Tujuh hari telah berlalu sejak Yan Ling tiba di desa ini, sebuah tempat yang nampaknya tampak tenang, namun di balik ketenangan itu tersembunyi ancaman yang sangat besar. Desa ini, meskipun terlihat biasa, ternyata adalah sarang dari aliansi tiga sekte yang berencana untuk merebut Jimat Spiritual yang dimiliki oleh Sekte Linglong. Lebih dari itu, ada sebuah rencana busuk yang lebih pribadi yang membuat darah Yan Ling mendidih—rencana jahat salah satu pemimpin sekte yang ingin merebut Li Qing, wanita yang telah menjadi pusat dari semua perasaannya.
Yan Ling sudah lama mengetahui keberadaan aliansi sekte ini, namun apa yang baru ia ketahui beberapa hari terakhir ini adalah bahwa salah satu pemimpin sekte tersebut, seorang pria bernama Li Xian, telah mengatur rencana untuk menikahi Li Qing. Tujuannya jelas, untuk menguasai Sekte Linglong dengan cara yang licik—menikahi Li Qing, yang telah mendapatkan perhatian banyak pihak, termasuk para sekte yang berambisi.
Bahkan lebih parah lagi, Li Xian telah mengancam akan membunuh siapa saja yang mencoba menghalangi niatnya. Baginya, Li Qing hanyalah alat untuk memperoleh kekuatan lebih besar. Yan Ling, yang mengetahui hal ini, merasa bahwa itu adalah hinaan yang tidak dapat diterima. Tidak hanya karena Li Qing adalah orang yang sangat dia cintai, tetapi juga karena siapa pun yang berani menyentuhnya tanpa izin, tidak akan dibiarkan hidup.
Perasaan marah dan benci Yan Ling memuncak seiring berjalannya waktu. Di hari ketujuh, ketika dia merasa bahwa rencananya untuk melumpuhkan sekte-sekte ini hampir selesai, sesuatu yang tak terduga terjadi—Li Xian muncul dengan ancaman yang lebih mengerikan. Pria itu telah memerintahkan beberapa orang untuk menangkap Li Qing dan membawanya ke tempat persembunyian. Hal ini membuat Yan Ling tidak bisa lagi menahan amarahnya. Sebuah garis merah telah terlewati, dan tidak ada yang akan menghentikan kemarahan yang akan segera terlepas.
Tanpa berpikir panjang, Yan Ling mengungkapkan dirinya di tengah desa dengan Aura Kematian yang begitu kuat dan mematikan. Aura yang dipancarkannya langsung mengguncang udara di sekitarnya. Tanpa kata-kata, dia hanya berdiri dengan tatapan dingin yang bisa membuat siapa pun yang melihatnya merasa kedinginan. Seluruh desa tiba-tiba terdiam, dan semua orang yang ada di sana merasakan getaran mengerikan yang merayap ke dalam tubuh mereka.
Dalam beberapa detik, seluruh desa merasakan hawa kematian yang pekat. Para penduduk, yang awalnya tidak tahu apa yang sedang terjadi, kini merasakan ancaman yang nyata. Beberapa dari mereka mencoba melarikan diri, namun Aura Kematian yang dipancarkan oleh Yan Ling memotong setiap jalan keluar yang ada. Mereka seperti tikus yang terperangkap dalam perangkap tanpa harapan.
Yan Ling berbicara dengan suara yang terdengar serak namun penuh dengan tekad yang luar biasa. "Aku akan membunuh semua yang ada di desa ini, sampai hanya tanah yang tersisa. Tidak ada yang akan lolos dari keadilan yang ku bawa. Semua yang berani mengancam orang yang aku cintai, akan menerima akibatnya."
Suara kemarahan Yan Ling begitu dalam, dan setiap kata yang keluar dari bibirnya menambah ketegangan yang sudah mencekam. Aura Kematian yang dipancarkan olehnya tidak hanya mematikan, tetapi juga meresap ke dalam jiwa mereka yang terpapar. Orang-orang yang berada di sekitar mulai merasakan kesakitan yang tak terlukiskan, seakan jiwa mereka sedang terhisap satu per satu oleh kekuatan tak tampak yang begitu mengerikan.
