Chereads / Immortal Cultivation: Beyond Revenge - For Love and Eternity / Chapter 38 - Bab 37 – Pertarungan Sepuluh Hari

Chapter 38 - Bab 37 – Pertarungan Sepuluh Hari

Langit malam terbentang luas saat Yan Ling melesat di udara dengan pedang terbangnya, hendak kembali ke gua tempat Li Qing menunggu. Namun, sebelum ia sempat bereaksi, sebuah kilatan cahaya dingin melesat dari arah samping, menembus tubuhnya dengan kecepatan luar biasa.

Srakk!

Sebuah pedang menancap di sisi perutnya. Darah segar langsung mengucur, membasahi jubahnya. Yan Ling terhuyung, pedang terbangnya sedikit oleng di udara.

"Darah…?" gumamnya, matanya melebar sesaat sebelum tatapannya beralih ke sosok di bawahnya.

Di sana, seorang pria tua berdiri tegak dengan senyum licik di wajahnya. Jubah hitam panjangnya berkibar tertiup angin, dan di tangannya masih menggenggam gagang pedang yang baru saja dilemparkannya ke arah Yan Ling.

"Akhirnya kau keluar dari persembunyianmu," ujar pria itu dengan suara serak yang dipenuhi keyakinan.

Yan Ling menarik napas panjang, matanya yang semula redup kini bersinar tajam. Ia mencabut pedang dari tubuhnya tanpa ragu, membiarkan darah segar kembali mengalir. Meski tubuhnya terasa nyeri, ia masih berdiri dengan kokoh.

"Sekte mana kau berasal?" tanyanya dengan suara datar, meski aura membunuhnya mulai merambat ke seluruh area.

Pria tua itu menyeringai. "Sekte Langit Hitam. Kami telah mengamatimu selama berhari-hari, menunggu momen yang tepat."

Yan Ling menyapu pandangannya ke sekeliling. Seketika, dari balik pepohonan dan langit malam, ratusan sosok bermunculan, semuanya mengenakan jubah gelap khas Sekte Langit Hitam. Mereka mengelilingi Yan Ling, seolah memastikan bahwa ia tidak memiliki celah untuk melarikan diri.

"Aku sudah bosan menghadapi orang-orang serakah seperti kalian." Yan Ling menghela napas, tetapi di matanya tersimpan kebencian yang dalam.

Seketika, aura kematian meledak dari tubuhnya.

Udara berubah dingin, begitu pekat hingga ratusan anggota sekte itu merasakan tubuh mereka bergetar tanpa alasan. Beberapa yang lebih lemah langsung terjatuh ke tanah, wajah mereka pucat pasi.

Tetua Sekte Langit Hitam tidak menunjukkan ketakutan, tetapi matanya menyipit waspada.

"Kalian ingin hidup?" Yan Ling bertanya, suaranya menggema di udara.

Tak ada yang berani menjawab.

Yan Ling mengangkat tangannya. Seketika, gelombang energi kematian menyebar ke segala arah, menyelimuti ratusan orang itu.

Dalam hitungan detik, jeritan memenuhi udara.

Tubuh-tubuh itu mulai lenyap satu per satu, seolah ditelan oleh kegelapan yang diciptakan Yan Ling. Dalam sekejap mata, ratusan orang yang mengelilinginya telah menghilang tanpa jejak.

Kini, hanya tersisa satu orang—Tetua Sekte Langit Hitam.

Pria tua itu mengamati kejadian tersebut dengan mata membelalak, tetapi detik berikutnya, ia tersenyum.

"Kau memang kuat… tetapi kau belum cukup untuk mengalahkanku," katanya.

Yan Ling menatapnya dengan dingin. "Kau bisa mencoba."

Tanpa peringatan, keduanya melesat ke udara, bertabrakan dengan kecepatan yang mustahil diikuti oleh mata biasa. Setiap pukulan dan tebasan mereka menghasilkan gelombang kejut yang menghancurkan pohon dan batu di sekitarnya.

