Chereads / dari nol menjadi raja / Chapter 10 - bab 10

Chapter 10 - bab 10

Gudang tua dekat pelabuhan tampak gelap dan sepi. Angin laut berembus dingin, membawa aroma asin yang menusuk hidung. Lampu jalan berkedip-kedip, menambah kesan suram di sekitar tempat itu.

Raka dan Dimas berjongkok di balik tumpukan peti kayu, mengamati gudang dari kejauhan.

"Apa kau yakin dia ada di sini?" bisik Dimas.

Sistem memberikan notifikasi:

[Mengaktifkan Sensor Aura Lv.2...]

[1 Target Terdeteksi di Dalam Gudang]

"Dia ada di dalam," jawab Raka pelan. "Tapi kita tak tahu apakah ada orang lain."

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Mengintai lebih lama untuk memastikan situasi aman]

[Pilihan B: Mendekati gudang secara diam-diam dan mencari celah masuk]

[Pilihan C: Masuk dengan paksa dan menghadapi siapa pun di dalam]

Raka memilih B.

Dengan langkah ringan, ia menyelinap mendekati gudang, memastikan tak ada suara yang bisa menarik perhatian. Dimas mengikutinya dari belakang, berusaha tetap senyap.

Sesampainya di dekat dinding gudang, Raka menemukan jendela kecil yang terbuka. Ia mengintip ke dalam.

Seorang pria duduk di lantai, punggungnya bersandar pada dinding. Wajahnya terlihat lelah, dengan beberapa luka lebam di pipinya.

"Sepertinya ini orangnya," bisik Raka.

Dimas menatapnya ragu. "Lalu apa yang akan kita lakukan? Bujuk dia, atau..."

Sebelum Raka bisa menjawab, suara langkah kaki terdengar dari luar gudang.

[Peringatan: Musuh Terdeteksi!]

Dari kejauhan, beberapa pria berbadan besar terlihat berjalan menuju gudang. Salah satunya berbicara melalui telepon.

"Bos, kami sudah di lokasi. Akan kami tangkap dia sekarang."

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Masuk ke dalam gudang lebih dulu dan membawa target kabur]

[Pilihan B: Bersembunyi dan menunggu kesempatan untuk menyerang]

[Pilihan C: Mengalihkan perhatian musuh agar mereka menjauh dari gudang]

Raka memilih A.

Tanpa membuang waktu, ia melompati jendela dan masuk ke dalam gudang. Target terkejut dan berusaha bangkit, tapi Raka segera berbisik, "Diam! Kami datang untuk menolongmu."

Pria itu menatapnya curiga. "Siapa kalian?"

"Tidak ada waktu untuk penjelasan. Percaya atau tidak, Arman akan membunuhmu. Jadi, jika kau ingin hidup, ikutlah dengan kami."

Sebelum pria itu bisa menjawab, suara pintu gudang didorong dari luar.

"Dimas, cari jalan keluar lain!" bisik Raka.

Dimas mengangguk dan mulai mencari celah di dinding belakang.

Sistem memberikan notifikasi:

[Waktu Tersisa: 60 Detik Sebelum Musuh Masuk!]

Raka mengepalkan tangan. Jika mereka tertangkap sekarang, ini bisa menjadi akhir dari segalanya.

Dimas berlari ke sisi gudang, tangannya meraba-raba dinding kayu yang lapuk. "Ada pintu kecil di sini!" bisiknya dengan cepat.

Sistem memberikan notifikasi:

[Pintu Darurat Terdeteksi – Butuh Kekuatan Level 10 untuk Membuka]

Raka mengepalkan tinjunya dan menendang pintu itu sekuat tenaga. Kayu lapuknya bergetar, tapi belum hancur sepenuhnya.

[+1 Peningkatan Kekuatan]

Raka mengumpulkan seluruh tenaganya dan menendang sekali lagi.

Brak!

Pintu terbuka, mengarah ke lorong sempit di belakang gudang.

"Cepat keluar!" bisik Raka.

Pria yang mereka selamatkan masih tampak ragu, tapi melihat ekspresi serius Raka dan Dimas, akhirnya ia mengikuti mereka.

Baru saja mereka keluar, suara pintu depan gudang terbuka paksa terdengar di belakang.

"Mana dia?!" teriak salah satu anak buah Arman.

