipit.

"Halah, baru aja sembuh udah milih makanan aneh-aneh."

Kael cepat-cepat mengubah jawaban.

"Euuu… engga-engga! Sayuran aja deh! Sayuran!" katanya dengan wajah bingung dan canggung.

Hologram itu langsung menampilkan daftar baru.

"Pilihan yang bagus, Pak! Berikut rekomendasi sayuran terbaik untuk pemulihan Anda:"

Bayam → Kaya zat besi, baik untuk produksi darah

Brokoli → Mengandung vitamin C, bagus untuk kekebalan tubuh

Wortel → Sumber vitamin A, baik untuk kesehatan mata

Kangkung → Mengandung antioksidan tinggi, bagus untuk metabolisme

Kol Ungu → Meningkatkan kesehatan jantung

Kael hanya bisa menatap hologram itu, lalu menoleh ke Raka dan Chika dengan ekspresi kosong.

"...EEEEEEE..."

Raka dan Chika menatapnya dengan bingung.

Chika mengangkat alis. "Kael, lu kenapa?"

Kael hanya bisa tersenyum kaku.

"Gue juga nggak tahu…"

Raka mengambil dompetnya dan bersiap keluar.

"Lu istirahat aja dulu, bro. Gw sama Chika mau beli makanan buat lu."

Chika ikut menimpali, "Iya, El. Aku bakal beli buah-buahan juga!"

Kael tersenyum, "Iyaa, makasih yaa. Hati-hati di jalan!"

Raka dan Chika pun pergi, meninggalkan Kael sendirian di kamar rumah sakit.

Begitu mereka pergi, Kael langsung duduk tegak.

"Oke… sekarang waktunya eksperimen."

Ia mengarahkan pandangannya ke udara kosong.

Kael menelan ludah.

Ia menoleh ke kiri. Kosong.

Ia menoleh ke kanan. Kosong juga.

Ia menarik napas dalam-dalam.

Lalu, dengan suara agak gemetar, ia berbisik…

"Hei… jin… jin… muncul lah…"

...

Hening.

Sunyi.

Bahkan suara kipas AC pun terdengar lebih kencang daripada panggilannya.

Kael menunggu beberapa detik dengan ekspresi serius.

Lalu ia menghela napas panjang dan menggerutu kesal

"Giliran gue panggil malah ngilang, dasar jin PHP"

Namun, tiba-tiba ia mendapat ide.

"Jam berapa sekarang?"

BRZZZT!

Hologram itu langsung muncul kembali.

Di depannya, jam digital melayang di udara, menunjukkan waktu saat ini.

"...."

Kael membeku.

Matanya membesar.

"Wah gila, beneran muncul!!"

Refleks, ia langsung mengangkat tangan dan mencoba mencolek hologram itu.

Jari-jarinya menembus layar transparan tersebut, seolah hanya cahaya.

"...Oke, ini keren sih, tapi juga serem sih, lalu lu munculnya kalau ditanya hal yang masuk akal aja ya? Dasar jin pemalas.''

Setelah berpikir sejenak, Kael kembali bertanya,

"Lu itu semacam AI kaya ChatGPT, Meta AI, atau Gemini, ya?"

Hologram itu langsung menjawab dengan suara jernih,

"Benar, Pak. Saya adalah asisten kecerdasan buatan yang dapat membantu semua aktivitas Anda, termasuk mengatur jadwal, menjawab pertanyaan, memberikan rekomendasi makanan, serta berbagai fungsi lainnya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda."

Kael menatap kosong ke arah hologram itu.

"...Oh, jadi kayak Google Assistant tapi lebih mistis?"

Hologram itu tidak menjawab, hanya berkedip-kedip seperti loading.

Kael menghela napas, "Yah, setidaknya lu nggak glitch lagi... gue harus kasih nama buat AI ini… Biar keren dikit."

Ia merenung sebentar, lalu tersenyum tipis.

"Gimana kalau... Sentra?"

