"KRING… KRING… KRIIING…" (Bunyi suara jam berdering)
Terbangunlah Andre di pagi hari kemudian ia langsung bersiap – siap untuk berangkat ke sekolahnya. Setelah ia selesai mandi dan menyiapkan semua barang – barangnya ia langsung pergi ke meja makan untuk menyantap sarapannya itu dan bergegas ke sekolah.
[ Rumah Andre, Cyntia dan Adeline tidak terlalu jauh dari sekolah mereka jadi mereka sering berjalan bersama ketika mereka berangkat atau pulang dari sekolah itu ].
Andre pun tiba di sekolahnya, namun ketika Andre sampai di gerbang sekolahnya tiba – tiba terdengar suara memanggil namanya.
"Hai Andre…," teriaknya Cyntia sambil melambai dan berlari ke arahnya.
"Hai juga Cyntia" ucap Andre.
Kemudian mereka berdua berjalan ke kelas mereka.
"Kau kemarin bertemu Adeline ya ?" tanya Cyntia sambil tersenyum pada Andre.
"Iya aku nememuinya" jawab Andre.
"Bagaimana keadaannya, apa dia baik – baik saja ?" tanya Cyntia kembali.
"Dia nampak baik – baik saja" jawab Andre.
"Syukurlah…, sudah lama aku juga belum menemuinya" ucap Cyntia.
"Bagaimana kalau kita menemuinya besok ?" tanya Cyntia pada Andre.
"Setelah pulang sekolah, kita bisa menjengguknya besok" jawab Andre.
"Hore… akhirnya" ucap Cyntia sambil merasa senang sekali karena ia akan bertemu dengan sahabatnya itu.
(Bel sekolah pun berbunyi)
"Baik anak – anak, kita akan mulai pelajaran kita hari ini…," ucap guru yang akan memulai kegiatan belajar itu.
(Bel sekolah pun berbunyi)
"Akhirnyaaa…." ucap Cyntia sambil merasa lega karena pembelajaran telah berakhir.
"Apakah kita jadi menjengguknya, Andre ?" tanya Cyntia kepada Andre dengan bersemangat karena ia akan segera menemui sahabatnya itu.
"Ayo kita kesana" jawab Andre.
Lalu mereka berdua pun segera meninggalkan sekolah dan berjalan menuju rumah sakit bersama – sama. Namun di tengah perjalanan mereka handphone Cyntia berbunyi. Cyntia pun menjawab telepon itu dan ternyata ia mendapat kabar yang kurang baik.
"….. Baiklah, aku akan segera pulang" ucap Cyntia sambil menutup teleponya.
"Andre, nampaknya kau harus pergi kesana sendiri," ujar Cyntia. "Adikku terjatuh di sekolahnya tadi dan di bawa ke klinik dekat rumah, ibuku memiinta aku segera pulang untuk menemani adikku itu" lanjut Cyntia dengan rasa sedih karena tidak jadi bertemu sahabatnya.
"Sampaikan saja salamku padanya ya, Andre" ucap Cyntia sambil berjalan pulang ke rumahnya.
"Baiklah" jawab Andre sambil terus melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit.
Sesampainya ia dirumah sakit, ia langsung pergi ke kamar tempat Adeline dirawat itu dan menemukan Adeline sedang beristirahat. Karena Andre tidak mau membangunkannya kemudian Andre langsung mengeluarkan album foto itu dari dalam tasnya dan menaruhnya di meja kecil tempat Adeline biasa menggambar dan menulis.
Namun saat ia ingin menaruh album itu diatas meja, ia melihat kumpulan gambar dan buku harian milik Adeline. Karena ia tidak ingin mengganggu Adeline, ia hanya melihat sekilas gambar Adeline yang ada di atas meja itu (itu adalah Pegunungan yang indah). Tiba – tiba Adeline perlahan membuka matanya dan terbangun karena menyadari ada orang di kamarnya.
"Andre apa itu kau ?" ucap Adeline yang baru saja terbangun dari tidurnya itu.
"Iya benar ini aku" jawab Andre.
"Apa kau tidak lupa foto itu ?" tanya Adeline kepada Andre.
"Tentu tidak, aku sudah menaruh albumnya di atas mejamu" jawab Andre,
"Gambarmu bagus juga ya" lanjut Andre sambil memuji hasil karya Adeline.
