Kakek Thane mulai mengeluarkan sihirnya,
Puluhan meteor mengarah padaku ,
Aku menghindarinya lalu melompat di salah satu meteor dan melayangkan pukulan,
Braaaaaakkkk
Kakek Thane terpental jatuh menghantam tanah,
"Cih , boleh tahan juga kau kakek"
Serangan selanjutnya, aku mulai menendang ke arah kakek Thane ,
Slaaaaasshhhhh,
Sabitnya menghantam kakiku,
Tapi sabit itu juga terdorong karena tendanganku,
"Hei anak muda , sebenarnya tubuhmu ini terbuat dari apa?" ujar kakek Thane dengan heran
Ocehan kakek itu membuat telinga ku risih , dan kemudian memukulnya hingga terpental jauh membentur sebuah gunung,
Lara yang melihat dari bawah seperti takjub melihat itu,
"Raden , apa kau benar benar manusia?" ujar Lara
"Menyebalkan sekali kamu, seperti kakek itu saja kamu ini" ujarku
Aku kemudian bergegas mengejar kakek itu dengan kecepatan ku,
Saat tiba di tempat itu , keadaan gunung benar benar tak beraturan ,
Kakek itu sedang memulihkan kekuatannya,
Aku sampai berbicara pada diriku sendiri,
*Pukulanku keras juga , sampai hancur begitu*
Aku mulai menyiapkan pukulan dan siap menghajar kakek Thane,
Wuuuuushshhhhhh
Angin beliung mulai muncul di sekitarku dan seperti menyedotku,
Tak lama petir mulai bercampur dengan beliung,
"Kakek Thane, apakah kau sudah serius kali ini?"
Kraaaaakkkkkkk
Langit tanah retak , getaran hebat terjadi
Dari tanah muncul pohon yang dilapisi api merah , itu menakjubkan,
Serangan serangan lain mulai menghantam ku ,
"Baiklah saatnya aku mulai" ujarku dengan percaya diri
Pukulan ku melesat ke arah beliung dan beliung mulai tersebar untuk memadamkan api ,
Petir di beliung terpisah dan mulai menyambarku , tangan kiri ku kepal dan menghantamnya ke serangan lain,
Duaaaaarrrrrr
Braaaaakkkkkk
Ledakan dahsyat terjadi,
Disaat ini jelas Raden sangat unggul dalam pertarungan itu , lebih tepatnya menurut Raden itu hanya pertandingan biasa saja,
Kakek Thane mengeluarkan darah di seluruh tubuhnya,
"Kakhhhh , khiikkkkh"
Aku menghampiri kakek itu dibawah tumpukan batu besar yang menimpanya,
"Hmmm , apa tadi masih kurang? Kau punya serangan yang lain kah kakek?"
Kakek Thane mulai menatap ku dengan tajam ,
Mata merah terang seperti ingin melahapku,
[Eyes Red Devils]
"Pembohong , katanya ingin bertarung adil tanpa menggunakan mata sihir , sekarang main curang, aku tidak suka ini kakek"
Aku mulai membuka mata kuningku,
Di saat membuka kakek Thane tiba tiba membungkus ku dengan kekuatan sihirnya,
Ini mirip sebuah peti mati,
"Aku belum meninggal tau" ujarku dengan sedikit kesal
Kakek Thane mulai mengeluarkan sihirnya yang lain dan berkata,
"Hehehehe, serangan terkuatku , sihir terkuatku adalah kutukan"
Aku mulai merasakannya, tubuhku bergetar dan muncul bayangan menyelimuti tubuhku,
Keadaan di sekitar Raden dan Kakek Thane benar benar kacau , sudah tidak bisa di sebut sebuah tempat karena hancur berantakan,
Waktu di sekitar seolah berhenti,
"Sepertinya waktu telah berhenti, apa karena kutukan ini?" ujarku
Kakek Thane tertawa,
"Hahahhahahahahha, apakah kau ketakutan? Ya kutukan itu mematikan, semua waktu , hukum , kemampuan dan segala otoritas yang ada perlahan akan lenyap seperti debu"
Aku mulai sedikit panik,
Jujur aku panik,
Karena aku mulai menyadari,
Seragamku mulai rusak dan robek,
"Sial seragamku jadi rusak , aduh padahal baru kelas 11 dan aku malas sekali beli yang baru , hei kakek kau kurang ajar"
Kakek Thane tampak bingung,
Manusia yang dihadapannya itu benar benar tak merasakan kutukan itu,
"Baiklah , karena kau kurang ajar, kau harus membayar seragamku"
Di saat ini Raden benar benar menghantam peti mati itu hingga hancur dan mata kuning [Eyes Oculus Magnus] di arahkan langsung pada mata kakek itu,
Mata kakek itu hancur ,
Tubuhnya mulai bergetar dan darah keluar dari semua tubuhnya,
Ini keadaan yang tidak biasa,
Seorang manusia tidak mempan pada keajaiban dewa,
Dalam keadaan terdesak saat ini, solusi kakek Thane adalah kabur
"Sial , lain kali akan ku bunuh kau" ujar kakek Thane dengan marah
Aku membalasnya dengan senyuman,
"Lain kali? Apa maksudnya? Aku takut lupa hutang mu padaku kalau lain kali"
Aku menarik kakek itu dan menatapnya,
Tubuh kakek Thane mulai lenyap menjadi debu,
"Kau hebat sekali ya , tapi berhati hatilah, para dewa akan mulai mengincar mu karena telah membunuh seorang dewa" ujar kakek Thane
Tapi , saat tubuhnya menghilang,
Sesuatu melesat padaku,
Itu sebuah keris hijau
"Hmmm , apa ini?"
