Chereads / At The Edge Of Absolute Infinity / Chapter 6 - ATEOAF 06

Chapter 6 - ATEOAF 06

"Salam sejahtera, Yang Mulia High Lord Caelith. Mohon maaf jika aku lancang, tetapi aku benar-benar tidak memahami apa yang tengah terjadi pada planet Orbis kita. Seperti yang dapat Anda saksikan, langit di atas benua kami kian gelap. Kilatan petir kerap menghujam tanpa ampun, membawa tanda-tanda kehancuran yang semakin nyata. Apakah Anda mengetahui sesuatu tentang fenomena ini?" ujar Kapten Eryn, suaranya tegas namun sarat dengan kecemasan, seraya menudingkan jarinya ke langit yang penuh dengan ancaman.

Eryn terdiam sejenak, mengumpulkan keberanian sebelum melanjutkan. "Aku tidak yakin apakah pesan ini akan sampai kepada Anda. Namun, yang pasti, kami membutuhkan bantuan Anda, Pemimpin Agung klan elf," imbuhnya, penuh harap.

Mendengar seruan tersebut, High Lord Caelith seketika tercenung. Ada kilatan keterkejutan di matanya yang biasanya penuh ketenangan. Peristiwa yang melanda benua manusia ternyata berlawanan dengan keadaan di hutan suci, wilayah kekuasaannya. Langit di benua manusia diselimuti kegelapan yang mengerikan, sementara di hutan suci, cakrawala memerah, diwarnai keretakan dimensi yang kian meluas—pertanda bahwa realitas mulai terkoyak.

"Ini... lebih buruk dari yang kubayangkan," gumam Caelith, suaranya nyaris tak terdengar, seraya memandang ke arah retakan dimensi yang melintas di angkasa seperti luka besar pada kain dunia. Ia tahu, waktu mereka semakin menipis.

Di dalam kedalaman dunia iblis yang sunyi, suasana mencekam menyelimuti setiap sudut. Para iblis yang kuat dan berpengaruh berkumpul di lembah kegelapan, menanti dengan penuh kehormatan dan rasa gentar akan kehadiran sang penguasa tertinggi, Raja Iblis Azareth. Langit di atas mereka kelam, seperti ditelan kehancuran yang menjulang, memberi isyarat bahwa sesuatu yang besar dan mengerikan akan segera terjadi. Desas-desus tentang langit yang akan runtuh telah menyebar, membuat suasana semakin tegang.

Azareth, dengan keagungan yang tak tertandingi, melangkah perlahan keluar dari istananya yang menjulang megah seperti taring-taring kegelapan itu sendiri. Jubah hitamnya berkilauan dengan benang-benang sihir purba, sementara matanya yang berkilau merah darah menyapu seluruh kerumunan. Setiap makhluk yang berada di sana menundukkan kepala, tidak berani mengangkat wajah mereka untuk menatap langsung sang penguasa.

Berdiri di puncak kastilnya yang menjulang, Azareth mengamati dengan seksama. Matanya yang tajam menghitung satu per satu kekuatan yang dimilikinya. Ribuan prajurit iblis berdiri dalam barisan yang sempurna, siap mematuhi perintah tanpa ragu. Makhluk-makhluk melata raksasa, yang tubuhnya bersisik seperti baja, berkerumun memenuhi benua itu, menggetarkan tanah dengan setiap gerakan mereka. Beberapa dari mereka, dengan kekuatan sihir perang tingkat tinggi, memancarkan aura mengerikan yang membuat udara di sekitar mereka bergetar.

Jumlah prajurit iblis itu hampir mencapai 345.000, jumlah yang cukup untuk meluluhlantakkan dunia fana. Namun, Azareth tidak hanya melihat jumlah. Ia merasakan kekuatan, ketangguhan, dan kebencian yang membakar dalam diri masing-masing pasukannya. Hari itu, benua iblis tampak seperti neraka yang bergejolak, bersiap untuk dilepaskan ke dunia fana, membawa kehancuran dan kekacauan tanpa batas.

Dengan suara yang dalam dan menggema, Azareth membuka mulutnya untuk berbicara. Kata-katanya akan menjadi hukum, dan setiap makhluk yang hadir tahu bahwa keputusan ini akan menentukan nasib dunia.

"Hari ini adalah hari di mana kita sekali lagi akan menaklukkan dunia," ujar Azareth, setiap kata yang diucapkannya dipenuhi keangkuhan dan kekuatan yang tidak terbantahkan. "Daku, sebagai Raja, memberikan izin kepada kalian untuk membantai membabi buta setiap makhluk hidup yang menghalangi jalan kita, baik itu elf, manusia, atau siapapun yang cukup bodoh untuk berdiri di hadapan kita!"

Suasana menjadi semakin mencekam. Suara Azareth bergema hingga ke ujung benua iblis, menggiring semangat seluruh prajurit dan rakyatnya. "Yggdrasil, bajingan penguasa pohon kehidupan itu, kini sedang sibuk melawan energi aneh yang menyelimuti dunia kita. Ini adalah saatnya! Ini adalah peluang kita untuk menguasai segala yang ada di dunia fana!"

Dengan suara yang semakin menggema, Azareth mengangkat tangannya, membakar semangat seluruh yang hadir. "Kita, para iblis, akan menaklukkan dunia!" Teriakan itu memecah keheningan dan langsung disambut oleh sorak-sorai yang mengguncang tanah.

"Hidup Raja Iblis Azareth!" seru seluruh prajurit dan rakyat dengan serempak, memekikkan kebanggaan dan ketaatan mereka.

Setelah seruan itu mereda, Azareth mengalihkan pandangannya kepada tujuh jenderalnya yang berdiri di barisan depan. Dengan anggukan singkat, ia memberi perintah. Para jenderal, makhluk terkuat dari kalangan iblis, maju dan meletakkan senjata mereka di lantai hitam berkilauan.

Dalam keheningan yang dipenuhi ketegangan, para jenderal itu merobek telapak tangan mereka sendiri, menumpahkan darah mereka ke tanah. Dengan darah itu, mereka melafalkan mantra kuno dalam bahasa yang tidak dipahami oleh kebanyakan iblis lainnya. Kata-kata mereka berat dan penuh kekuatan, membelah udara seperti pedang yang tajam.

Seketika, aroma darah bercampur dengan aura mistik yang mengisi ruangan besar itu. Tanah tempat darah menetes mulai bercahaya, membentuk pola unik berbentuk kotak persegi. Cahaya itu terus berpendar, semakin terang, hingga sebuah portal terbuka di hadapan mereka. Pintu menuju alam manusia telah terbentuk.

Dengan tatapan penuh kemenangan, Azareth melangkah maju, memimpin pasukannya ke gerbang tersebut. Hari penaklukan telah tiba, dan dunia fana akan segera menyaksikan kejatuhannya di bawah bayang-bayang kekuasaan Raja Iblis Azareth.