Pertarungan itu berlangsung tanpa henti.

Satu hari…

Dua hari…

Tiga hari…

Setiap serangan mereka semakin mengerikan, mengguncang tanah dan langit. Yan Ling mulai merasakan kelelahan, tetapi setiap kali darah mengalir dari lukanya, ia hanya tertawa.

"Kau masih bisa tertawa dalam keadaan seperti ini?" Tetua Sekte Langit Hitam mengerutkan kening.

Yan Ling menyeringai, meski darah mengalir dari sudut bibirnya. "Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit."

Hari keempat…

Hari kelima…

Yan Ling dan Tetua Sekte Langit Hitam bertarung di langit yang kini dipenuhi retakan akibat benturan energi mereka. Aura kematian Yan Ling semakin pekat, tetapi pria tua itu tetap bertahan.

Hari keenam…

Hari ketujuh…

Yan Ling merasakan tubuhnya semakin berat, tetapi di matanya, api perlawanan belum padam.

Hari kedelapan…

Hari kesembilan…

"Kau benar-benar keras kepala," kata Tetua Sekte Langit Hitam, meski ia sendiri kini penuh dengan luka.

Hari kesepuluh…

Pada titik ini, keduanya nyaris kehabisan energi. Tetapi saat pria tua itu tersenyum dan berbicara, sesuatu dalam diri Yan Ling kembali berkobar.

"Gadis yang bersamamu… dia akan mati di tanganku."

Seketika, mata Yan Ling melebar.

Li Qing…

Ia tidak bisa membiarkan siapa pun menyentuhnya.

"Aku sudah cukup bersabar," bisik Yan Ling, suara rendahnya penuh dengan ancaman mematikan.

Tetua Sekte Langit Hitam membentuk segel di tangannya. Dalam hitungan detik, seekor naga hitam raksasa muncul di udara, mengaum keras. Energi jahat yang dikeluarkannya begitu pekat hingga langit berubah gelap.

"Matilah!"

Naga itu melesat menuju Yan Ling dengan kecepatan luar biasa.

Yan Ling tidak bergerak, tetapi aura kematiannya meningkat pesat. Rambutnya mulai berkibar, matanya bersinar merah pekat.

"Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya!"

Dengan teriakan yang mengguncang langit, Yan Ling mengangkat tangannya. Energi hitam pekat berkumpul di telapak tangannya, membentuk pedang besar yang dipenuhi aura kehancuran.

Saat naga itu nyaris mencapai dirinya, Yan Ling menebasnya dengan seluruh kekuatan yang tersisa.

BOOOOM!

Gelombang energi meledak, menghancurkan langit dan tanah di bawahnya. Cahaya terang menyelimuti area itu sebelum akhirnya menghilang, meninggalkan kehancuran di mana-mana.

Saat debu mereda, Tetua Sekte Langit Hitam berdiri dengan napas terengah-engah, tubuhnya penuh luka. Ia menatap Yan Ling yang masih berdiri, meski tubuhnya dipenuhi darah.

"Aku kalah…?" bisiknya, tidak percaya.

Yan Ling melangkah maju, menatap pria itu dengan sorot dingin.

"Kau salah satu dari banyak orang yang mencoba menghalangi jalanku. Dan kalian semua akan berakhir sama," katanya.

Dengan satu gerakan, Yan Ling menebas pria itu.

Darah menyembur, dan Tetua Sekte Langit Hitam terjatuh tanpa nyawa.

Yan Ling menghela napas, tubuhnya gemetar kelelahan. Ia hampir jatuh, tetapi sebelum kehilangan kesadarannya, hanya satu hal yang ada di pikirannya.

Li Qing… Aku harus kembali.

Dengan sisa kekuatannya, ia kembali menaiki pedang terbangnya dan melesat menuju gua, meski tubuhnya penuh luka dan darah.

Pertarungan ini mungkin telah berakhir… tetapi perjalanannya masih panjang.