Tanpa pedulikan itu , aku menghancurkan keris itu dan menaburkannya di tanah,
Perlahan lingkaran sihir berwarna hijau mulai terbentuk di bawahku,
Dan perlahan tubuh kakek itu mulai menyatu kembali,
"Hah? Apa apaan ini? Dia menyatu kembali?"
Namun,
Ini berbeda,
Kakek Thane kemudian menundukkan kepalanya kepadaku,
"Terimakasih banyak karena telah menolong ku"
Aku terkejut dan bingung,
"Anuu , apa maksudnya ini? Perasaan tadi kau ku hajar tapi kenapa sekarang malah berterimakasih seolah aku menolong mu"
Lara dari kejauhan mulai menghampiri ku dan berteriak,
"Radennnn , kau baik baik saja?"
Aku membalas nya dengan anggukkan kepala,
"Lara ini aneh , kenapa kakek Thane tertunduk padaku dan berterimakasih padahal dia sudah ku hajar jadi dadar gulung sebelumnya"
Kakek Thane kemudian mulai bangkit dari duduknya dan menjelaskan,
"Engkau telah melepaskan ku dari pengaruh jahat"
Aku sedikit bingung dan membalas dengan pertanyaan,
"Pengaruh jahat? Apa maksudnya ini?"
Perlahan tubuh kakek itu mulai mengeluarkan cahaya dan dia mulai terbang,
"Pengaruh jahat yang ditetapkan pada dewa oleh kebatilan"
Di saat itu kakek Thane melemparkan batu berlian merah kepadaku,
"Apa ini?"
Kakek Thane membalas,
"Sebagai tanda terimakasih, itu adalah batu yang akan sangat berguna di dunia ini"
Sebelum aku menjawabnya, kakek Thane berkata lagi,
"Di dunia ini tidak selamanya kebaikan itu adil dan kejahatan tidak selamanya batil"
Aku dan Lara bengong mendengar itu,
Kemudian kakek Thane menghilang dari pandanganku,
Lara melirikku dan berkata,
"Raden , apa yang dia katakan? Kau tau?"
"Entahlah , itu aneh , padahal sebelumnya dia ingin membunuhku , sekarang malah jadi penasehat"
Aku lalu melihat batu berlian itu dengan seksama ,
Lara penasaran kepada keris yang bertaburan di tanah ,
Rasa penasaran kedua orang ini berbeda , batu berlian dan sisa sisa keris,
"Hmmm , tampaknya keris ini adalah sumber kejahatan yang mempengaruhi kakek Thane" ujar Lara
Aku melihat ke arah Lara dan berkata,
"Kemungkinan yang mendekati adalah itu , tidak mungkin itu sebuah kenyataan"
Lara menambahkan perkataannya,
"Tapi , darimana asal keris ini, sudah jelas jika ini pengaruh dari sesuatu yang jahat, berarti ini adalah ancaman bagi para dewa lain"
Aku terkejut saat Lara mengatakan itu,
"Apa maksudnya itu?"
