Setelah pertemuan dengan Liven, para murid Akademi Waktu merasa semakin dekat dengan misteri yang mengelilingi dunia ini, termasuk hubungan antara dunia tanpa sihir dan Dunia Pedang. Di satu sisi, mereka merasa lega mengetahui bahwa bahkan petarung seperti Liven pun, yang telah mengalami banyak peperangan, masih mencari kedamaian. Namun, di sisi lain, mereka merasa ada banyak hal yang belum mereka pahami sepenuhnya.
Tira, yang selalu berpikir lebih mendalam, merasa ada kekuatan yang tak terungkapkan di balik kehadiran Liven. "Aku yakin dia lebih dari sekadar reinkarnasi. Sepertinya ada aliran kekuatan yang sangat dalam yang mengalir dalam dirinya," katanya kepada Rael saat mereka berjalan kembali ke tempat penginapan mereka setelah kompetisi.
Rael mengangguk. "Aku merasakannya juga. Dia sepertinya tak hanya mengingat masa lalunya, tapi juga memiliki semacam keterhubungan dengan dunia lain, dunia kita. Seperti ada tali yang tak terlihat antara kita."
Zara, yang mendengar percakapan mereka, tersenyum. "Kita mungkin perlu lebih banyak waktu untuk memahami semuanya. Namun, satu hal yang pasti, Liven adalah kunci untuk membuka rahasia yang lebih besar. Tidak hanya tentang dirinya, tapi juga tentang apa yang terjadi pada Dunia Pedang setelah kepergian kita."
Keesokan harinya, setelah mereka kembali ke Akademi Waktu, para murid menerima undangan resmi untuk menghadiri pertemuan dengan seorang tokoh misterius yang dikenal sebagai Elara, seorang sejarawan dan penyelidik yang telah lama mempelajari hubungan antara berbagai dunia. Undangan itu datang langsung ke tangan Master Seraphis.
"Akademi Waktu...," kata Master Seraphis dengan nada yang penuh rasa ingin tahu setelah membaca surat tersebut. "Ini adalah undangan yang tak biasa. Elara adalah salah satu peneliti paling terkenal di dunia tanpa sihir. Tapi jika dia mengundang kita, itu berarti ada sesuatu yang lebih besar yang harus kita ketahui."
Master Seraphis memutuskan untuk mengirim beberapa murid yang terpilih untuk menemui Elara. Dengan penuh antusias, Rael, Zara, Tira, dan Arlen bersiap untuk melakukan perjalanan ke kota besar tempat Elara tinggal.
Sesampainya di kota, mereka disambut oleh suasana yang berbeda. Kota ini jauh lebih maju dalam teknologi dan kebudayaan dibandingkan dengan kota-kota lainnya yang mereka kunjungi. Menara-menara tinggi menjulang di langit, dan jalan-jalan dipenuhi dengan orang-orang yang sibuk. Namun, di balik kemajuan itu, mereka merasakan ada sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang tak terlihat oleh banyak orang.
Mereka akhirnya tiba di gedung besar yang menjadi tempat tinggal Elara. Begitu memasuki ruangannya, mereka disambut oleh seorang wanita tinggi dengan rambut hitam panjang dan mata tajam yang memancarkan kebijaksanaan.
"Selamat datang di tempatku," kata Elara, suara lembut namun penuh ketegasan. "Aku telah menunggu kalian. Ada banyak yang perlu kalian ketahui, dan ini bukan hanya tentang kalian, tetapi juga tentang takdir yang lebih besar yang menghubungkan dunia kalian dengan dunia kami."
Setelah mereka duduk dan mendengarkan penjelasan Elara, mereka menyadari bahwa ada hubungan yang lebih kompleks antara dunia mereka dan dunia tanpa sihir. Elara menceritakan tentang sebuah Dimensi Lintas Waktu, sebuah fenomena yang dapat menghubungkan berbagai dunia, termasuk Dunia Pedang dan dunia mereka saat ini. Dimensi ini, menurut Elara, adalah sebuah kekuatan yang sangat besar dan berbahaya, yang memiliki potensi untuk merusak keseimbangan antara dunia jika tidak dikendalikan dengan benar.
"Liven, yang kalian temui, bukan hanya seorang petarung biasa," kata Elara sambil menatap mereka dengan penuh perhatian. "Dia adalah salah satu dari beberapa individu yang memiliki kekuatan yang bisa mempengaruhi Dimensi Lintas Waktu. Kemampuan bertarungnya yang luar biasa berasal dari kemampuan untuk memanipulasi waktu, bukan hanya di dunia ini, tetapi juga di dunia lain."
Zara mengernyit. "Jadi, Liven bukan hanya pejuang biasa? Apakah dia bisa mempengaruhi waktu antara dunia-dunia ini?"
Elara mengangguk. "Ya. Namun, kekuatan itu sangat berbahaya. Jika dibiarkan tak terkendali, ia bisa menyebabkan kerusakan yang besar. Setiap perubahan kecil di satu dunia bisa memiliki dampak yang jauh lebih besar di dunia lainnya. Itulah mengapa aku mengundang kalian. Kalian adalah satu-satunya yang bisa menjaga keseimbangan ini."
Tira menatap Elara dengan serius. "Apa yang harus kami lakukan?"
