Raka langsung memasang ekspresi santai, mengambil gelas minumannya dan meneguk sedikit sebelum tersenyum tipis.
"Kurasa kita belum pernah bertemu," katanya tenang. "Tapi aku sering mendengar namamu, Dimas 'Si Penjual Rahasia'."
Dimas menyipitkan mata, lalu terkekeh kecil. "Hah… Begitu ya? Kalau begitu, siapa kau sebenarnya?"
Sistem memberikan pilihan:
[Pilihan A: Mengaku sebagai pembeli informasi untuk mendekatinya]
[Pilihan B: Mengintimidasi dengan menyebut nama Arman]
[Pilihan C: Berpura-pura sebagai orang yang ingin bekerja sama dengannya]
Raka memilih A.
Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan berkata, "Aku datang bukan untuk masalah, hanya seseorang yang butuh informasi… dan aku dengar kau adalah orang yang tepat untuk urusan itu."
Dimas masih menatap curiga, tapi ketertarikannya mulai terlihat. "Informasi macam apa yang kau cari?"
Raka tahu ia harus berhati-hati. Jika ia salah bicara, Dimas bisa langsung kabur atau lebih buruk—mencurigainya sebagai ancaman.
"Aku ingin tahu lebih banyak tentang transaksi besar Arman minggu depan," katanya dengan nada santai, seolah ini hanya urusan biasa. "Kudengar ada sesuatu yang bernilai besar."
Dimas meneguk lagi minumannya, lalu terkekeh kecil. "Oh… Jadi kau termasuk orang yang ingin ikut dalam permainan ini, ya?"
Sistem memberikan notifikasi:
[Dimas mulai menganggapmu sebagai klien potensial]
"Tentu saja," kata Raka, memasang ekspresi percaya diri. "Tapi semua tergantung pada seberapa berharga informasi yang kau punya."
Dimas tersenyum licik. "Kalau begitu, kita harus bicara bisnis."
Namun sebelum mereka bisa melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba pintu bar terbuka dengan keras.
Beberapa pria bertubuh kekar dengan setelan hitam masuk, mata mereka langsung menyapu ruangan.
Sistem langsung memberikan peringatan:
[Bahaya! Anak buah Arman Mendeteksi Keberadaanmu!]
Raka menggertakkan giginya.
Sepertinya waktunya habis lebih cepat dari yang ia harapkan.
Raka tetap tenang meskipun situasi mulai memanas. Ia melirik ke arah Dimas, yang juga tampak menyadari sesuatu. Pria itu buru-buru meneguk minumannya dan mencoba untuk tidak terlihat mencolok.
Anak buah Arman menyebar, jelas mencari seseorang.
Sistem memberikan opsi:
[Pilihan A: Tetap tenang dan berpura-pura sebagai pelanggan biasa]
[Pilihan B: Melarikan diri menggunakan Langkah Hantu Lv.2]
[Pilihan C: Mengajak Dimas pergi sebelum mereka menyadari sesuatu]
Raka memilih A.
Ia menyesap minumannya dengan santai, berpura-pura tidak menyadari kehadiran mereka.
Salah satu pria berbadan besar akhirnya menghampiri bartender. "Kami mencari seseorang," katanya. "Anak muda dengan jaket hitam. Kau melihatnya?"
Bartender menggeleng, tapi Raka tahu waktu semakin menipis. Jika mereka terus mencari, cepat atau lambat ia akan ditemukan.
Sementara itu, Dimas juga mulai gelisah. Pria itu melirik Raka dan berbicara dengan suara rendah.
"Temanmu?"
"Lebih ke orang yang ingin aku hindari," jawab Raka pelan.
Dimas mendecak, lalu tiba-tiba berdiri. "Kalau begitu, ikut aku. Aku tahu jalan belakang."
Sistem memberikan notifikasi:
[Kesempatan Kabur Tersedia!]
Tanpa pikir panjang, Raka mengikuti Dimas ke belakang bar. Mereka melewati dapur, tempat beberapa koki terkejut melihat mereka masuk tanpa izin.
Namun tepat saat mereka hampir mencapai pintu keluar…
"HEI! BERHENTI KALIAN!"
Anak buah Arman melihat mereka!
Dimas mengumpat. "Sial, mereka melihat kita!"
Raka tidak berpikir dua kali.
[Langkah Hantu Lv.2 Aktif!]
Dalam sekejap, ia dan Dimas bergerak cepat, keluar dari pintu belakang dan berlari ke gang sempit. Suara langkah kaki mengejar mereka dari belakang, tapi dengan kecepatan Raka, ia bisa menarik Dimas menjauh dari bahaya.
Setelah beberapa belokan, akhirnya mereka berhenti di gang gelap, terengah-engah.
Dimas menatap Raka dengan mata penuh pertanyaan. "Kau siapa sebenarnya?"
Raka tersenyum tipis.
"Seseorang yang ingin tahu informasi berharga darimu. Dan sepertinya, sekarang kita punya lebih banyak alasan untuk bekerja sama."
Dimas terkekeh lelah. "Kurasa aku tidak punya pilihan lain, ya?"
Sistem memberikan notifikasi:
[Misi Berhasil: Mendapatkan Kepercayaan Dimas]
Hadiah: 1000 EXP, Skill Baru Terbuka!
Raka mengecek sistemnya dan melihat skill baru yang terbuka:
[Negosiasi Lv.1: Meningkatkan peluang sukses dalam membujuk atau menipu lawan dalam percakapan.]
Ia tersenyum dalam hati.
Sekarang, ia sudah selangkah lebih dekat untuk mendapatkan informasi penting.
