Chereads / The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan / Chapter 6 - Bab 06 - Kapal Rongsok- Part I

Chapter 6 - Bab 06 - Kapal Rongsok- Part I

Malam itu, langit London dipenuhi dengan awan gelap yang menggantung rendah, seolah-olah mencerminkan suasana hati Thomas yang penuh kegelisahan. Setelah beberapa minggu bekerja di toko koran Paman Sam, Thomas merasa ada sesuatu yang semakin gelap dan berbahaya yang mengelilinginya. Dia mulai menyadari bahwa keterlibatannya dalam The Heptagon bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng, dan setiap langkah yang dia ambil membawa dia lebih dalam ke dalam dunia yang penuh rahasia dan kekuasaan.Semua bermula pada suatu pagi yang suram. Thomas bangun lebih awal dari biasanya, merasakan sesuatu yang berbeda di udara. Suasana dingin dan kabut tebal menyelimuti pelabuhan, menambah kesan kelam pada hari itu. Ketika dia melihat Jack dan Murphy yang masih tertidur di sudut ruangan, dia merasakan kekhawatiran yang tidak bisa dijelaskan. Mereka tinggal secara ilegal di rumah tersebut sebuah reruntuhan rumah tua yang hampir roboh, tempat satu-satunya perlindungan bagi keluarga kecil ini setelah tragedi yang menimpa mereka.Thomas tahu betapa berbahayanya hidup secara tersembunyi. Setiap gerakan harus hati-hati, setiap langkah diambil dengan pertimbangan matang agar tidak menarik perhatian pihak berwenang. Namun, hari itu, sesuatu yang buruk tampak akan terjadi.Saat matahari mulai naik, Thomas mendengar suara ketukan keras di pintu utama. Suara itu datang dengan ketukan yang tak biasa, lebih tegas dan mengancam daripada biasanya. Hatinya berdebar kencang, merasakan ketegangan yang tak terelakkan. Dengan napas tertahan, dia berjalan perlahan menuju pintu, adiknya yang masih terlelap memperhatikan gerak-geriknya dengan mata yang lelah.Thomas membuka pintu sedikit, cukup untuk melihat siapa yang datang. Di luar berdiri sekelompok orang berpakaian seragam polisi, wajah-wajah mereka tampak tegas dan tanpa ampun. Salah satu dari mereka, seorang wanita dengan mata tajam dan nada bicara yang panik, melangkah maju dan berbicara dengan cepat."Saya harus pergi. Keluarga kami akan digusur," kata wanita itu dengan suara yang gemetar namun tegas. Thomas merasa bingung dan takut. Dia tahu bahwa ini bukan sekadar pemberitahuan biasa, tetapi ancaman nyata yang bisa menghancurkan sisa-sisa kehidupan mereka yang tersisa.Dengan cepat, Thomas mengangguk dan membiarkan mereka masuk. Namun, suasana semakin tegang ketika petugas itu memberi tahu mereka bahwa rumah mereka akan segera digusur karena tidak membayar sewa selama beberapa bulan terakhir. Thomas merasakan seolah-olah dunia di sekitarnya runtuh. Mereka hidup secara ilegal di rumah itu setelah kehilangan segalanya, dan kini ancaman penggusuran menjadi kenyataan yang tak terhindarkan.Sambil mendengarkan pernyataan petugas, suasana di dalam rumah menjadi semakin tegang. Petugas-petugas itu mulai mengatur area sekitar rumah, memastikan bahwa tidak ada yang tinggal di dalamnya. Mereka memasang papan pengusir dan mengatur perlengkapan untuk membersihkan rumah dari barang-barang yang tertinggal. Thomas melihat ke belakang, mencoba mencari jalan keluar, namun semua pintu dan jendela sudah diblokir oleh petugas yang semakin agresif.Rasa panik mulai muncul, dan dia merasakan adrenalin yang tinggi mengalir di nadinya. Jack dan Murphy terbangun dari tidurnya, melihat kerusuhan di luar dengan mata yang penuh ketakutan. "Kakak, apa yang terjadi?" tanya Jack dengan suara yang gemetar.Thomas mencoba menenangkan mereka. "Tenang, kita akan cari cara untuk keluar dari sini," jawabnya sambil berusaha tetap tenang meski hatinya hancur. Namun, ketakutan