"Pertama, kalian harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Dimensi Lintas Waktu. Aku rasa, Liven telah terjebak dalam konflik yang lebih besar dari dirinya sendiri. Dia mungkin tidak menyadari sepenuhnya betapa berbahayanya kekuatannya," jawab Elara, suara penuh kekhawatiran.
Dengan pengetahuan baru ini, para murid Akademi Waktu merasa beban yang lebih besar ada di pundak mereka. Mereka tidak hanya harus memahami kekuatan yang ada di dalam diri Liven, tetapi mereka juga harus mencegah Dimensi Lintas Waktu dari kehancuran yang bisa menghancurkan banyak dunia.
Setelah berbicara dengan Elara, mereka memutuskan untuk kembali menemui Liven. Mereka harus memastikan bahwa Liven tidak terjebak dalam permainan besar yang melibatkan lebih dari sekadar pertarungan di arena. Meskipun Liven mencari kedamaian, mereka tahu bahwa dia mungkin tidak menyadari bahaya yang mengintainya.
Saat mereka bertemu kembali dengan Liven, di sebuah tempat yang sepi jauh dari keramaian kota, mereka menjelaskan apa yang baru mereka pelajari.
"Liven," kata Rael, "kami baru saja bertemu dengan Elara, seorang penyelidik yang mempelajari Dimensi Lintas Waktu. Kami tahu bahwa kekuatanmu lebih besar dari sekadar kemampuan bertarung. Jika dibiarkan, itu bisa menyebabkan kerusakan besar."
Liven menatap mereka, wajahnya tak menunjukkan emosi. "Aku tahu," jawabnya pelan. "Aku telah merasakannya selama ini, ada sesuatu yang mengikatku dengan dunia yang lebih besar. Tapi aku tak ingin menjadi bagian dari konflik yang tak ada habisnya. Aku ingin hidup damai."
Tira memegang bahunya. "Kami mengerti, Liven. Tapi kami juga harus berhati-hati. Kekuatanmu bisa menjadi ancaman bagi banyak dunia, jika tidak dikendalikan."
Liven menundukkan kepalanya, seakan menerima kenyataan itu. "Aku tidak tahu bagaimana mengendalikan kekuatan ini," katanya, suara penuh keputusasaan. "Aku hanya ingin hidup seperti orang biasa."
Zara melangkah maju. "Kami akan membantu mengendalikan kekuatanmu, Liven. Bersama-sama, kita bisa menemukan cara untuk menjaga keseimbangan, tanpa mengorbankan kedamaian yang kita cari."
Liven menatap mereka dengan mata penuh kebingungan, namun di dalam tatapannya ada sedikit cahaya harapan. "Jika kalian bersedia membantuku... aku tidak bisa menolaknya. Mungkin, bersama, kita bisa menemukan jalan untuk mengatasi semua ini."
Keputusan untuk membantu Liven menavigasi kekuatan Dimensi Lintas Waktu membawa mereka ke sebuah perjalanan yang lebih jauh dan lebih mendalam. Elara, dengan pengetahuan yang luas tentang dimensi-dimensi lain, memberi mereka petunjuk tentang tempat yang harus mereka kunjungi untuk mempelajari cara agar Dimensi Lintas Waktu tetap seimbang. Tempat itu adalah Dimensi Konstelasi, sebuah dunia yang dihuni oleh entitas-konstelasi yang mampu mengatur nasib planet-planet tanpa menggunakan sihir atau kekuatan fisik, melainkan melalui teknologi yang sangat maju.
Di dalam akademi, Master Seraphis menyarankan agar para murid pergi ke Dimensi Konstelasi dengan bimbingan para penjaga waktu. "Dimensi ini tidak hanya tentang waktu, tetapi tentang keteraturan dan keseimbangan. Para penjaga waktu akan dapat memandu kalian, meskipun dunia ini tidak mengenal sihir atau pedang," kata Master Seraphis dengan penuh keyakinan.
"Namun, hati-hati," tambahnya. "Dimensi Konstelasi memiliki aturan yang sangat ketat, dan mereka tidak akan menerima gangguan dari luar tanpa alasan yang jelas. Kalian harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan mereka."
Dengan pengetahuan tersebut, para murid, bersama dengan Liven, bersiap untuk memasuki dunia yang sangat berbeda dari dunia mereka, sebuah tempat di mana teknologi menguasai segalanya, dan keteraturan yang sangat canggih menjaga keseimbangan alam semesta.
Untuk memasuki Dimensi Konstelasi, mereka harus melakukan perjalanan melalui sebuah portal waktu yang tersembunyi di dalam Akademi Waktu. Portal ini hanya dapat diakses dengan koordinat waktu dan ruang yang tepat, yang telah dipelajari oleh para penjaga waktu. Begitu mereka melangkah masuk, dunia yang mereka masuki terasa sangat berbeda. Di sini, tidak ada jejak sihir atau energi mistis yang biasa mereka rasakan. Yang ada hanyalah teknologi tinggi, berfungsi dengan cara yang sangat teratur dan presisi.
Para penjaga waktu yang menemani mereka, sekelompok individu misterius dengan pakaian yang berkilau dan aura yang tenang, memberikan mereka arahan dengan bahasa yang hampir asing, namun penuh makna. "Selamat datang di Dimensi Konstelasi," kata salah satu penjaga waktu dengan suara dalam dan serak. "Di sini, kekuatan kami bukan berasal dari kekuatan magis atau fisik. Kami mengatur planet-planet dengan teknologi yang diciptakan melalui pemahaman mendalam tentang struktur kosmos."