Hologram di depannya berkedip sebentar, lalu sebuah suara digital terdengar…

"Baik, Pak. Terima kasih sudah memberi saya nama. Saya akan muncul setiap kali Bapak memanggil nama saya dan siap siaga membantu Bapak."

"..."

Kael mengerjap.

Mulutnya sedikit terbuka.

Lalu, alismenya bertaut.

"Pak lagi?!"

Wajahnya seketika berubah kesel.

"Emangnya gue setua itu apa sampai dipanggil 'Pak'?!"

Kael memandang hologram Sentra dengan penuh curiga.

Ia melirik pantulan dirinya dari pantulan cermin.

Kulit masih kencang.

Rambut masih full.

Nggak ada uban.

Terus, kenapa ini AI manggil gua 'Pak'?!

Kael menghela napas panjang lalu menunjuk Sentra dengan ekspresi sok berwibawa.

"Denger ya, mulai sekarang panggil gue 'Tuan'."

Sentra berkedip sebentar.

Lalu, dengan suara yang tetap datar, ia menjawab…

"Baik, Tuan."

Kael tertawa puas.

"HAHAHAHA! Bagus! Gitu dong!"

Namun…

Saat Kael sedang tertawa puas dengan dirinya sendiri, tiba-tiba…

"Ehem."

Sebuah suara memotong kesenangannya.

Kael menoleh ke arah pintu.

Seorang suster berdiri di sana, menatapnya dengan wajah penuh kebingungan.

"Mas nya kenapa ya?"

Kael mendadak kaku.

Otaknya bekerja cepat mencari alasan.

Lalu, dengan senyum canggung, ia hanya berkata…

"Enggak kok, Mbak. Hehehe…"

Suster itu menghela napas, mengangguk pelan, lalu menutup pintu dengan ragu.

Kael langsung menutup wajahnya dengan bantal.

"Astaga, gue denger sendiri aja udah kaya orang gila."

Kael terdiam.

Ia memicingkan mata, berusaha mengingat sesuatu yang mengganggunya sejak tadi.

Ketika ledakan itu terjadi, ia sedang mencoba berlari untuk masuk kedalam cahaya garuda yang muncul melindungi para sentinel, ia membawa materi kuliah di laptopnya… dengan ChatGPT terbuka.

Saat tubuhnya terkena ledakan, layar laptop masih menyala.

Sebuah pikiran gila muncul di benaknya.

"Jangan-jangan... laptop gue nyatu sama otak gue?!"

Ia menggeleng cepat.

"Gila. Nggak mungkin, kan?"

Namun, sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, hologram Sentra muncul lagi.

"Tuan, ada notifikasi masuk."

Kael menatap Sentra malas.

"Notifikasi apaan? Paket COD?"

"Tugas harian Anda telah dimulai."

Hologram berkedip, lalu sebuah daftar muncul di depan Kael.

TUGAS HARIAN:

✅ Push-up 100x

✅ Sit-up 100x

✅ Squat 100x

✅ Lari 10 KM

🕒 Batas waktu: 3 jam (16:10 - 19:10)

⚠️ Jika tidak dikerjakan, hukuman akan diberikan.

Kael membelalak.

"Lah?!"

Matanya bergerak cepat membaca daftar itu ulang.

"Gue baru siuman, yang bener aja harus olahraga?! Apalagi ini kayak jadwal latihan tentara!"

Sentra berkata lagi dengan ekspresi nada bicara datar.

"Saran saya, Tuan sebaiknya menerima tugas harian ini. Jika menolak, program akan memberikan hukuman."

Kael mendengus.

"Lu pikir lu siapa? Bu Ratna?!" (Dosen killer yang hobi kasih hukuman absurd.)

"Lu itu AI, bukan pelatih gym! Mau ngatur-ngatur gue?"

Ia menyilangkan tangan dan menyeringai.

"Gue nolak, titik. Lagian, Raka sama Chika bentar lagi dateng bawa makanan."

Sentra hanya diam sejenak sebelum menjawab dengan nada tenang.

"Baiklah, jika begitu, Tuan akan menerima hukuman dari program."

Tiba-tiba…

Badan Kael terasa ringan.