dan kepanikan membuatnya merasa semakin tidak berdaya.Petugas pertama mulai memberi perintah keras, "Kita harus segera mengosongkan rumah ini. Semua barang harus dibawa pergi dalam waktu satu jam!" Thomas merasa kewalahan. Mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mengemas barang-barang mereka, apalagi membayar sewa yang sudah tertunggak selama beberapa bulan.Dengan hati yang berat, Thomas berusaha mencari solusi. Dia tahu bahwa mereka tidak bisa tetap tinggal di rumah itu, tetapi dia juga tidak punya tempat lain untuk pergi. Dengan cepat, dia berusaha mengumpulkan beberapa barang penting makanan, pakaian, dan beberapa barang berharga yang mereka miliki. Namun, kerumunan petugas yang semakin mendekat membuatnya sulit untuk bergerak dengan bebas.Dalam kekacauan itu, Thomas melihat Murphy, yang sedang duduk di sudut ruangan dengan mata berkaca-kaca, meraih ke arah wadah tempat sisa makanan dan Murphy dengan lemah mengangkat tangan untuk mengambilnya sambil menangis. Thomas merasa hatinya hancur melihat adiknya dalam kondisi seperti itu."Murphy, jangan ambil itu," kata Thomas dengan suara serak, namun dia tahu bahwa dia tidak bisa menghalangi adiknya. "Kita butuh semua makanan yang ada."Setelah digusur dan diusir Thomas dengan kedua adiknya Dengan keputusasaan yang mendalam, segera pergi dengan barang bawaan yang bisa mereka bawaThomas dan kedua adiknya pergi bersama ke pelabuhan, berharap menemukan tempat yang bisa mereka sebut sebagai rumah sementara. Mereka berjalan melewati dermaga yang sepi, melihat kapal-kapal tua yang terdampar di pinggir laut. Salah satu kapal tua rongsok menarik perhatian Thomas. Kapal itu terlihat sudah lama tidak digunakan, tergeletak di pinggiran laut yang tidak terawat. Dengan langkah yang ragu-ragu namun penuh harapan, Thomas memutuskan bahwa ini adalah tempat yang tepat untuk mereka berlindung sementara.Setelah memutuskan untuk tinggal di kapal rongsokan tersebut, Thomas mulai beraktifitas seperti biasanya. Meski hidup di kapal tua memberikan mereka perlindungan dari ancaman penggusuran, Thomas merasa tekanan semakin berat dengan tanggung jawab yang harus dipikulnya untuk menjaga keluarganya tetap bertahan.Suatu pagi yang cerah, Jack, adik laki-lakinya yang berusia 10 tahun, bermain di dek kapal dengan penuh semangat. Murphy, adik bungsunya, sedang menikmati tidur siang di pojok ruang tamu kapal. Thomas memperhatikan Jack dengan senyum bangga, meski hatinya masih diliputi rasa cemas akan masa depan mereka.Saat setelah Thomas pergi untuk mencari pekerjaan yang baru, Jack memutuskan untuk bermain lebih lama di sekitar kapal. Dia berlari-lari di atas dek, tertawa riang tanpa menyadari bahaya yang mengintai. Dek kapal yang rapuh dan ombak yang semakin ganas membuat langkah Jack tak stabil, namun dia terus bermain tanpa sadar akan risiko.Jack kembali dengan wajah basah dan napas terengah-engah, membawa sebuah bungkusan kecil yang jatuh dari laut."Murph! Lihat, aku menemukan bungkusan makanan!" seru Jack sambil menunjuk bungkusan itu.Murphy tersenyum riang melihat Jack kembali dengan temuan tersebut. Mereka memakan makanan temuan jack sambil tertawa riang, selanjutnya jack memutuskan untuk kembali mencari makanan yang mengapung di sekitar area kapal."Murp saya akan mencari makanan seperti ini lagi kamu tunggu disini ya...!"..."Baik jack" jawab murph,"bawa makanan yang banyak yaaa....." seru murph berharap banyak.Namun, kegembiraan itu segera berubah menjadi kepanikan saat Jack tiba-tiba menghilang. Murphy menoleh, namun Jack sudah tidak terlihat di mana-mana. Dia memanggil Jack, namun hanya mendengar gema suara di tengah kebisingan pelabuhan.------------>Bersambung