Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Doctor Z

Zeinomena
56
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 56 chs / week.
--
NOT RATINGS
385
Views
Synopsis
Dokter Zein Youssef Al-Ghifari, Dokter Umum berusia 43 tahun, dan seorang duda. Wajahnya sangat tampan, karena dia memang terlahir sebagai keturunan dari Timur Tengah. Tapi di usia ini, Dokter Zein belum menikah. Dokter Zein sebenarnya pernah menikah dahulu, tetapi istrinya, Angelique, meninggal dunia karena sakit. Padahal, penggemarnya sangat banyak. Dari perawat, bidan, polwan, apoteker, sesama dokter, mantan pasien, bahkan dari adik kandungnya sendiri (yang diketahui di kemudian hari ternyata dia adalah sepupunya dari pihak ayahnya). Selain itu, Dokter Zein mempunyai identitas rahasia yang bahkan orang tuanya sendiri pun tidak mengetahuinya, yaitu ilmuwan super gila dan ingin merusak tatanan dunia. Dokter Zein mengenal seorang dokter wanita yang bernama Dokter Zelena Aisha Azwar, 28 tahun, seorang Dokter Spesialis Obsgyn, yang tidak disangka-sangka di kemudian hari, akan menjadi kekasih sejatinya. Masalah semakin rumit saat mengetahui bahwa istrinya, Angelique, tidak meninggal karena sakit, akan tetapi sengaja dihilangkan nyawanya. Beberapa perempuan yang hadir dari masa lalu dan masa yang akan datang, semakin menambah rumit segalanya. Berbagai aksi-aksi dilakukan oleh Dokter Zein dan Dokter Zelena dengan cara mereka masing-masing. Mampukah Dokter Zein dan Dokter Zelena menyelesaikan semua petualangan dan misi-misinya? Dan akankah Dokter Zein dan Dokter Zelena tetap kokoh dalam mempertahankan cinta sejati? Semua akan terjawab di cerita ini.
VIEW MORE

Chapter 1 - Dokter Zein Youssef Al-Ghifari

(Suatu hari di ruang praktek dokter)

"Yang sakit sebelah mana? Obat apa aja yang udah dikonsumsi? Punya alergi obat? Punya riwayat penyakit apa? Ok ini resepnya, silahkan dikasihkan ke bagian farmasi".

Itu tadi adalah perkataan bertubi-tubi seorang dokter kepada pasiennya. Pasien itu bingung, dia bahkan belum menjawab satu pun pertanyaan dari dokter itu, tapi malah sudah diresepkan obatnya. Apakah dokter ini gila atau bagaimana, begitu yang dipikirkan si pasien.

Sementara dokter tersebut bernama Zein Youssef Al-Ghifari, dokter senior berusia 43 tahun, seorang duda, dan belum berkeinginan untuk kembali berumah tangga.

Padahal, wajahnya itu sangat tampan dan awet muda, dengan ciri khas keturunan orang Timur Tengah. Sekilas siapa pun orang yang melihatnya pertama kali, sudah dipastikan bahwa orang itu akan mengira Dokter Zein ini kemungkinan baru berusia sekitar 25-30 tahun.

Dengan tinggi badannya yang menjulang tinggi hingga 195 cm, dan berat badan 85 kg, ditambah dengan wajah putih kemerahan di pipinya, sudah bisa dipastikan, ini adalah dokter idaman di Rumah Sakit.

"Dok..", kata pasien tadi.

Dokter Zein menatap ke arah pasien itu, dan berkata, "Ada apalagi Pak? Resep kan sudah saya berikan. Silahkan Bapak menyerahkan resep ini ke Instalasi Farmasi". Kata dokter Zein kepada pasiennya.

Pasien itu tertegun sesaat, akhirnya memberanikan diri dan berkata, "Pak dokter, saya kan belum jawab pertanyaan pak dokter, kok sudah diresepkan obatnya. Apa pak dokter sudah tau saya sakit apa?", tanya pasien tadi menatap dokter Zein keheranan.

"Itu tadi saya resepkan obat untuk demam dan sakit kepalanya, silahkan bapak serahkan resep ini ke bagian Instalasi Farmasi", kata dokter Zein sambil menunjuk resep yang masih dipegang pasien itu.