Adeline pun tersenyum dan berusaha berusaha bangun dari tempat tidurnya.
"Terima kasih, kau adalah orang pertama yang memuji gambarku selain ayah dan ibuku" ucap Adeline dengan senang hati.
Kemudian Adeline pun melihat hasil foto – foto itu dan sangat terkesan dengan foto – foto yang Andre ambil itu.
"Wah… indahnya, bagus sekali hasil fotomu, Andre" ucap Adeline yang sedang terkagum – kagum dengan foto – foto itu.
Tiba – tiba air mata Adeline pun menetes karena merasa sangat kagum dan teringat waktu ia masih kecil ia sering di bawa oleh sang ayah untuk menaik ke bukit dan melihat matahari terbit secara langsung.
"Ada apa Adeline ?" tanya Andre sebab ia terkejut Adeline mulai menangis.
"Tidak apa Andre,…. Aku hanya teringat akan masa kecilku saja" ucap Adeline
[ Ayah Adeline merupakan seorang insinyur terkenal di negaranya. Saat ini ia sedang berada di luar negeri karena mendapat proyek disana untuk waktu yang cukup lama ].
"Kau rindu pada ayahmu ya ?" tanya Andre kepada Adeline.
Adeline tidak mengeluarkan sepatah katapun selain menganggukkan kepalanya.
"Apa cita – cita terbesarmu Andre ?" tanya Adeline secara tiba – tiba padanya.
"Aku ingin pergi sekolah ke luar negeri" jawab Andre.
"Namun yang terlebih dari itu, aku ingin melihat orang yang ku cintai dapat mencapai kebahagiaannya" lanjut Andre.
"Berarti kau akan meninggalkanku disini ?" tanya Adeline kepadanya.
Terdiamlah Andre karena mendengar perkataan Adeline itu. Andre pun langsung mencari topik pembicaraan lain.
"Setelah ini kau ingin kemana lagi, Adeline ?" tanya Andre.
"Hm…. Sebentar, aku ingin pergi ke taman bunga yang cantik sekali" ucap Adeline. "Aku rindu dengan bau bunga yang begitu harum" lanjut Adeline.
"Baiklah, hari minggu nanti aku akan pergi mewalikimu kesana dan berfoto seperti ini lagi agar kau bisa merasakan suasananya" ucap Andre.
"Oh ya, aku penasaran dengan isi dari buku harianmu itu ?" ucap Andre sambil tersenyum kepadannya.
"Apa…. Itu hanya catatanku tentang keseharianku saja… tak ada yang istimewa darinya" ucap Adeline kepada Andre sambil tersipu malu.
"Kau yakin ?" tanya Andre sekali lagi padanya.
"Iya benar" jawab Adeline sambil meyakinkan Andre.
"Aku jadi haus, aku akan ambil minum dulu" ucap Adeline sambil bangun dari tempat tidurnya.
Namun disaat ia sedang mengambil air minum, Adeline kehilangan keseimbangannya dan ia pun terjatuh. Setelah Andre melihat Adeline hampir terjatuh ia dengan sigap langsung mengendongnya sehingga Adeline tidak jatuh ke lantai namun sayangnya gelas yang ia pegang sebelumnya itu terjatuh dan pecahnya. Sebagaian pecahannya itu pun mengenai kaki Andre sehingga berdarahlah kaki Andre itu.
"ASTAGA… !, KAU TIDAK APA – APA ?" ucap Adeline sambil terkejut denga napa yang terjadi pada dirinya.
Andre pun kemudian membawa Adeline kembali ke atas tempat tidurnya dan berkata untuk tidak turun dari tempat tidurnya dahulu.
"Aku tidak apa – apa kau tenang saja" ucap Andre sambil menahan rasa sakit dan sambil mencabut sisa pecahan gelas yang mengenai dirinya itu.
Kemudian Andre mengambil perban yang ada di ruangan Adeline dan memperban kakinya yang terluka. Setelah itu Andre pun membersihkan pecahan gelas yang ada di lantai itu.
"Andre, aku sungguh minta maaf" ucap Adeline sambil menangis karena ia menyesal telah menjatuhkan gelas itu.
"Sudah kubilang aku tidak apa – apa, kau tenang saja" jawab Andre dengan tenang.
"Tidak… tidak, buktinya kakimu sampai terluka seperti itu" ucap Adeline dengan rasa sangat bersalah.