Di atas langit, mereka bisa melihat ribuan titik cahaya yang bersinar seperti bintang, namun setiap titik itu bukanlah bintang biasa, mereka adalah konstelasi, entitas yang mengontrol planet-planet dan nasib mereka. Setiap konstelasi memiliki cara mereka sendiri untuk menjaga keseimbangan di dunia mereka, namun semuanya bergantung pada teknologi yang sangat canggih, yang tidak bisa dipahami dengan cara yang biasa.
Liven memandang langit dengan takjub. "Jadi, mereka mengatur semua ini... tanpa sihir?" tanyanya, matanya berbinar. Para penjaga waktu menjelaskan bahwa konstelasi memiliki teknologi yang menggabungkan pemahaman mendalam tentang ruang, waktu, dan gravitasi, serta kemampuan untuk memanipulasi elemen-elemen alam semesta tanpa merusak keseimbangannya.
Tira, yang telah banyak belajar tentang konsep waktu, merasa seolah-olah dia dapat merasakan getaran halus di udara, sebuah energi yang hampir seperti sihir, namun terorganisir dengan sempurna oleh hukum-hukum ilmiah yang tak bisa dijangkau oleh pemikiran konvensional mereka.
Para penjaga waktu membawa mereka menuju pusat kendali Dimensi Konstelasi, di mana mereka bertemu dengan para Pengatur Waktu, entitas yang bertugas menjaga dan mengatur aliran waktu di seluruh planet yang berada di bawah pengaruh konstelasi. Pengatur Waktu ini tidak tampak seperti makhluk hidup biasa; mereka adalah manifestasi dari data dan algoritma yang sangat canggih, wujud digital yang mampu merasakan dan mengendalikan berbagai elemen alam semesta.
"Sungguh luar biasa," bisik Zara, terpesona dengan cara kerja mereka. Para Pengatur Waktu memiliki akses ke seluruh aliran waktu dan informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di planet-planet mereka. Mereka bisa mengamati dan mengendalikan arah sejarah, memanipulasi perubahan-perubahan kecil yang dapat memengaruhi keseluruhan jalannya peristiwa di planet tersebut.
Salah satu Pengatur Waktu yang paling senior, yang dikenal sebagai Astria, mendekati mereka. Wujudnya memancarkan kilauan cahaya yang hampir tak terlihat, seakan-akan dia terbuat dari lapisan-lapisan data yang terhubung dengan aliran kosmik. "Kalian berasal dari dunia yang berbeda," suaranya bergema dalam pikiran mereka. "Namun, dimensi kalian berhubungan erat dengan kami, melalui Dimensi Lintas Waktu. Kami tahu kalian datang untuk mencari pemahaman lebih dalam tentang kekuatan yang terhubung antara dunia kalian dan dunia kami."
Rael, yang selalu merasa penasaran tentang hubungan antara dunia mereka dan dimensi ini, bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi antara dunia kami? Apakah Dimensi Lintas Waktu bisa memengaruhi kalian juga?"
Astria menjawab dengan tenang, "Dimensi Lintas Waktu bukanlah sekadar penghubung. Itu adalah jembatan yang bisa digunakan oleh entitas-entitas tertentu untuk mengubah nasib, atau bahkan merusak keseimbangan. Kami mengawasi semua dimensi untuk memastikan bahwa perubahan besar yang terjadi di satu dunia tidak merusak yang lainnya. Kami menjaga agar tak ada satu dunia pun yang tenggelam dalam kehancuran karena peristiwa yang terisolasi."
Tira, dengan matanya yang berbinar penuh rasa ingin tahu, bertanya, "Apakah kami bisa belajar bagaimana kalian mengatur semua ini? Mungkin ada cara bagi kami untuk membantu mengendalikan kekuatan Liven, atau bahkan mengatur Dimensi Lintas Waktu agar tidak merusak keseimbangan."
Astria tersenyum, senyum yang penuh dengan pengetahuan dan kebijaksanaan yang tak terkatakan. "Jika kalian ingin belajar, kami akan mengajarkan cara kami. Namun, ingatlah, setiap perubahan di satu dunia akan memiliki dampak yang jauh lebih besar di dunia lainnya. Keseimbangan itu rapuh, dan hanya mereka yang benar-benar memahami prinsip-prinsip yang mendasarinya yang bisa menahan kekuatan seperti itu."
Di bawah bimbingan para Pengatur Waktu, para murid dan Liven mulai memahami bagaimana konstelasi dapat mengelola takdir planet tanpa menggunakan sihir atau kekerasan. Mereka mempelajari tentang algoritma yang rumit, pemodelan ruang dan waktu, serta bagaimana teknologi tinggi dapat digunakan untuk memprediksi dan menyesuaikan jalannya sejarah tanpa menghancurkannya. Mereka belajar bahwa kontrol yang ada dalam dimensi ini didasarkan pada keseimbangan, ketelitian, dan pemahaman mendalam tentang setiap elemen yang ada.