"Lho Dok, saya kan sakit perut, kenapa malah dikasih obat sakit kepala dan demam?!", kata pasien tadi merasa tidak terima.

"Sudahlah pak, pokoknya bapak itu kena demam dan sakit kepala. Baik pak, Selamat siang, saya mau pulang, saya udah ngantuk pak. Sudah waktunya ganti shift... Hoammm", kata Dokter Zein menambahkan.

Sambil berjalan, Dokter Zein membuka pintu ruang prakteknya kemudian menutupnya, meninggalkan pasien tadi yang masih bengong saja di situ.

Maka, setelah pasien tadi menyadarinya, seketika dia mengumpat. Dan dengan bermacam-macam jenis level menggerutu, dan berbagai umpatan dalam hati, bahkan sampai menyumpahi, pasien tadi keluar dari ruangan Dokter Zein dan menutup kembali pintunya dengan sangat kasar.

Braakkkkk...

"Dasar dokter edan, orang sakit perut kok diresepkan obat sakit kepala. Gak lagi-lagi deh berobat di sini".

Pasien tersebut terus saja mengumpat. Dia kemudian menyobek kertas resep dan membuangnya ke tempat sampah. Lalu pergi dari Rumah Sakit dalam keadaan marah.

Karyawan Rumah Sakit dan sekuriti yang melihatnya hanya diam dan menggelengkan kepalanya saja.

"Kayaknya Dokter Zein bikin masalah lagi, deh", kata seorang perawat wanita kepada rekannya sesama perawat.

"Sudahlah biarin aja, Dokter Zein 'kan 'anak emas'nya Pak Direktur. Udah kita lanjut kerjaan kita aja", kata rekannya itu, dan mereka berdua pun melanjutkan aktifitasnya.

Sementara itu, Dokter Zein sekarang dalam perjalanan pulang dari Rumah Sakit tempatnya bekerja dengan mengendarai mobilnya. Rasa kantuk yang tak tertahankan, membuatnya harus menepikan mobilnya.

Dokter Zein berencana untuk tidur sebentar di tepi jalan. Dari pada memaksa jalan malah bisa-bisa akan mengalami kecelakaan. Begitu pikir Dokter Zein.

Tapi saat akan menepi ke arah kiri, mendadak ada pengendara motor yang berusaha menyalipnya lewat lajur kiri.

Dokter Zein kaget dan spontan langsung berusaha untuk membanting stir ke arah kanan, tapi tetap saja kena.

Meskipun pengendara motor itu tidak terjatuh, tapi tetap saja menimbulkan gesekan di body mobil dokter Zein. 

Apes.. apes... Cuma itu yang ada dalam pikiran dokter Zein.

Pengendara motor itu pun turun dan mengetuk kaca pintu mobil Dokter Zein dengan keadaan marah.

Saat kaca pintu mobil itu terbuka, mereka berdua terkejut dan tampak saling menatap wajah satu sama lain. Ternyata pengendara motor itu adalah pasien terakhir dokter Zein, yang tadi marah-marah dan mengumpat di rumah sakit.

"Dasar dabjingan.. kamu lagi, dokter edan!!", kata pasien tadi yang sudah agak mereda kekesalannya, kini jadi kembali marah-marah saat melihat Dokter Zein.

"Oalah, kirain siapa. Bapak yang tadi, kan. Gimana udah sembuh belum sakitnya?", kata Dokter Zein yang menjawab dengan cengengesan.

"Udah sembuh gundulmu, resep udah tak sobek-sobek, cepat ganti rugi motorku", kata bapak tadi mengancam.

"Haha.. slow aje bos, kaga useh ngegas juga kali. Yang ada bapak itu yang ganti kerusakan. Liat tuh body mobilku, pasti banyak lecetnya", kata Dokter Zein yang juga tidak mau kalah berdebat.

Keduanya tidak mau mengalah, dan sudah semakin banyak saja orang yang berdatangan untuk melihat situasi.

Akhirnya, Dokter Zein berinsiatif untuk mengalah, dan memutuskan untuk pergi saja dari situ. Dengan melambaikan tangannya dan tersenyum indah, Dokter Zein menirukan slogan rumah sakit tempatnya bekerja.

"Semoga sehat kembali", kata dokter Zein sambil tancap gas dan meninggalkan pasien tadi.

