Chereads / dari nol menjadi raja / Chapter 7 - bab 7

Chapter 7 - bab 7

Tanpa pikir panjang, Raka langsung meraih Dimas dan menariknya ke sudut ruangan. Ia menempelkan jari ke bibir, memberi isyarat agar Dimas tetap diam.

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Bersembunyi dan menunggu mereka pergi]

[Pilihan B: Keluar dan menghadapi mereka secara langsung]

[Pilihan C: Melarikan diri lewat jendela belakang]

Raka memilih C.

Ia segera berjalan ke jendela belakang dan mendorongnya perlahan. Beruntung, jendela itu tidak dikunci. Namun tepat saat ia akan melompat keluar, pintu kamar motel didobrak dengan keras!

Brak!

Beberapa pria bertubuh besar dengan setelan hitam masuk, wajah mereka dipenuhi kemarahan.

"Di mana dia?" salah satu dari mereka menggeram.

Sial! Mereka sudah tahu keberadaan Raka.

Tanpa pikir panjang, Raka melompat keluar dari jendela, menarik Dimas bersamanya. Mereka jatuh ke tanah berdebu di belakang motel dan langsung berlari tanpa menoleh ke belakang.

Sistem memberikan notifikasi:

[Langkah Hantu Lv.2 Aktif – Kecepatan +20%]

Raka memanfaatkan skill-nya untuk bergerak lebih cepat, sementara Dimas berusaha mengikutinya sebisa mungkin.

Namun orang-orang Arman tidak menyerah begitu saja. Dari kejauhan, terdengar suara mereka berteriak.

"Kejar mereka! Jangan biarkan mereka kabur!"

Peluru pertama meletus di udara.

Dimas tersentak. "Mereka menembak?!"

Raka menggertakkan gigi. Ini bukan lagi sekadar pengejaran biasa—mereka benar-benar ingin menghabisinya.

Sistem memberikan notifikasi:

[Bahaya Meningkat! Musuh Menggunakan Senjata Api]

Raka harus berpikir cepat.

Di depan mereka, ada dua jalan:

[Pilihan A: Masuk ke gang sempit untuk menghilang]

[Pilihan B: Berlari ke jalan utama dan mencari kendaraan]

[Pilihan C: Bersembunyi di gudang tua di dekat pelabuhan]

Raka memilih A.

Ia menarik Dimas ke gang sempit di antara dua bangunan tua, berharap bisa menghilang dari kejaran.

Beruntung, kegelapan gang membantu mereka bersembunyi. Raka menahan napas, mendengar suara langkah kaki para pengejar yang semakin dekat.

Namun, saat ia berpikir mereka berhasil lolos, suara lain terdengar dari belakang.

"Ke mana kalian mau pergi?"

Seseorang sudah menunggu mereka di ujung gang.

Dan saat Raka menatap wajah pria itu… ia langsung tahu ini akan menjadi pertarungan hidup dan mati.

Pria yang berdiri di ujung gang itu tinggi, dengan tubuh kekar dan tatapan tajam penuh niat membunuh. Ia mengenakan jaket kulit hitam, dengan bekas luka panjang di pipi kirinya.

Dimas menelan ludah. "Sial… Itu Budi 'Si Tangan Besi'. Dia salah satu petarung terbaik Arman."

Raka mengepalkan tangan. Sistem langsung menampilkan informasi musuh:

[Budi 'Si Tangan Besi' – Level 12]

Kemampuan: Tinju Baja, Kecepatan Tinggi, Daya Tahan Ekstra

Sistem juga memberi notifikasi:

[Musuh lebih kuat darimu! Pertimbangkan strategi sebelum bertarung.]

Budi berjalan mendekat, tangan kanannya mengepal, terdengar suara retakan dari buku-buku jarinya.

"Aku dengar ada bocah yang ingin mengusik bisnis Arman," katanya sambil menyeringai. "Dan ternyata cuma anak sekecil ini?"

Raka tidak terpengaruh. Ia tahu pertarungan ini tak bisa dihindari.

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Menggunakan Langkah Hantu Lv.2 untuk menghindar dan mencari celah menyerang]

[Pilihan B: Mengaktifkan Serangan Cepat Lv.1 dan menyerang duluan]

[Pilihan C: Memanfaatkan lingkungan sekitar untuk bertahan dan mencari kesempatan kabur]

Raka memilih A.

Saat Budi melancarkan pukulan pertamanya, Raka langsung menghilang dalam sekejap, bergerak ke samping dengan kecepatan tinggi.

Bam!

Pukulan Budi menghantam dinding bata, membuat retakan besar!

Dimas melongo. "Astaga… kalau kena pukulan itu, bisa mampus!"

Raka tak membuang waktu. Ia terus bergerak mengelilingi Budi, membuat pria itu kesulitan mengunci pergerakannya.

Namun, Budi bukan orang bodoh.

"Hmph. Bocah cepat, tapi kau tetap lemah!" teriaknya.

Tiba-tiba, Budi menendang tong sampah ke arah Raka dengan kecepatan luar biasa!

Raka nyaris tak sempat menghindar—tong itu menghantam bahunya, membuatnya terpental beberapa langkah ke belakang.