Andre pun mengarahkan telunjuknya ke Adeline untuk mengisyaratkannya agar ia diam dan berhenti dari tangisnya itu. Lalu Adeline pun terdiam dan kemudian Andre pun menyeka seluruh air matanya dan ia berkata padanya ;
"Bagiku yang terpenting sekarang, kau tidak apa – apa" ucap Andre sambil berusaha menenangkan Adeline.
"Tolong berhenti dari tangisanmu itu ya karena kau sangat jelek bila kau menangis" ucap Andre sambil tersenyum.
"Aku mengerti, sekali lagi aku minta maaf ya, Andre" ucap Adeline.
"Baiklah, sebagai permintaan maafmu aku ada sebuah permintaan yang harus kau kabulkan, bagaimana ?" tanya Andre kepada Adeline.
"Katakanlah apapun itu aku akan penuhi" jawab Adeline.
"Apapun ?, kau yakin ?" ucap Andre.
"Iya, Apapun" kata Adeline sekali lagi kepada Andre.
Andre pun tiba – tiba mendekat ke arah wajah Adeline. Sontak Adeline pun terkejut dan tidak dapat berbuat apa – apa lalu berkata dalam hatinya, "Jangan – jangan kau mau….". Adeline pun langsung menutup keduanya matanya dan pasrah akan apa yang akan terjadi.
Namun Andre hanya berbisik kepadanya, "Aku tidak mau melihat tangisanmu lagi".
Terkejutlah Adeline mendengar perkataan Andre dan langsung membuka kedua matanya. Namun rasa malu dari wajah Adeline tidak dapat terelakan lagi.
"Hah… Apa ?" ucap Adeline dengan tebata – bata karena ia masih merasa terkejut dengan apa yang dilakukan Andre padanya.
"Apa ?!, Kau tidak mendengarnya ?" ucap Andre yang merasa heran karena Adeline tidak mendengar apa yang ia bisikkan padanya tadi.
"Mau aku melakukannya sekali lagi ?" tanya Andre pada Adeline.
"Tidak, tidak… aku sudah mendengarnya kok" ucap Adeline.
"Baiklah, kalau kau memang mendegarnya coba ulangi kata – kataku barusan" ucap Andre.
"Kau tidak ingin melihat ku menangis lagi kan ?" jawab Adeline padanya sambil tersenyum.
Andre pun tiba – tiba memegang kepala Adeline dan berkata, "Benar seperti itu".
Adeline pun kembali merasakan perasaan yang ia tidak pernah rasakan sebelumnya. Perasaan yang sama ketika Andre berusaha membisikkan sesuatu padanya.
"Andre, Maukah menceritakan tentang perjalananmu ke gunung itu kemarin ?" tanya Adeline kepada Andre sambil sedikit memohon.
"Tentu" jawab Andre.
Kemudian Andre pun bercerita tentang perjalanannya kemarin kepada Adeline dan Adeline pun sangat tertarik mendengarkan cerita Andre tersebut. Mereka pun tampak sangat senang sekali menghabiskan waktu berdua. Waktu berlalu begitu cepat dan malam pun tiba. Andre pun bersiap – siap untuk pulang kerumahnya.
"Adeline, aku pulang dulu ya, nanti minggu depan aku akan kembali lagi untuk memberikan foto di taman bunga itu" ujar Andre pada Adeline.
"Baik, terima kasih ya Andre untuk hari ini" ucap Adeline.
"Kapapun kau membutuhkanku akan ku usahakan untuk selalu berada di sampingmu" ucap Andre sambil tersenyum kepadanya.
"Baik Andre, terima kasih" ucap Adeline.
Kemudian Andre pun pulang ke rumah. Setelah memberi salam, ia pun langsung masuk ke dalam rumah. Ibu Andre yang baru saja selesai membuat makan malam melihat Andre sudah pulang itu berkata, "Dari mana saja kau Andre ?".
"Aku dari tempat temanku bu, ada tugas kelompok" ucap Andre pada sang ibu.
"Baiklah, setelah kau bersih – bersih turunlah untuk makan malam" ucap sang ibu padanya.
"Baik, Terima kasih bu" jawab Andre dari kamarnya.
Setelah Andre selesai bersih – bersih dirinya, ia pun langsung turun ke bawah untuk menyantap makan malam.
"Ayo duduk Andre" ucap sang ibu sambil menyiapkan kursi untuknya.