"Dokter pekok..!!! Dokter dabjingan..!!! Oh Gusti.. gusti.. apes tenan aku". Bapak tadi berteriak marah-marah sambil mengepalkan kepalan tangan ke arah mobil Dokter Zein yang sudah pergi meninggalkannya.

=========================

Beberapa menit kemudian setelah berkendara, sampailah Dokter Zein di rumahnya. Tepatnya di rumah lamanya.

Sebenarnya hari ini, Dokter Zein berniat untuk menginap di rumah orang tuanya. Tapi entah kenapa di jalan, Dokter Zein berubah pikiran dan berbalik arah ke rumah lamanya.

Ya, Dokter Zein mempunyai sebuah rumah yang sudah 8 tahun ditinggalkan. Meskipun begitu, rumah ini masih tetap bersih karena Dokter Zein mempekerjakan beberapa tukang kebun untuk bersih-bersih di sini.

Dokter Zein masuk ke dalam rumah, dan dia segera melihat beberapa foto pernikahannya bersama almarhumah istrinya yang masih terpajang rapi di dinding ruangan.

Serasa baru kemarin, padahal itu sudah 8 tahun. 'Oh Angelique, aku rindu kamu', begitu yang ada di pikiran Dokter Zein.

Dokter Zein sedih saat mengingatnya, dan sambil tersenyum masam, dia berjalan ke belakang dan memutuskan untuk mandi.

Seperti yang diketahui, pada tahun 2016 dulu, Dokter Zein menikah dengan wanita asli Indonesia, yang bernama Angelique Utami.

Karena nama Angelique dirasa terlalu panjang untuk dilafalkan, maka Dokter Zein memutuskan untuk memanggilnya Angie.

Saat itu, Dokter Zein merasa sangat bahagia dengan pernikahannya. Tapi kebahagiaan itu hanya berlangsung selama satu bulan. Karena di bulan kedua setelah pernikahan, Angie sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit tempat Dokter Zein bekerja.

Itu sungguh pukulan mental yang dahsyat untuk Dokter Zein. Biar bagaimanapun, kebahagian mereka hanya berumur sangat singkat sekali. Kematian istrinya secara tidak langsung juga mempengaruhi sikapnya.

Dulu Dokter Zein sangat giat dalam bekerja, selalu datang bekerja tepat waktu, dan pulang bekerja kadang melebihi waktu shiftnya.

Tapi kini, Dokter Zein seperti asal-asalan saja. Semangatnya dalam bekerja seperti hilang tertiup angin. Seperti peribahasa dalam bahasa Jepang, 'Bodoho Amatto' atau disingkat Bomat.

Selesai mandi, Dokter Zein membuka smartphonenya, dan mengecek beberapa pesan yang masuk di WhatsApp-nya.

Setelah membalas pesan satu per satu, Dokter Zein membuka aplikasi yang cukup membuatnya merasa terhibur. Salah satunya adalah aplikasi novel online.

Dicarinya beberapa judul, dan Dokter Zein merasa tertarik dengan salah satu dari beberapa judul itu. Segera saja Dokter Zein membacanya.

Karena sudah merasa cukup membaca novel, Dokter Zein kemudian membuka aplikasi selanjutnya. Aplikasi karaoke online, Starmaker.

Dokter Zein cukup suka bernyanyi, tapi hanya sekedar menghilangkan jenuh saja.

Dokter Zein kemudian menulis sebuah judul lagu, "Ya Ghayeb", dari Fadel Chakr. Segera Dokter Zein bernyanyi.

'Ya Ghayeb leeh ma tes alah'

'babak elli hibbunak' dan seterusnya sampai Dokter Zein selesai bernyanyi.

Setelah puas bernyanyi beberapa lagu lagi, Dokter Zein merasa kantuknya kembali lagi. Dokter Zein pun memutuskan untuk tidur sebentar.

Sebenarnya sudah sejak tadi Dokter Zein itu merasa sangat mengantuk. Tapi gara-gara kejadian dengan bapak pasien tadi, rasa kantuk Dokter Zein seketika hilang. Dokter Zein akhirnya tertidur lelap.

(Krookkk.. kroookkk...)

Suara membagongkan terdengar begitu merdu untuk didengar. Layaknya tidur di istana langit, dengan bantal yang terbuat dari awan putih yang lembut, dikombinasikan dengan selimut dari kehangatan sinar mentari.

=====================