Liven, yang sebelumnya merasa terasing dengan kekuatan luar biasa dalam dirinya, mulai menyadari bahwa kekuatan itu mungkin bisa dikendalikan, bukan dengan memaksa atau menindas, melainkan dengan pemahaman dan pengaturan yang hati-hati.
"Sepertinya ini bukan tentang menghindari kekuatan, tapi mengendalikan dan memahami bagaimana kekuatan itu berinteraksi dengan dunia kita," kata Liven, dengan mata yang kini tampak lebih tenang.
Zara mengangguk, merasakan perubahan dalam dirinya dan teman-temannya. "Mungkin inilah cara kita untuk menjaga keseimbangan, bukan dengan melawan kekuatan besar, tetapi dengan memahaminya dan bekerja bersama-sama."
Setelah mempelajari cara Dimensi Konstelasi mengatur keseimbangan planet dengan teknologi tinggi, para murid Akademi Waktu dan Liven merasa siap untuk melangkah lebih jauh. Mereka diberi kesempatan untuk mengunjungi salah satu planet yang dikelola oleh konstelasi, sebuah dunia yang sepenuhnya bebas dari sihir dan pedang. Dunia yang teratur, tetapi juga terasa asing dan misterius. Dunia ini adalah contoh sempurna bagaimana teknologi dapat menciptakan tatanan tanpa kekacauan.
Astria, yang telah menjadi mentor bagi mereka di Dimensi Konstelasi, membawa mereka melalui sebuah portal waktu yang lebih stabil dan terarah. "Dunia ini," kata Astria dengan suara yang tenang namun penuh makna, "adalah hasil dari jutaan tahun pengelolaan oleh konstelasi. Tidak ada sihir, tidak ada peperangan, semuanya dikendalikan dengan logika dan teknologi. Ini adalah dunia yang telah mencapai puncak kedamaian dengan cara yang sangat berbeda dari dunia kalian."
Begitu mereka melewati portal, mereka disambut dengan pemandangan yang begitu kontras dengan dunia yang mereka kenal. Tanpa perbukitan berapi-api atau hutan lebat yang sering mereka lihat, dunia ini dipenuhi dengan kota-kota yang mengilap dengan arsitektur yang sangat simetris dan futuristik. Jalan-jalan dipenuhi kendaraan yang melayang tanpa suara, dan setiap langkah mereka terasa sangat teratur, seperti diatur oleh algoritma yang tak pernah terputus.
"Ini... sangat berbeda," bisik Tira, terpesona dengan lingkungan sekitar yang sangat terorganisir. "Seolah-olah setiap elemen dunia ini disesuaikan dengan presisi, tanpa ada ruang untuk ketidakteraturan."
Liven, yang selalu terbiasa dengan kekerasan dan ketegangan di Dunia Pedang, tampak cemas. "Tapi... apakah kedamaian seperti ini benar-benar mungkin? Apa yang terjadi dengan dunia yang tidak memiliki pertarungan atau ketegangan?"
Astria tersenyum bijak, "Di sini, bukan kekerasan atau kekuatan fisik yang mengatur hidup mereka. Mereka telah belajar untuk memanipulasi aliran energi kosmik dan memprediksi perubahan-perubahan besar di dunia ini. Segalanya dihitung dengan cermat, keputusan kecil yang memengaruhi keseimbangan planet, bahkan kehidupan individu."
Mereka dibawa ke sebuah kota besar yang dikenal sebagai Astrolis, pusat dari semua pengaturan teknologi di dunia ini. Kota ini memiliki jantung yang disebut Core Temporal, sebuah pusat komputer yang mengatur waktu dan ruang di planet ini. Di dalamnya, tidak ada manusia yang mengelola atau memutuskan apa pun dengan tangan mereka sendiri. Semua keputusan diambil oleh jaringan superkomputer yang mampu meramalkan dan mengelola nasib seluruh dunia, memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau perubahan besar yang mengganggu keseimbangan.
Di pusat Core Temporal, mereka disambut oleh Liora, salah satu pengelola utama yang bertugas memonitor jalannya proses. Liora adalah seorang wanita muda yang tampak hampir tak terhubung dengan dunia fisik di sekitarnya. Seperti para pengatur waktu, ia lebih mirip dengan entitas digital, dengan mata yang bersinar biru terang, seolah-olah dia adalah bagian dari teknologi itu sendiri.
"Kalian datang dari dunia yang penuh dengan ketegangan dan kekuatan yang tidak teratur," ujar Liora dengan nada tenang, seakan berbicara melalui saluran langsung ke pikiran mereka. "Di sini, kami percaya bahwa kontrol adalah kunci. Semua keputusan kami dibuat melalui analisis yang mendalam dan algoritma yang telah diuji selama ribuan tahun."
Zara, yang merasa tergerak untuk memahami lebih dalam, bertanya, "Tapi apa yang terjadi jika seseorang mencoba melawan sistem ini? Apa yang terjadi jika ada ketidaksetujuan dengan keputusan yang dibuat oleh teknologi ini?"
Liora menjawab dengan suara datar, "Di dunia kami, ketidaksetujuan tidak ada tempatnya. Kami memantau dan mengatur jalannya setiap individu dan peristiwa dengan tujuan untuk mencegah ketidakseimbangan. Jika ada potensi gangguan, sistem kami akan memitigasinya dengan cara yang paling efektif, baik melalui penyesuaian langsung atau pengendalian aliran energi."