-50 HP!

Sistem memberi peringatan:

[Cedera Ringan: Kecepatan Berkurang 10% untuk Sementara]

Raka menggeram. Ia tidak bisa hanya menghindar—ia harus menyerang balik!

Sistem langsung menampilkan opsi serangan baru:

[Serangan Balik: Gunakan Serangan Cepat Lv.1 dengan kombinasi Langkah Hantu!]

Raka mengepalkan tinjunya dan melesat ke depan.

"Hah! Coba saja!" Budi menyeringai, bersiap menerima serangan.

Tapi Raka sudah membaca kelemahannya.

Dalam sepersekian detik sebelum tinjunya menghantam, ia berbelok ke samping dan menendang lutut Budi dengan keras!

Bam!

Budi menggeram kesakitan, keseimbangannya goyah.

Kesempatan!

Sistem memberikan notifikasi:

[Serangan Lanjutan Tersedia!]

Raka tidak menyia-nyiakan peluang.

Ia memutar tubuhnya dan menghantam dagu Budi dengan sikunya!

Crack!

Budi terhuyung ke belakang, darah mengalir dari sudut bibirnya.

Dimas melongo. "Astaga… kau benar-benar bisa melawan dia?!"

Budi menatap Raka dengan tatapan penuh amarah.

"Kau… menyebalkan, bocah!"

Ia kembali memasang kuda-kuda, siap menyerang dengan lebih serius.

Tapi sebelum pertarungan bisa berlanjut, suara sirene polisi terdengar di kejauhan.

Sistem memberikan notifikasi:

[Gangguan Tak Terduga! Polisi Mendekat!]

Budi mendesis. "Sial… aku akan membunuhmu nanti!"

Tanpa membuang waktu, ia berbalik dan melarikan diri ke gang lain.

Dimas menghela napas lega. "Kita selamat… untuk sekarang."

Raka menyeka keringatnya. Ini baru permulaan.

Dan ia tahu, setelah malam ini, Arman pasti akan mengincarnya dengan lebih serius.

Dimas masih terengah-engah, mencoba mengatur napasnya. "Gila… aku kira kita bakal mati tadi."

Raka tidak menjawab. Ia menatap tangan kanannya yang sedikit bergetar. Ini pertama kalinya ia menghadapi lawan yang jauh lebih kuat dan berhasil bertahan.

Sistem menampilkan notifikasi:

[Pertarungan Selesai! EXP +500]

[Level Naik! Lv.6 → Lv.7]

[Skill Baru Dapat Ditingkatkan]

Sebuah jendela baru muncul di depan matanya:

[Pilih Peningkatan Skill]

[A: Langkah Hantu Lv.2 → Lv.3 (Kecepatan +30% saat bertarung)]

[B: Serangan Cepat Lv.1 → Lv.2 (Kecepatan Serangan +20%)]

[C: Daya Tahan Lv.1 → Lv.2 (Mengurangi 10% damage yang diterima)]

Raka berpikir sejenak sebelum memilih A.

[Langkah Hantu Lv.3 Diperoleh!]

Ia merasakan tubuhnya sedikit lebih ringan, seakan kecepatannya bertambah.

Dimas menatapnya dengan ekspresi penuh keheranan. "Kau kenapa? Kok tiba-tiba senyum-senyum sendiri?"

Raka tersadar dan menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa. Kita harus pergi dari sini sebelum polisi datang."

Mereka berdua segera keluar dari gang dan berjalan ke arah yang berlawanan dari suara sirene.

Namun, sebelum mereka bisa merasa aman, Dimas menarik lengan Raka.

"Eh, itu… orang-orang Arman!" bisiknya ketakutan.

Raka menoleh dan melihat sekelompok pria berbadan besar berkeliaran di persimpangan jalan, seolah mencari seseorang.

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Menghindari mereka dan mencari jalur lain]

[Pilihan B: Menguping pembicaraan mereka untuk mendapatkan informasi]

[Pilihan C: Menyamar untuk mendekati mereka]

Raka memilih B.

Ia memberi isyarat pada Dimas untuk diam, lalu bergerak perlahan ke balik sebuah mobil terparkir. Dari tempatnya bersembunyi, ia bisa mendengar percakapan mereka.

"Kita harus pastikan bocah itu tidak mengganggu transaksi minggu depan," kata salah satu pria berbadan besar.

"Bos sudah memberikan perintah. Kalau ketemu dia, habisi di tempat," jawab yang lain.

Raka mengepalkan tangan. Arman benar-benar tidak mau mengambil risiko.

Namun, satu kalimat terakhir yang diucapkan seseorang membuatnya terkejut.

"Ada kabar kalau seseorang di dalam kelompok kita membocorkan informasi ke luar. Bos curiga ada pengkhianat."

Dimas mencengkeram bahu Raka dengan ekspresi panik. "Mereka mulai curiga padaku!"

Sistem memberikan notifikasi:

[Situasi Bertambah Rumit! Musuh Mulai Menyelidiki Pengkhianat!]

Raka tahu mereka harus bertindak cepat sebelum Dimas ditemukan.

Namun, pertanyaannya adalah… apa langkah selanjutnya?