Dua hari telah berlalu sejak Yan Ling meninggalkan Sekte Linglong untuk menyelesaikan urusannya. Li Qing, meskipun hatinya penuh dengan kerinduan dan kekhawatiran, tetap percaya bahwa seniornya akan kembali. Setiap hari, dia duduk di halaman sekte, menatap langit yang luas dan berharap dapat merasakan kedekatan dengan Yan Ling, meskipun hanya dalam bentuk bayangan. Dia tahu, seperti yang selalu dijanjikan oleh Yan Ling, bahwa mereka akan bersama lagi. Namun, perasaan itu tetap menghantui setiap sudut hatinya—perasaan rindu yang tak tertahankan.
Pada hari itu, di luar sekte yang tenang, Li Qing duduk di sebuah bangku batu, memegang sebuah buku kecil. Buku itu adalah tempat dia menuliskan semua kenangan indah dan perasaan yang terpendam selama ini. Kenangan yang dia bagikan bersama Yan Ling—seniornya, yang telah memberinya begitu banyak cinta, perhatian, dan perlindungan. Selama lima tahun terakhir, banyak hal telah terjadi, dan semuanya terukir jelas dalam ingatannya. Kini, ia menulis semuanya dalam catatan kecil yang penuh makna.
Dengan pena di tangan, Li Qing menulis dengan hati-hati, setiap kata terasa begitu berat. Setiap kalimat yang ia tulis membawa beban yang besar, namun di saat yang sama, setiap kata itu adalah bentuk rasa terima kasih yang mendalam. Ia tahu, tak ada kata yang bisa menggambarkan seberapa besar rasa terima kasihnya kepada Yan Ling, yang telah selalu ada untuknya—melindunginya dari bahaya, dan memberi arahan ketika dirinya terombang-ambing dalam dunia yang keras ini.
"Terima kasih, Senior, karena telah selalu menyelamatkanku dan melindungiku. Aku harap buku ini bisa mengingatkanmu, saat kamu pergi jauh, betapa aku akan selalu mengingatmu, dan kenangan indah yang telah kita buat bersama," tulis Li Qing di halaman pertama buku itu.
Saat menulis kata-kata itu, Li Qing merasakan air mata menggenang di matanya. Namun, ia berusaha menahan tangisnya, karena ia tahu bahwa tangisan itu bukanlah sesuatu yang bisa menghalangi langkah mereka. Li Qing tersenyum, meskipun air matanya menetes pelan. "Aku akan menunggumu, Senior. Tidak ada yang akan menghalangi itu. Bahkan jika jarak dan waktu memisahkan kita, aku yakin, suatu hari nanti kita akan bersatu lagi," bisiknya pada dirinya sendiri.
Li Qing menghela napas panjang, meletakkan buku itu di atas meja batu, dan membiarkannya terdiam sejenak. Dalam keheningan itu, ia merenung, memikirkan kembali setiap momen yang telah dilalui bersama Yan Ling. Betapa besar perubahan yang terjadi dalam hidupnya setelah bertemu dengan seniornya itu. Dulu, ia hanya seorang gadis yang terpinggirkan, namun sekarang, ia merasa memiliki tujuan dan arah hidup yang jelas. Semua itu berkat bimbingan dan perlindungan yang diberikan oleh Yan Ling.
Namun, di luar Sekte Linglong, jauh dari tempat Li Qing berada, Yan Ling sedang menjalani perjalanan yang penuh bahaya. Dalam beberapa hari terakhir, dia mendapati dirinya berada di sebuah desa yang jauh, sebuah tempat yang dipenuhi oleh aliansi tiga sekte yang saling bersaing. Desa itu adalah tempat yang tenang, tetapi di balik ketenangan itu, ada rencana jahat yang tersembunyi. Sekte-sekte ini berencana untuk merebut Jimat Spiritual milik Sekte Linglong, dan mereka berencana untuk menggunakannya demi keuntungan pribadi mereka.
Yan Ling, yang kini berada dalam penyamaran, tidak merasa takut sedikit pun dengan ancaman yang ada. Dia tahu bahwa dia memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk menghadapi mereka semua. Meskipun desa itu tampak sepi dan tidak mencurigakan, Yan Ling merasakan adanya bahaya yang mengintai. Ia merasakan gelombang energi yang tidak biasa mengalir di dalamnya, dan dia tahu bahwa aliansi tiga sekte ini bukanlah ancaman yang bisa dianggap remeh.
"Jimat Spiritual Sekte Linglong... mereka ingin menguasainya," pikir Yan Ling dengan penuh ketegasan. "Namun, mereka tidak tahu apa yang akan mereka hadapi. Aku tidak takut dengan sampah dunia ini."
Dengan kecepatan luar biasa, Yan Ling menyusup ke dalam desa, menyelidiki setiap sudut dan mencari tahu apa yang sedang mereka rencanakan. Beberapa dari sekte tersebut sudah mengetahui keberadaannya, namun mereka tidak berani bergerak lebih jauh, mengingat reputasi dan kekuatan yang dimiliki oleh Yan Ling. Keberadaannya yang tersembunyi seperti bayangan yang mengintai, dan mereka tidak menyadari bahwa dalam diam, Yan Ling sedang mengumpulkan informasi tentang mereka.
Dalam beberapa hari terakhir, Yan Ling telah mempelajari pola gerak sekte-sekte tersebut. Mereka telah menyiapkan jebakan untuk menjerat Sekte Linglong, dengan harapan bisa mendapatkan Jimat Spiritual yang sangat berharga. Namun, Yan Ling tidak akan membiarkan itu terjadi. Dia telah memutuskan, bahwa sekte-sekte ini akan tunduk padanya, dan jika mereka berani mengancam keselamatan Sekte Linglong, dia tidak akan ragu untuk menghancurkan mereka.
Dalam perjalanan itu, Yan Ling merenung sejenak tentang betapa berharganya Sekte Linglong bagi dirinya. Dia tidak hanya melindungi sekte itu karena kewajiban, tetapi juga karena ada seseorang yang sangat berarti di sana—Li Qing. Hatinya penuh dengan tekad, dan meskipun hatinya berat meninggalkan Li Qing, dia tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk kebaikan mereka berdua. Untuk melindungi dunia yang telah mengubah hidupnya, dan untuk melindungi orang yang ia cintai.
"Jika mereka berpikir mereka bisa mengambil Jimat Spiritual, mereka akan segera merasakannya," kata Yan Ling dalam hati, dengan tatapan yang penuh amarah. "Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Sekte Linglong, apalagi Li Qing."
Setiap langkah yang diambilnya di desa ini, setiap rencana yang disusun, semua itu adalah bagian dari perjalanan panjang yang harus ia jalani. Sebuah perjalanan yang tak hanya untuk membalas dendam, tetapi juga untuk menjaga kedamaian yang telah dia bangun. Untuk memastikan bahwa dunia yang telah banyak menyakitinya, tidak akan lagi bisa mengancam masa depan yang ia impikan bersama Li Qing.
Di sisi lain, Li Qing tetap menunggu dengan harapan. Setiap hari, meskipun kesendirian melingkupi dirinya, ia tidak pernah ragu bahwa Yan Ling akan kembali. Ia percaya, meskipun jarak memisahkan mereka, cinta dan tekad mereka akan menguatkan semuanya. Ia menunggu dengan sabar, menulis catatan kecil yang penuh kenangan, berharap suatu hari nanti Yan Ling akan membaca setiap kata yang tertulis di sana, dan mengenang kembali semua yang telah mereka lalui bersama.