Selama berada di Astrolis, para murid mulai memahami betapa canggihnya teknologi yang ada di dunia ini. Setiap individu dan peristiwa telah diprediksi dan diatur dalam sistem besar yang bekerja tanpa henti. Teknologi ini mengontrol aliran waktu, memprediksi hasil dari setiap tindakan, dan menyesuaikan jalan hidup sesuai dengan apa yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan.
Namun, Liven yang mulai merasa semakin terasing dengan cara dunia ini beroperasi, bertanya, "Tapi, bukankah ini juga sebuah bentuk penindasan? Dunia yang tidak bisa memilih atau berjuang untuk hidupnya? Apakah kebebasan benar-benar ada di dunia ini?"
Astria, yang mendengarkan pertanyaan Liven, menjawab dengan bijak, "Apa yang kalian sebut kebebasan, di dunia kami, lebih sering disebut ketidakseimbangan. Di sini, kebebasan dipahami sebagai ketertiban yang membawa kedamaian bagi semua. Namun, kami sadar, keseimbangan tidak berarti kesempurnaan. Tanpa pertempuran, tanpa tantangan, kehidupan akan kehilangan maknanya."
Tira merenung mendalam. "Apakah kita bisa benar-benar mengatur kehidupan tanpa kehilangan esensi dari manusia itu sendiri?"
"Setiap dunia membutuhkan keseimbangan," jawab Astria, "tapi keseimbangan itu tidak selalu datang dalam bentuk yang kalian kenal. Di dunia ini, kami telah menemukan cara untuk menjaga kedamaian, tanpa harus mengorbankan kehidupan yang penuh dengan konflik dan penderitaan. Namun, kami tidak bisa mengklaim bahwa dunia kami sempurna. Setiap sistem memiliki harga yang harus dibayar."
Setelah beberapa hari tinggal di dunia tanpa sihir dan pedang, para murid mulai merasa dilema yang semakin mendalam. Meskipun dunia ini sangat teratur dan aman, ada perasaan hampa yang mengisi setiap sudut kota. Tidak ada perjuangan untuk hidup, tidak ada kebebasan untuk memilih arah nasib sendiri. Setiap individu di dunia ini telah diprogram, bukan untuk berjuang, tetapi untuk memenuhi peran yang telah ditentukan.
Liven, yang telah terbiasa dengan ketegangan dan pertempuran, merasa semakin terasing. "Aku merasa seperti... seperti aku tidak punya tempat di sini," kata Liven, menatap langit yang sangat teratur di atas mereka. "Di dunia kami, meskipun penuh dengan konflik, kami memiliki tujuan, kami memiliki kebebasan untuk memilih. Di sini, semuanya terasa... kosong."
Zara yang mendengar itu mengangguk, merasakan hal yang sama. "Keseimbangan yang kami cari tidak selalu berarti tidak ada konflik. Mungkin kebebasan untuk memilih adalah bagian dari keseimbangan itu sendiri."
Sebelum mereka meninggalkan dunia ini, Astria membawa mereka ke sebuah observatorium besar yang menghadap ke seluruh planet. "Dunia ini adalah contoh bagaimana sebuah sistem bisa bekerja tanpa kekerasan. Namun, dunia kalian, dengan segala pertempuran dan tantangannya, memiliki nilai yang tak bisa kami capai di sini. Kalian belajar dari kekacauan dan konflik, di sanalah kalian menemukan kedamaian sejati."
Para murid dan Liven, yang kini mulai melihat dunia mereka dengan perspektif baru, mengangguk. Mereka menyadari bahwa meskipun dunia ini lebih damai, itu juga lebih steril, tanpa emosi, tanpa perjuangan yang memberikan makna dalam hidup.
"Mungkin keseimbangan sejati bukan hanya tentang mengatur dunia agar tidak ada konflik," kata Rael, "tapi tentang menghargai nilai yang ada dalam setiap perjuangan dan kemenangan."
Dengan pemahaman baru ini, mereka kembali ke Dimensi Lintas Waktu, siap menghadapi tantangan yang lebih besar di dunia mereka, dan mempersiapkan diri untuk membimbing Liven dalam menemukan cara untuk mengendalikan kekuatan demi menjaga keseimbangan antara dunia mereka.
Setelah kembali dari dunia yang dikelola oleh konstelasi, para murid dan Liven merasa bahwa pemahaman mereka tentang keseimbangan semakin mendalam. Mereka kembali ke Akademi Waktu untuk merenungkan apa yang telah mereka pelajari, namun suatu kejadian yang tak terduga membawa mereka ke jalan yang lebih gelap dan penuh bahaya.
Pada suatu malam, ketika para murid sedang menguji kemampuan baru mereka dalam sebuah latihan, sebuah portal waktu yang tak terdeteksi muncul di ruang latihan. Portal ini berbeda dari portal yang biasa mereka gunakan, lebih gelap dan bergetar dengan energi yang tidak dapat dikenali. Para penjaga waktu yang mengawasi mereka seharusnya mampu mendeteksi gangguan semacam itu, namun portal ini tampaknya memiliki cara untuk menghindari pengawasan mereka.