Di tengah ketegangan yang semakin memuncak, Li Xian akhirnya muncul di depan Yan Ling, dengan senyum percaya diri di wajahnya. "Kau datang terlalu terlambat, Yan Ling," katanya dengan nada sombong. "Li Qing akan menjadi milikku, dan tidak ada yang bisa menghalangi itu."
Namun, kata-kata itu justru membuat amarah Yan Ling semakin membakar. Tanpa ragu, Yan Ling melangkah maju, menatap Li Xian dengan tajam. Setiap gerakan tubuhnya memancarkan kekuatan yang luar biasa, seolah setiap langkah yang diambilnya mampu menghancurkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. "Kau berani mengancamnya?" ujar Yan Ling dengan suara penuh ancaman. "Aku akan membuatmu merasakan sakit yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya."
Li Xian mencoba melawan, menggerakkan tangannya untuk memanggil energi Qi, tetapi apa yang terjadi selanjutnya membuatnya terkejut. Yan Ling dengan cepat mengeluarkan energi Qi yang sangat besar, menghancurkan pertahanan Li Xian dengan mudah. Pria itu jatuh ke tanah, terhuyung-huyung, kesakitan oleh kekuatan yang jauh lebih besar dari apa yang bisa dia bayangkan.
Namun, Yan Ling tidak berhenti di situ. Dia mengangkat kedua tangannya, dan dalam sekejap, seluruh desa mulai bergetar hebat. Semua orang yang berada di sana kini merasakan betapa dekatnya kematian. Aura Kematian yang dipancarkan oleh Yan Ling semakin kuat, semakin mencekik setiap jiwa yang berada di dalam jangkauannya. Mereka yang berusaha lari, yang berusaha melawan, hanya berakhir dengan keheningan yang mencekam.
"Semua yang ada di sini," kata Yan Ling dengan suara yang penuh dengan kebencian dan tekad, "akan musnah. Sekte-sekte ini akan tunduk padaku, atau mereka akan hancur dalam kepunahan."
Li Xian, yang masih berusaha bangkit, menatap Yan Ling dengan rasa takut yang mendalam. "Kau... kau tidak bisa membunuh kami semua! Kami adalah sekte yang kuat, kami punya banyak sekutu—"
Namun Yan Ling tidak memberi kesempatan bagi Li Xian untuk menyelesaikan kata-katanya. Dengan satu gerakan cepat, Yan Ling menghancurkan formasi yang melindungi desa itu, dan dalam hitungan detik, semuanya mulai berantakan. Sejumlah besar anggota sekte mulai lenyap, satu per satu, tanpa sempat mengeluarkan perlawanan yang berarti.
Desa yang tadinya damai kini berubah menjadi tempat pembantaian. Yan Ling tidak mengayunkan pedang, tetapi dengan kekuatan Aura Kematian yang luar biasa, dia menghancurkan segala sesuatu yang ada di depan matanya. Sekte-sekte ini yang berani mengancam orang yang ia cintai, sekarang merasakan akibat dari keputusannya.
Li Xian, yang kini terkapar dengan tubuh penuh luka, hanya bisa menatap dengan ketakutan yang mendalam saat Yan Ling mendekat. "Ingatlah ini, Li Xian," kata Yan Ling dengan suara serak, namun penuh kebencian. "Jangan pernah berani mengancamnya lagi."
Dengan satu gerakan, Yan Ling mengakhiri hidup Li Xian. Setelah itu, ia berdiri di tengah desa yang kini dipenuhi dengan puing-puing dan reruntuhan, menatap sisa-sisa desa yang telah hancur. Tidak ada yang tersisa, hanya kehancuran yang dibawa oleh kekuatan amarahnya.
"Desa ini telah musnah," kata Yan Ling, matanya bersinar dengan tekad yang membara. "Dan aku akan terus melangkah maju, melindungi dunia ini, sampai akhir."
Tanah yang dulunya subur kini hanya menyisakan kegelapan. Yan Ling menatap ke depan, menyiapkan langkah berikutnya dalam perjalanan panjangnya.