Sangat ringan.

Ia menunduk, melihat kakinya sudah tidak menyentuh kasur.

"Eh…?!"

TUBUHNYA MELAYANG?!

Sebelum ia sempat protes, sebuah void kecil berwarna hitam muncul di depannya.

Void itu mulai berputar, menciptakan gaya hisap seperti lubang hitam.

"Eh, eh, EHHH?! SENTRA, APA YANG LU LAKUIN?!"

Angin berhembus kencang, menyedot Kael semakin dekat ke void tersebut.

"COOOOK—AAAARGH—"

Dalam sekejap…

Suara Kael lenyap.

Ia tertelan ke dalam kegelapan.

Kael terbelalak, matanya berusaha menyesuaikan dengan kegelapan yang pekat. Aroma tanah basah dan udara pengap menusuk hidungnya.

"Woy, Sentra! Gue ada di mana?!"

Nada suaranya penuh kepanikan.

Baru aja dia rebahan di kasur rumah sakit, sekarang malah teleport ke tempat asing.

"Lu ngelakuin apaan, kocak?!"

Di hadapannya, hologram Sentra muncul dengan tenang.

"Ini adalah sebuah Labyrinth."

Kael mengerutkan alis.

"Labyrinth?"

"Labyrinth adalah ruang dimensi di balik Void Rift. Seorang Sentinel biasanya harus mengalahkan Boss di dalam Labyrinth untuk menutup Void Rift. Namun…"

Sentra berhenti sejenak, lalu menambahkan:

"…karena Tuan menolak tugas harian, maka ini adalah Labyrinth khusus yang disiapkan untuk Tuan. Silakan bertahan hidup di sini selama 3 jam. Akan ada beberapa monster dan Voidborn yang akan menyerang Tuan. Semoga beruntung."

Kael merasa darahnya berhenti mengalir.

"GOBLOK! LU MALAH NGIRIM GUE KE TEMPAT BEGINIAN?!"

Tubuhnya gemetar bukan karena dingin, tapi karena marah dan panik.

"Gue aja belum pernah masuk Labyrinth! Gimana kalau gue mati di sini, hah?! Gue baru aja selamat dari kejadian kemarin!"

Namun, Sentra tetap berbicara dengan nada datar dan tenang.

"Saya akan membantu Tuan dalam pertempuran. Namun, keselamatan Tuan bergantung pada diri sendiri. Semoga beruntung."

Kael ingin melempar sesuatu.

Sumpah, kalau hologram itu punya kepala, udah dia jitak dari tadi.

DUARR!

Sebuah retakan gelap terbuka di ujung gua, mengeluarkan makhluk aneh berwarna hitam pekat dengan tubuh seperti kabut yang terus berubah bentuk.

Kael menelan ludah.

Di depan matanya, informasi makhluk itu muncul seperti tampilan game.

[Voidborn – Level 1]

🔹 Tingkat Ancaman: E

🩸 HP: 250

⚔️ Kekuatan: 15

🛡️ Ketahanan: 10

⚡ Kecepatan: 12

🧠 Kecerdasan: 5

👁️ Kepekaan: 8

Di saat yang sama, statistik Kael muncul di sampingnya.

[Kaelindra Azrath – Level 1]

🩸 HP: 400

⚔️ Kekuatan: 20

🛡️ Ketahanan: 18

⚡ Kecepatan: 14

🧠 Kecerdasan: 12

👁️ Kepekaan: 10

Kael menyipitkan mata.

"Jadi… statistik gue lebih tinggi dari dia, kan? Berarti gue lebih kuat?"

Sentra menjawab lagi.

"Benar, Tuan. Namun, ingat. Kecerobohan dan kelengahan bisa menyebabkan luka fatal. Harap berhati-hati."

Kael mendengus.

"Sialan… yang bener aja gue dipaksa bertarung sama AI ini."

Ia melirik ke samping, melihat sebuah stopwatch raksasa melayang di udara.

Waktu tersisa: 2 jam 57 menit.

Kael mengepalkan tangan.

"Oke… kalau gitu, ayo kita mulai."