Tira, yang selalu lebih peka terhadap fenomena aneh, pertama kali melihat portal itu. "Ada sesuatu yang aneh," katanya, suaranya berbisik namun penuh kewaspadaan. "Portal itu... terasa berbeda."
Rael yang mendekat, mengamati lebih seksama. "Ini bukan portal biasa. Aku merasakannya. Energi yang ada di dalamnya... terasa sangat gelap, seakan-akan ada sesuatu yang mengarah ke tempat yang jauh lebih jahat."
Tanpa sempat berpikir panjang, mereka berempat, Rael, Zara, Tira, dan Arlen memutuskan untuk menyelidiki portal itu. Mereka melangkah dengan hati-hati, mengikuti dorongan rasa ingin tahu yang kuat meskipun ada rasa takut yang menggelayuti hati mereka. Portal itu membuka jalan yang membawa mereka keluar dari dimensi yang mereka kenal, menuju sebuah dunia yang sangat asing.
Ketika mereka melangkah keluar dari portal, mereka mendapati diri mereka berada di sebuah dunia yang tampak mati. Tidak ada kehidupan yang terlihat di mana-mana, dan udara terasa kering serta dingin. Langit gelap, dipenuhi oleh awan hitam tebal yang berputar-putar dengan cara yang sangat tidak alami. Suasana di sekitar mereka terasa sangat suram, seakan-akan dunia ini telah terjerumus ke dalam kehancuran yang tak bisa diubah.
"Ini... bukan tempat yang kita cari," kata Zara dengan nada penuh kekhawatiran. "Ada sesuatu yang salah di sini. Ini bukan tempat yang dikelola oleh konstelasi yang kita temui sebelumnya."
Tira merasakan adanya kehadiran yang mengintai mereka, sebuah kekuatan yang tersembunyi namun sangat kuat. "Aku merasakannya juga... ada kekuatan besar yang menguasai tempat ini. Namun, kekuatan itu sangat berbeda. Ini bukan kekuatan teknologi, tapi lebih ke kekuatan yang bersifat... destruktif."
Mereka melangkah lebih dalam, mengikuti jejak-jejak yang tampak seperti korban yang terjebak dalam dunia ini. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya reruntuhan dan kota yang terbengkalai. Namun, di kejauhan, mereka melihat sebuah menara tinggi yang menjulang, berkilau dengan cahaya merah gelap. Menara itu tampaknya menjadi pusat dari segala kekuatan yang menguasai dunia ini.
"Mari kita pergi ke sana," kata Rael, mencoba menyemangati kelompoknya meskipun ada ketegangan yang menyelimuti udara.
Setelah menempuh perjalanan yang penuh ketidakpastian, mereka akhirnya tiba di depan menara besar yang berada di pusat dunia ini. Menara itu dipenuhi dengan simbol-simbol yang mereka belum pernah lihat sebelumnya, simbol-simbol kuno yang mengandung energi jahat yang tampaknya mampu merobek tatanan waktu dan ruang.
Begitu mereka mendekat, sebuah suara menggelegar terdengar dari dalam menara, menghentikan langkah mereka. "Aku tahu kalian akan datang," kata suara itu, menyeruak dalam udara, begitu dalam dan kuat seolah datang dari seluruh dimensi sekaligus.
Liven, yang merasa semakin cemas, melangkah maju. "Siapa kau? Apa yang terjadi di sini?" Tanyanya dengan suara keras, tetapi ada kegelisahan yang jelas terlihat.
Tiba-tiba, sosok besar muncul dari dalam menara. Sebuah entitas yang tidak sepenuhnya fisik, namun sangat kuat, seorang Konstelasi Jahat yang jauh berbeda dari para konstelasi yang mereka temui sebelumnya. Wujudnya seperti bayangan gelap yang mengelilingi tubuhnya, dengan mata merah menyala yang memancarkan kekuatan destruktif yang sangat kuat.
"Aku adalah Nocthar, Konstelasi Kegelapan," suara itu menggema dalam pikiran mereka, menembus kesadaran mereka. "Dunia ini adalah bagian dari rencana besarku, rencana untuk memanipulasi dan mengendalikan Dimensi Lintas Waktu. Kalian, para penjaga keseimbangan, datang untuk melihat dunia yang kuatur. Namun, kalian datang terlalu jauh."
Zara merasa ketakutan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. "Apa yang kau inginkan? Kenapa menguasai dunia ini dengan cara yang begitu jahat?"
Nocthar tertawa, suara itu bergaung di sekitar mereka seperti angin yang menerpa tebing. "Keseimbangan? Seperti yang kalian pahami? Dunia ini bukan tentang keseimbangan. Ini tentang kekuasaan. Aku menciptakan dunia ini untuk menundukkan waktu itu sendiri, untuk memanipulasi takdir, dan menghancurkan setiap dunia yang menentangku. Kalian adalah bagian dari dimensi yang rapuh, dan aku akan menguasainya."
Tira menggertakkan gigi. "Jadi, kamu adalah penyebab dari ketidakseimbangan yang terjadi di Dimensi Lintas Waktu? Kamu yang mencoba mengubah segala sesuatu, mengendalikan setiap takdir?"
Nocthar mengangguk dengan senyum penuh kebencian. "Betul. Dimensi Lintas Waktu adalah alat yang sempurna untuk merusak keseimbangan yang telah ada. Dengan kekuatan ini, aku bisa menghancurkan dunia mana pun dan menggantikannya dengan milikku sendiri, sebuah dunia yang tunduk padaku."