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Berlari secepat mungkin dan kabur]

[Pilihan B: Bersembunyi di sekitar pelabuhan sampai keadaan aman]

[Pilihan C: Melawan musuh untuk memberi waktu kabur]

Raka memilih A.

Mereka bertiga langsung berlari di antara tumpukan peti dan kontainer di pelabuhan. Angin malam semakin menusuk, tapi mereka tak punya pilihan selain terus bergerak.

Terdengar suara langkah kaki mengejar mereka.

[Peringatan: Musuh Semakin Dekat!]

Dimas menoleh ke belakang dan mengutuk pelan. "Mereka melihat kita!"

Raka menggertakkan giginya. Ia butuh solusi cepat.

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Melompat ke laut dan berenang menjauh]

[Pilihan B: Mencuri motor yang terparkir di dekat dermaga]

[Pilihan C: Masuk ke salah satu kontainer dan bersembunyi]

Raka memilih B.

Di dekat dermaga, ada beberapa motor terparkir. Raka segera berlari ke salah satunya dan merogoh kabel di bawah setang.

[Skill Mekanik Lv.1 Aktif]

[Waktu untuk Membobol: 10 Detik]

Dimas dan pria itu berdiri gelisah di sampingnya. "Cepat, Raka! Mereka hampir sampai!"

Tangan Raka bergerak cepat, menyambungkan kabel dengan tepat.

Brum!

Mesin motor menyala.

"Naik!" perintah Raka.

Dimas dan pria itu segera naik, dan Raka memutar gas sekuat tenaga. Ban belakang berdecit, lalu motor melesat ke jalanan sempit di sekitar pelabuhan.

Suara teriakan anak buah Arman semakin jauh di belakang.

Setelah beberapa menit, mereka akhirnya tiba di jalan utama. Lampu kota mulai terlihat, menandakan mereka sudah cukup jauh dari bahaya.

Pria yang mereka selamatkan terengah-engah di belakang Raka. "Siapa kalian sebenarnya?"

Raka menatapnya lewat kaca spion. "Kami orang yang bisa menyelamatkanmu… jika kau mau bekerja sama."

Sistem memberikan notifikasi:

[Misi Berhasil: Selamatkan Target!]

[Hadiah: 7000 EXP, Skill Mengemudi Lv.2, Kepercayaan Leonardo +10]

Namun, sebelum mereka bisa bernapas lega, telepon Raka bergetar.

Pesan dari Leonardo:

"Bagus. Tapi ini baru permulaan. Kita punya lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan."

Raka menghela napas panjang, menenangkan detak jantungnya yang masih berpacu. Ia menepikan motor di gang sempit dekat pusat kota, memastikan mereka tak sedang diikuti.

Dimas turun lebih dulu, masih terengah-engah. "Sial, aku kira kita bakal mati tadi."

Pria yang mereka selamatkan—wajahnya masih dipenuhi luka lebam—menatap Raka dengan waspada. "Kalian siapa? Kenapa menyelamatkanku?"

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Jujur bahwa mereka dikirim oleh Leonardo]

[Pilihan B: Menyembunyikan informasi dan hanya mengatakan mereka ingin menolong]

[Pilihan C: Mengancam agar dia tak membocorkan keberadaan mereka]

Raka memilih A.

Ia menatap pria itu dengan dingin. "Leonardo mengirim kami. Dia ingin tahu apakah kau benar-benar ingin keluar dari kelompok Arman."

Pria itu mengerutkan kening. "Leonardo? Jadi dia masih peduli padaku?"

Sistem memberikan notifikasi: [Analisis Target...]

 Nama: Reno

 Status: Mantan Anak Buah Arman

 Keahlian: Peretas, Informan, Ahli Strategi

 Ancaman: Rendah

Raka menyilangkan tangan. "Jawab pertanyaanku. Kau ingin hidup atau mati?"

Reno menelan ludah. "Tentu saja aku ingin hidup. Aku... Aku sudah muak bekerja untuk Arman. Aku tahu banyak rahasia kotornya. Tapi jika aku berbicara, dia pasti akan memburuku."

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Meyakinkan Reno untuk bergabung dengan mereka]

[Pilihan B: Menawarkan perlindungan, tapi tidak memaksanya]

[Pilihan C: Menggunakan ancaman halus agar dia tak punya pilihan lain]

Raka memilih A.

"Kau tak punya banyak pilihan," kata Raka dengan nada tenang, tapi penuh tekanan. "Arman tak akan membiarkanmu pergi begitu saja. Tapi jika kau bekerja sama dengan kami, kami bisa memastikan kau tetap hidup... dan membalas dendam."