Kael mengatur napasnya.

Di depannya, makhluk itu berdiri dengan tubuh seperti goblin namun berwarna hitam legam seperti bayangan. Mata merahnya menyala, taring tajam mencuat dari mulutnya, dan duri di punggungnya bergerak-gerak seolah hidup.

Voidborn ini terlihat haus darah.

Kael menyeringai.

"Yah, lagipula gue ini seorang Sentinel…"

Ia merenggangkan bahunya.

"Meskipun gue cuma Sentinel rank terendah, gue gak bakal mati semudah itu."

Kael mengambil kuda-kuda.

Tangannya mulai bersinar keemasan saat Light of Dust mengalir melalui lengannya.

Zzzttt…

Cahaya keemasan itu berdenyut, membentuk pola menyerupai aliran listrik di kulitnya.

Voidborn mendesis, lalu berlari dengan cepat, cakarnya terangkat siap menebas!

[Voidborn – Level 1]

🔹 Tingkat Ancaman: E

🩸 HP: 250

⚔️ Kekuatan: 15

🛡️ Ketahanan: 10

⚡ Kecepatan: 12

🧠 Kecerdasan: 5

👁️ Kepekaan: 8

💀 Kelemahan:

Serangan berbasis cahaya

Bagian leher tidak memiliki lapisan pelindung

Sering menyerang secara impulsif, mudah dipancing

"Tuan, perhatikan! Makhluk ini cepat, namun ia sering menyerang secara impulsif. Serangan berbasis cahaya akan lebih efektif!"

"Bagian lehernya juga titik lemah!"

Kael menyeringai mendengar arahan Sentra.

"Oh, bagus. Ini bakal cepat selesai."

Voidborn menerjang!

Cakarnya menghantam udara, nyaris mengenai wajah Kael.

Namun, Kael melompat ke belakang dengan lincah, menghindari serangan itu hanya dengan selisih beberapa sentimeter.

Voidborn meraung dan menyerang lagi!

Kali ini, serangannya lebih cepat.

Kael mengangkat lengan yang dipenuhi aura keemasan dan menangkis!

BUAGH!

Benturan keras terjadi, menyebabkan percikan cahaya berhamburan.

Namun, Kael tidak mundur.

Sebaliknya, dia malah tersenyum.

"Lemah."

Dengan cepat, dia memutar tubuhnya ke samping, melangkah ke arah sisi kanan Voidborn yang lengah, lalu menyodorkan lengannya ke depan.

💥 Bukkkk! 💥

Kael meninju Voidborn tepat di lehernya!

Cahaya keemasan meledak!

Voidborn menyeringai kesakitan dan mundur beberapa langkah, cakar-cakarnya mencakar udara seakan mencoba melawan rasa sakit yang membakar kulitnya.

Namun, Kael tidak memberi waktu untuk bernapas.

"Sekarang mati aja sono!"

Kael berpijak dengan kuat, lalu melesat dengan kecepatan tinggi!

Tangannya dipenuhi cahaya keemasan yang semakin menyilaukan.

Voidborn berusaha menghindar, namun terlalu lambat!

DUARR!!

Tinju Kael mendarat tepat di tenggorokan Voidborn!

RAKKKHHH!!

Makhluk itu menjerit, lalu tubuhnya mulai meleleh menjadi kabut hitam sebelum akhirnya menghilang sepenuhnya.

Voidborn telah dikalahkan!

Kael menghela napas.

Dia menatap tinjunya, yang masih berpendar dengan cahaya keemasan.

"Hah… hah… Lumayan juga, tapi ini masih awal."

Tiba-tiba, suara Sentra muncul kembali.

"Selamat, Tuan. Ini hanya permulaan. Masih ada 2 jam 54 menit lagi."

Kael mengerang frustasi.

"Gila, masih lama banget!"

Namun, di ujung gua…

Beberapa mata merah mulai bermunculan dari dalam kegelapan.

Kael mengepalkan tinjunya.

"Baiklah… Kalau ini caranya gue bisa keluar dari sini, ayo kita lanjut!"