Sebelum mereka bisa bertindak, Nocthar mengangkat tangannya, dan tiba-tiba dunia sekitar mereka berubah. Ruang dan waktu menjadi terdistorsi, seakan-akan mereka berada di antara dimensi yang terpecah. Dunia ini, yang sebelumnya tampak mati, sekarang penuh dengan bayangan gelap yang bergerak dengan liar, dan mereka merasa terperangkap dalam kekuatan yang tak terkendali.
Liven, yang merasa ada sesuatu yang mengalir dalam dirinya, menatap Nocthar dengan tatapan tajam. "Kamu salah. Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan takdir orang-orangku. Aku akan melawanmu."
Namun, meskipun kekuatan Liven sangat besar, Nocthar adalah lawan yang sangat kuat. Setiap serangan yang mereka lancarkan seakan-akan dibalik oleh kekuatan kegelapan yang mengelilingi Nocthar. Rasanya seperti melawan sesuatu yang lebih besar dari sekadar seorang musuh fisik, mereka berhadapan dengan sesuatu yang dapat merusak struktur waktu dan ruang itu sendiri.
"Ini bukan pertarungan yang bisa kalian menangkan dengan kekuatan fisik," kata Nocthar dengan suara penuh kebencian. "Aku mengendalikan takdir, dan tak ada yang bisa menghentikanku."
Namun, Rael, Zara, Tira, dan Arlen menyadari satu hal, meskipun mereka tidak bisa mengalahkan Nocthar dengan kekuatan langsung, mereka bisa menggunakan pengetahuan yang mereka dapatkan di Dimensi Konstelasi untuk menyeimbangkan kembali dunia ini. Mereka harus mencari cara untuk menghancurkan inti dari kekuatan Nocthar, yaitu Core Kegelapan yang ada di pusat menara.
"Liven, kamu harus fokus. Kekuatanmu bukan untuk menghancurkan, tapi untuk mengendalikan. Kita harus mengubah takdir yang terdistorsi ini," kata Zara dengan tekad.
Bersama-sama, mereka berusaha menyeimbangkan energi mereka dengan cara yang telah mereka pelajari dari Dimensi Konstelasi, berusaha mengarahkannya pada inti Nocthar yang tersembunyi di dalam menara.
Dunia ini adalah ujian terakhir mereka, untuk mengubah keseimbangan antara kekuatan gelap dan terang, antara kekuatan yang menghancurkan dan yang melindungi.
Dengan tekad yang semakin kuat, Rael, Zara, Tira, Arlen, dan Liven bersatu dalam pertempuran melawan Nocthar. Mereka menyadari bahwa kekuatan fisik mereka tidak akan cukup untuk mengalahkan entitas yang mengendalikan kegelapan ini. Satu-satunya cara untuk mengalahkan Nocthar adalah dengan menggunakan apa yang telah mereka pelajari tentang keseimbangan waktu dan kekuatan yang lebih dalam dari sekadar fisik.
"Liven, ingat apa yang kami pelajari di dunia Konstelasi," kata Tira sambil berjuang melawan distorsi ruang yang semakin kuat. "Keseimbangan bukan hanya tentang menahan kekuatan, tapi tentang mengalirkan energi itu ke tempat yang tepat, mengarahkan takdir, bukan menghancurkannya."
Liven mengangguk, meskipun wajahnya tampak penuh keraguan. "Aku mengerti, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa mengendalikan kekuatan ini... Jika aku salah, dunia ini bisa hancur."
Zara menatapnya dengan penuh keyakinan. "Kekuatanmu bukan tentang menghancurkan, Liven. Itu tentang menjaga keseimbangan. Kau punya kemampuan untuk memanipulasi waktu dan ruang, bukan untuk merusaknya, tapi untuk mengarahkannya kembali ke jalur yang benar."
Nocthar tertawa terbahak-bahak, suara itu menggema seperti petir di langit gelap. "Kalian pikir kalian bisa mengubah takdir? Tak ada yang bisa mengalahkanku! Aku adalah bagian dari waktu itu sendiri! Semua dunia akan jatuh ke bawah kendaliku."
Namun, dalam suara Nocthar yang penuh kebencian, para murid merasakan sebuah celah, sebuah titik lemah dalam ego besar sang konstelasi jahat. Mereka tahu bahwa meskipun Nocthar menguasai dunia ini, dia tetap terhubung dengan Dimensi Lintas Waktu. Di sanalah kekuatan sesungguhnya bisa dikendalikan, di titik pertemuan antara semua dimensi.
"Rael, Arlen!" seru Zara. "Kita harus menyatukan kekuatan kita dengan kekuatan waktu dan ruang yang ada di sekeliling kita!"
Rael dan Arlen bergerak cepat, berfokus pada aliran energi yang mengelilingi mereka. Mereka tahu bahwa energi dari Dimensi Lintas Waktu tidak dapat diprediksi dengan cara biasa, tetapi mereka bisa merasakannya, bisa mengalirkan kekuatan itu ke dalam inti Nocthar dengan cara yang lebih halus, melalui keseimbangan, bukan perlawanan langsung.