Reno tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk pelan. "Baik. Aku akan membantu. Tapi aku butuh jaminan."

Sistem memberikan notifikasi:

[Misi Tambahan: Amankan Identitas Baru untuk Reno]

 Hadiah: Informasi Rahasia tentang Arman

Dimas mendengus. "Satu masalah selesai, masalah lain muncul."

Raka tersenyum tipis. "Tenang. Ini baru pemanasan."

Tiba-tiba, ponsel Raka kembali bergetar. Pesan dari Leonardo:

"Bagus. Bawa dia ke tempatku. Kita perlu bicara langsung."

Raka memasukkan ponsel ke saku dan menatap Reno. "Ayo, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."

Malam itu, mereka bertiga kembali bergerak. Namun, jauh di dalam hati Raka, ia tahu… ini hanyalah awal dari pertarungan yang lebih besar.

Raka, Dimas, dan Reno bergerak cepat menuju tempat yang ditentukan oleh Leonardo. Motor yang mereka curi tadi sudah ditinggalkan di gang sempit untuk menghilangkan jejak. Sekarang, mereka berjalan kaki, menyelinap di antara jalanan kota yang mulai lengang.

Sistem memberikan notifikasi:

[Peringatan: Ada yang Mengawasi!]

Raka langsung waspada. Ia melirik ke sekeliling, tapi tak menemukan siapa pun yang mencurigakan.

Dimas juga merasakan ada yang aneh. "Aku juga merasa ada yang mengintai."

Reno tampak ketakutan. "Arman mungkin sudah mengirim orang untuk membunuhku."

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Mengabaikan perasaan itu dan tetap menuju tempat Leonardo]

[Pilihan B: Mencari tempat bersembunyi dan menunggu si pengintai muncul]

[Pilihan C: Memancing si pengintai keluar dengan berjalan ke gang buntu]

Raka memilih C.

Ia memberi isyarat pada Dimas dan Reno untuk mengikutinya ke sebuah gang sempit yang terlihat sepi. Lampu jalan di tempat itu redup, menciptakan bayangan panjang yang menari-nari di dinding bangunan tua.

Setelah mereka cukup jauh masuk, Raka berhenti dan berbisik, "Bersiap."

Langkah kaki terdengar dari belakang.

Sebuah suara muncul dari kegelapan. "Kalian cukup pintar…"

Seorang pria bertubuh tegap melangkah keluar dari bayangan, diikuti dua orang lain yang mengenakan jaket hitam. Wajah mereka tertutup masker.

Sistem memberikan notifikasi:

[Identitas Musuh Terdeteksi]

 Nama: Tidak Diketahui

 Status: Anak Buah Arman

 Ancaman: Sedang

Pria di depan itu menatap Reno dengan tatapan dingin. "Bos ingin kau kembali, Reno."

Reno menelan ludah. "Aku tidak akan kembali."

Pria itu tertawa kecil. "Sayang sekali. Itu berarti kau harus mati."

Sistem memberikan opsi:

[Pilihan A: Menyerang lebih dulu sebelum mereka bergerak]

[Pilihan B: Bernegosiasi untuk mengulur waktu]

[Pilihan C: Memanfaatkan lingkungan sekitar untuk menjebak mereka]

Raka memilih A.

Tanpa menunggu lebih lama, ia melesat ke depan dan menghantam wajah pria itu dengan pukulan cepat.

[Skill Bertarung Lv.3 Aktif]

Pukulan Raka mengenai dagu lawan dengan keras. Pria itu terhuyung, tapi dua anak buahnya langsung menyerang dari samping.

Dimas bergerak cepat, menendang salah satu dari mereka hingga jatuh ke belakang.

Reno, meski ketakutan, berhasil menghindari serangan dan mencari tempat berlindung.

Raka melompat mundur, bersiap menghadapi mereka lagi.

Pria bertopeng itu mengusap dagunya yang berdarah.

"Ternyata kau bukan anak lemah seperti yang dikatakan orang-orang…"

Ia mencabut pisau dari saku jaketnya.

Raka menyeringai. "Kalau kau hanya bisa mengandalkan pisau, maka aku tidak perlu takut."

Pertarungan belum selesai. Malam ini, Raka akan membuktikan bahwa ia bukan lagi korban—ia adalah predator.