Tapi ia juga sadar… Arman pasti tidak akan tinggal diam setelah ini.
Dimas masih terengah-engah, menatap Raka dengan tatapan penuh selidik. "Kau menyelamatkanku, tapi aku tahu bukan itu tujuanmu."
Raka hanya tersenyum. "Tentu saja tidak. Aku ingin informasi yang kau miliki tentang transaksi Arman."
Dimas mendengus, lalu duduk bersandar di dinding gang. "Kau tahu, anak buah Arman tidak akan berhenti sampai mereka menangkapku. Kalau aku memberimu informasi, apa jaminanku kalau aku tetap hidup?"
Sistem memberikan pilihan:
[Pilihan A: Menawarkan perlindungan dengan sumber daya yang dimiliki]
[Pilihan B: Meyakinkannya bahwa informasi ini juga bisa menyelamatkan nyawanya]
[Pilihan C: Mengancamnya bahwa ia tidak punya pilihan lain]
Raka memilih B.
Ia berjongkok di depan Dimas dan menatapnya dalam-dalam.
"Justru kalau kau tetap diam, nyawamu dalam bahaya. Arman sudah mencurigaimu. Kalau aku bisa menemukanmu, bayangkan seberapa cepat orang-orangnya bisa menangkapmu. Tapi kalau kau bekerja sama denganku, kita bisa menemukan jalan keluar bersama."
Dimas terdiam, berpikir keras.
Sistem memberikan notifikasi:
[Efek Negosiasi Lv.1 Aktif: Peluang Sukses +10%]
Akhirnya, Dimas mendesah berat. "Baiklah. Aku akan memberitahumu. Tapi kita harus keluar dari tempat ini dulu. Aku tahu tempat yang lebih aman."
Raka mengangguk. Mereka tidak bisa berlama-lama di gang ini, anak buah Arman pasti masih mencari.
Dimas membawa Raka ke sebuah motel kecil di pinggiran kota. Kamar yang mereka masuki terlihat kumuh, dengan bau rokok dan alkohol yang menyengat.
Dimas mengambil napas dalam dan akhirnya mulai bicara. "Arman akan melakukan transaksi besar minggu depan di dermaga. Barang yang dia bawa bukan barang biasa—itu adalah sesuatu yang bisa mengguncang seluruh dunia bawah kota ini."
Mata Raka menyipit. "Apa yang dia bawa?"
Dimas menelan ludah. "Senjata biologis."
Sistem memberikan notifikasi:
[Informasi Penting Terungkap: Senjata Berbahaya dalam Transaksi Arman!]
Raka merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ia mengira transaksi ini hanya barang selundupan biasa, tapi ternyata ini lebih besar dari yang ia bayangkan.
Sekarang, pertanyaannya adalah… apa yang akan ia lakukan dengan informasi ini?
Dan apakah ia siap menghadapi kekuatan yang lebih besar di balik semua ini?
Raka menarik napas dalam, mencoba mencerna informasi yang baru saja didapat.
"Senjata biologis?" gumamnya. "Arman benar-benar gila."
Dimas mengangguk, ekspresinya serius. "Aku tidak tahu detailnya, tapi kudengar ini sesuatu yang bisa membunuh ratusan orang dalam sekejap jika jatuh ke tangan yang salah."
Sistem memberikan opsi:
[Pilihan A: Menggunakan informasi ini untuk bernegosiasi dengan Arman]
[Pilihan B: Menjual informasi ini ke pihak lain untuk keuntungan pribadi]
[Pilihan C: Mencari cara untuk menggagalkan transaksi ini]
Raka berpikir sejenak. Ini adalah peluang besar, tapi juga berisiko tinggi.
Akhirnya, ia memilih C.
"Jika senjata itu sampai terjual, kota ini bisa jadi medan perang," katanya. "Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi."
Dimas tertawa sinis. "Dan bagaimana kau mau menghentikannya? Arman punya pasukan, uang, dan kekuatan.
Sementara kau hanya seorang bocah dengan keberanian besar."
Raka tersenyum tipis. "Aku mungkin belum cukup kuat… tapi aku punya sesuatu yang tidak dimiliki siapa pun."
Sistem langsung memberikan notifikasi:
[Misi Baru: Gagalkan Transaksi Senjata Biologis]
Hadiah: 2000 EXP, Skill Acak dari Sistem, Akses ke Informasi Rahasia
Dimas menghela napas panjang. "Sial… Aku tidak percaya aku melakukan ini. Tapi kalau kau benar-benar berniat menggagalkan transaksi itu, aku bisa memberimu beberapa informasi tambahan."
"Teruskan," kata Raka.
Dimas mencondongkan tubuhnya ke depan, berbicara pelan. "Transaksi akan berlangsung di dermaga tengah malam. Keamanan ketat, dan hanya orang-orang kepercayaan yang diizinkan masuk. Tapi ada satu celah…"
Raka menyimak dengan saksama.
"Arman butuh seseorang untuk mengamankan jalur keluar jika terjadi sesuatu. Jika kau bisa menyusup sebagai bagian dari tim keamanan, kau bisa mendekat tanpa dicurigai."
Sistem memberikan notifikasi:
[Opsi Penyamaran Tersedia: Menyusup ke Tim Keamanan]
Raka tersenyum. "Sepertinya aku punya rencana."
Namun sebelum mereka bisa membahas lebih jauh, terdengar suara langkah kaki mendekat di luar kamar motel.
Dimas langsung memucat. "Sial… kita sudah ditemukan."
Raka mengepalkan tangan. Tidak ada waktu untuk berpikir.
Mereka harus bertindak sekarang!