Tira, yang lebih peka terhadap energi, merasakan perubahan dalam udara di sekitar mereka. "Kami harus bekerja sama! Kita bisa mengubah aliran takdir jika kita melakukannya bersama-sama."
Liven, yang sekarang lebih percaya pada dirinya, mengumpulkan kekuatan yang mengalir di tubuhnya. Untuk pertama kalinya, ia memusatkan semua kemampuannya untuk memanipulasi waktu, bukan untuk menghancurkan atau menyerang, tetapi untuk menata ulang aliran waktu yang telah terganggu oleh Nocthar.
"Ini adalah keseimbangan yang kita cari," kata Liven dengan suara pelan, namun penuh kekuatan. "Bukan untuk mengubah masa lalu, tetapi untuk memperbaiki jalur masa depan."
Dengan kata-kata itu, Liven mengulurkan tangannya, mengalirkan energi yang ia kuasai ke dalam inti Nocthar. Sebuah kilatan cahaya terang muncul dari tangannya, seperti sebuah pembuluh waktu yang terbuka, mengalirkan kekuatan ke seluruh dunia yang terdistorsi. Seiring dengan itu, Rael, Zara, Tira, dan Arlen juga melepaskan energi mereka masing-masing, menggabungkan kekuatan mereka menjadi satu aliran yang harmonis.
Nocthar merasakan kekuatan itu menghujam ke dalam dirinya, mengganggu cengkeramannya terhadap dunia ini. "Tidak mungkin!" teriaknya, tubuhnya bergetar hebat, seperti ada sesuatu yang membekukannya dari dalam. "Aku adalah konstelasi! Aku adalah kegelapan itu sendiri!"
Namun, meskipun kekuatannya luar biasa, Nocthar tidak mampu melawan arus energi yang disatukan oleh para penjaga waktu. Kekuatan mereka lebih besar dari apapun yang pernah dibayangkan oleh Nocthar, sebuah kekuatan yang bukan berasal dari peperangan atau kekerasan, tetapi dari pemahaman yang mendalam tentang waktu dan keseimbangan.
Dengan satu ledakan energi yang sangat kuat, dunia di sekitar mereka mulai kembali stabil. Awan hitam yang meliputi langit berangsur-angsur menghilang, dan distorsi ruang yang mengelilingi mereka mulai memudar. Menara yang sebelumnya terlihat kokoh kini runtuh perlahan, menjadi serpihan-serpihan yang menghilang dalam tiupan angin.
Nocthar terjatuh, tubuhnya hancur seiring dengan runtuhnya dunia yang ia ciptakan. "Keseimbangan... bukan untuk ditaklukkan..." katanya, suaranya terdengar lemah dan penuh keputusasaan. "Kalian... kalian telah mengalahkanku..."
Dengan kejatuhan Nocthar, dunia yang dulu gelap dan hancur itu kini kembali seperti semula. Langit yang tadinya suram kini terang, dan udara terasa segar. Walau dunia ini tidak sepenuhnya pulih, namun ia telah diberi kesempatan baru untuk tumbuh, bernafas, dan menemukan jalan yang lebih baik.
Namun, meskipun mereka telah mengalahkan Nocthar, para murid tahu bahwa ini bukan akhir dari perjalanan mereka. Keseimbangan yang telah mereka perjuangkan kali ini tidak hanya berlaku di satu dunia, tetapi di semua dimensi yang saling terhubung.
Astria, yang muncul dari bayangan, menatap mereka dengan bangga. "Kalian telah melakukan sesuatu yang luar biasa. Kekuatan yang kalian miliki bukan hanya untuk menghancurkan, tetapi untuk memahami, untuk menyeimbangkan apa yang rusak. Kalian telah membuktikan bahwa keseimbangan sejati tidak pernah datang dari kekuatan destruktif, melainkan dari kebijaksanaan dan kerja sama."
Liven menatap langit yang kini cerah, rasa lega dan kepuasan terlihat di wajahnya. "Aku tidak tahu jika aku bisa mengubah masa depan, tetapi setidaknya aku tahu sekarang... aku tidak sendirian dalam perjuangan ini."
Zara, yang selalu percaya pada pentingnya persahabatan dan kerja sama, mengangguk. "Kita semua adalah bagian dari keseimbangan ini. Tidak ada yang lebih besar dari yang lain. Kita semua berperan dalam menjaga dunia kita, dan dunia yang lebih besar."
Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke dunia asal mereka, membawa pelajaran penting yang mereka peroleh dari petualangan ini. Dunia mereka masih penuh dengan konflik dan ketidakpastian, namun mereka sekarang tahu bahwa jalan menuju kedamaian dan keseimbangan ada dalam tangan mereka, bukan dengan kekuatan yang memaksa, tetapi dengan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana waktu, takdir, dan setiap pilihan yang dibuat dapat mempengaruhi dunia.
Saat mereka kembali ke Akademi Waktu, mereka menyadari bahwa meskipun banyak tantangan yang masih harus mereka hadapi, mereka telah belajar sesuatu yang tak ternilai, bahwa waktu itu sendiri adalah kunci untuk memahami dunia ini, dan kekuatan sejati ada dalam kemampuan untuk menyeimbangkannya.
Dan meskipun perjalanan mereka mungkin belum selesai, mereka tahu bahwa mereka siap untuk menghadapi apapun yang akan datang.