"Baik, terima kasih bu" jawab Andre.
Andre pun langsung mengambil makanan yang ada diatas meja. Secara tidak sengaja ibu Andre melihat ke arah kaki anaknya itu dan mendapati kakinya di perban. Lantas ibunya langsung menanyakan pada Andre apa yang terjadi dengan kakinya itu.
"Andre, ceritakan pada ibu apa yang terjadi dengan kakimu?" tanya sang ibu yang khawatir padanya.
"Oh ini…, sewaktu aku ditempat temanku itu aku merasa haus. Lalu aku mengambil gelas dan tanpa kusadari lantai disana itu licin makanya aku hampir terjatuh tapi aku tidak terjatuh. Namun gelas yang kupegang itu terlepas dan akhirnya pecah didekat kakiku" kata Andre sambil menceritakan apa yang terjadi.
"Kau sudah meminta maaf pada temanmu ?" tanya sang ibu kembali.
"Sudah bu, aku juga yang membersihkan pecahan gelasnya" jawab Andre kepada sang ibu.
"Baiklah, ayo selesaikan makanmu dan bantu ibu cuci piringnya ya" ucap sang ibu padanya.
"Baik ibu, kau tenang saja ya" kata Andre sambil mencoba meyakinkan sang ibu bahwa tidak ada yang harus di khawatirkan darinya.
Setelah Andre selesai makan malam, ia langsung mencuci piring – piring itu dan pergi ke kamarnya untuk tidur. Namun sebelum itu ia merapikan terlebih dahulu barang – barang yang ada. Kemudian ia kembali memandangi foto – foto di handphonenya itu sebelum tertidur.
Sementara itu,
Adeline masih terbayang – banyang dengan perlakuan dari Andre siang tadi. Ia terus saja senyum – senyum sendiri dengan wajah yang tersipu malu.
"Apa ini ?" ucap Adeline dalam hatinya karena ia sedang merasakan apa yang ia belum pernah rasakan sebelumnya.
"Apa ini yang dinamakan cinta ?", "Tapi apa mungkin aku mencintainya ?" lanjut Adeline sambil terus bertanya apa yang ia sedang rasakan ini.
"Adeline, kau belum tidur ?" tanya ibu Adeline yang baru saja selesai mencuci piring.
"Belum bu" jawab Adeline.
"Ini sudah larut, tidak baik untuk kesehatanmu" ucap sang ibu kembali sambil berjalan dan duduk di kasur tempat Adeline terbaring.
"Apa dia kembali menjengukmu hari ini ?" tanya sang ibu kepada Adeline sambil menaikkan kedua alisnya.
"Iya bu, tadi ia kesini untuk memperlihatkan hasil foto – fotonya" jawab Adeline dengan malu – malu sambil menunjuk ke arah album foto yang dibawa Andre tadi.
"Jadi… benarkan kalau kau belakangan ini terlihat senang itu karena dia ?" tanya sang ibu kembali kepada Adeline sambil mengelus – elus kepala Adeline.
"Jangan – jangan dia suka denganmu ya ?" tanya sang ibu sambil menggodai Adeline.
"Aahh... ibu, tidak bu, kami hanya teman" jawab Adeline sambil tersipu malu.
"Yakin ?" tanya sang ibu sekali lagi pada Adeline.
"Iya bu…, sudah ya bu aku mau tidur dulu" jawab Adeline lalu mulai tidur.
Tak lama setelah itu Adeline pun langsung tertidur. Kemudian ibu Adeline melihat ke arah album foto itu dan melihat – lihat hasil foto dari Andre tersebut. Tersenyumlah sang ibu karena merasa foto – foto itu bagus sekali namun disaat ia terus membalikan halaman album itu, ia menemukan secarik kertas. Ia membaca secarik kertas itu dan ia menyimpannya di sakunya. Setelah itu ia kembali menutup album itu dan meletakkannya di tempatnya.
"Masa – masa remaja….," ucap sang ibu sambil menghela nafasnya dan melihat ke arah anaknya yang sedang tertidur itu.
Tak lama kemudian sang ibu pun ikut tidur karena malam sudah benar – benar larut.
Kemudian hari – hari berlalu seperti biasanya dimana Andre mejalankan aktifitasnya dengan bersekolah dan Adeline menghabiskan waktunya untuk menggambar dan menulis buku hariannya itu.