Chereads / antara takdir atau doa yang tertunda / Chapter 7 - Bayangan Kecurigaan

Chapter 7 - Bayangan Kecurigaan

Sejak kunjungannya ke rumah Ratu, kegelisahan masih terus mengganggu pikiran Ulpa. Meskipun ia merasa sedikit lebih tenang setelah berbicara dengan Ratu, ada bagian dari dirinya yang tetap ragu. Perubahan sikap Robert bukan sesuatu yang bisa ia abaikan begitu saja.

Malam itu, Ulpa duduk di ruang tengah rumahnya, menatap kosong ke arah meja. Pikirannya masih sibuk dengan apa yang ia lihat di pasar—Robert berbicara dengan seorang wanita asing, tatapan mereka yang terasa terlalu akrab, dan sikap Ratu yang seakan berusaha menutupi sesuatu.

Sam duduk di seberangnya, memperhatikan istrinya yang tampak gelisah. Setelah beberapa saat, ia akhirnya angkat bicara.

"Ulpa, ada apa? Kau terlihat tidak tenang."

Ulpa menoleh, menatap Sam sejenak sebelum menghela napas panjang. "Aku ingin membicarakan sesuatu."

Sam mengangguk, memberi isyarat agar Ulpa melanjutkan.

Ulpa mulai menceritakan semuanya—tentang pertemuannya dengan Ratu, tentang perubahan sikap Robert, dan tentang perasaan cemas yang terus menghantuinya.

"Dan bukan hanya itu," lanjutnya. "Ratu juga bersikap aneh. Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku. Aku mencoba bertanya, tapi dia hanya menjawab bahwa Robert memang berubah, tapi bukan orang seperti itu. Bukankah seharusnya aku yang lebih tahu bagaimana kakakku?"

Sam mendengarkan dengan tenang, sesekali mengangguk, tetapi tidak memotong pembicaraan Ulpa.

"Sejak menikah, aku tahu ada sesuatu yang tidak berjalan baik dalam rumah tangga mereka. Ratu tidak pernah mengeluh, tapi aku bisa melihatnya dari caranya berbicara, dari sorot matanya. Dan sekarang, dengan apa yang kulihat di pasar..." Ulpa menggigit bibirnya. "Aku tidak tahu harus berpikir apa lagi."

Sam menatap istrinya dengan penuh pertimbangan. "Ulpa, menurutmu, apa yang sebenarnya sedang terjadi?"

Ulpa menghela napas berat. "Aku ingin percaya pada Robert. Aku ingin percaya bahwa semua ini hanya pikiran burukku saja. Tapi..."

"Tapi kau tidak bisa mengabaikan perasaanmu?" Sam menyelesaikan kalimatnya.

Ulpa mengangguk, merasa bahwa suaminya memahami kebimbangannya lebih dari siapa pun.

Sam diam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Mungkin Ratu benar."

Ulpa menatapnya dengan heran. "Apa maksudmu?"

"Kau bilang Ratu mengatakan bahwa Robert memang berubah, tapi bukan orang seperti itu. Itu berarti dia masih percaya pada Robert. Dan bukankah kau juga mengenal kakakmu lebih dari siapa pun?"

Ulpa terdiam.

"Kadang," lanjut Sam, "kita melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin apa yang kau lihat di pasar bukanlah seperti yang kau pikirkan. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka, dan Ratu juga tampaknya tidak ingin membicarakannya. Mungkin itu karena dia masih mencoba mempercayai Robert."

Ulpa memandang Sam dengan ragu. "Tapi bagaimana jika aku benar? Bagaimana jika ada sesuatu yang salah?"

Sam tersenyum tipis, menatap Ulpa dengan lembut. "Kita tidak akan tahu sampai waktunya tiba. Tapi selama ini, Robert tidak pernah memberikan alasan untuk kita meragukannya, bukan?"

Ulpa terdiam, memikirkan kata-kata Sam. Ia tahu suaminya ada benarnya. Mungkin ia memang terlalu cepat menyimpulkan sesuatu. Tapi tetap saja, ada perasaan tak nyaman yang sulit ia abaikan.

Namun, untuk saat ini, ia memutuskan untuk percaya. Ia akan menunggu dan melihat, tanpa membuat asumsi yang belum tentu benar.

"Baiklah," kata Ulpa akhirnya. "Aku akan mencoba untuk tidak terlalu berpikir buruk."

Sam mengangguk, lalu menggenggam tangan istrinya dengan lembut. "Itu yang terbaik untuk sekarang."

Ulpa menghela napas dan tersenyum kecil. Meskipun masih ada kegelisahan yang tersisa, setidaknya untuk malam ini, ia bisa merasa sedikit lebih tenang.