Lara menegaskan,
"Artinya bisa jadi para dewa akan diatur oleh energi jahat ini dan akan melenyapkan yang baik , mungkin termasuk kita"
Aku menertawakan Lara karena itu terdengar lucu,
Lara sedikit kesal karena aku tertawa,
"Hei apanya yang lucu? Ini genting tau"
Aku membalasnya dengan santai,
"Kau takut pada dewa? Kau takut pada jin? Atau mahluk apa pun itu?, menurutku mereka itu tidak lebih hebat dariku"
Lara terkejut dan segera menamparku,
"Sombong sekali kau Raden , tapi itu keren" ujar Lara
"Apa apaan ini , tidak angin tidak hujan langsung tampar, dasar aneh" ujarku dengan kesal
Lara lalu bertanya kepadaku,
"Raden , fungsi baru berlian itu apa?"
Aku bingung untuk menjawab , karena memang aku tidak tau apa apa tentang benda ini,
"Aku tidak tau , kakek itu langsung menghilang saja , emang ga jelas itu kakek"
Lara tiba tiba menatapku dengan tatapan penasaran,
"Hei Raden , kenapa kau jadi seperti ini? Kenapa kau sangat sompral sekarang?"
Aku kaget mendengar itu dan berkata kepada Lara,
"Entahlah , mungkin karena asik jadi ya gpp kan, lebih dari itu sekarang kita harus cari kota terdekat, kau lihat kan seragamku rusak karena kakek itu"
Lara merebut baru berlian merah dariku dan segera mengangkatnya ,
Tiba tiba cahaya merah terang menyelimuti kami dan keadaan di sekitar mulai hilang,
Mata kamu tertutup,
Sekejap mata semua berubah menjadi perkotaan,
"Sudah kuduga, ini ada fungsinya" ujar Lara
"Syukurlah kita sudah menemukan kota disini , ayo segera cari penginapan, aku mau rebahan soalnya, capek" ujarku
Aku dan Lara kemudian berjalan keliling kota terlebih dahulu untuk sedikit menghibur diri,
Tak lama kami bertemu seseorang pria berkacamata,
"Wah selamat datang di kota Fajrin",
Aku menanyakan pada pria itu,
"Terimakasih, sebelumnya kenapa kau bisa tau kami bukan penduduk sini?"
Pria itu sambil tersenyum membalas,
"Oh , itu karena seragam yang kalian pakai bukan seragam khas kota ini"
Tanpa pikir panjang dan dengan rasa penasaran itu bertanya kepada pria berkacamata,
"Apakah seragam anak anak itu? Warna pink? Kuning? Merah?"
Pria itu berkata,
"Seragam mereka berupa kain bermotif indah yang disebut sebagai batik"
Entah kenapa aku jadi penasaran untuk bertemu dengan anak anak sekolah di kota Fajrin,
Pria itu kemudian mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya,
"Perkenalkan namaku Azki, panggil aja Zki"
"Lebih baik ku panggil nama Azki saja daripada Zki , ga sekalian Az?"
Lara lalu bertanya kepada Azki,
"Azki , apakah kamu tau penginapan di kota ini?"
Azki tersenyum lebar dan berkata,
"Wah kebetulan nih , disini aku salah satu pemilik dari ratusan penginapan di kota ini dan juga penginapan paling mewah"
Aku dan Lara terkejut melihat sebuah kebetulan yang sangat baik di depan,
Setelah itu , aku menyuruh Azki untuk mengantarku ke tempat penginapan miliknya,
Saat sudah tiba di penginapan, ternyata benar benar sangat sepi,
Aku yang melihat ini mulai bertanya pada Azki,
"Apa yang terjadi disini, Azki?"
Azki kemudian menjelaskan bahwa semenjak ada kasus hilangnya seseorang secara misterius di penginapan, mengakibatkan semua penginapan menjadi sepi dan sekarang menjadi paling sepi di antara semua penginapan di kota Fajrin,
"Aku berharap kamu betah ya ,Raden dan Lara"
Lara bertanya lagi pada Azki ,
"Oiya pembayarannya bagaimana?"
Azki lalu mengatakan,
"Aduh tidak usaha bayar , kalian kan baru di sini , dan juga kalian ga punya mata uang di sini kan"
Aku dan Lara cuma bisa berterimakasih dan segera menuju kamar yang menjadi penginapan kami ,
"Fiuhhhh, akhirnya bisa istirahat juga, oi Lara sampai ketemu besok"
Aku dan Lara berbeda kamar,
Lara pun mengiyakannya dan segera masuk ke kamar,
Raden dan Lara mulai beradaptasi pada lingkungan baru mereka, sepertinya ini menjadi perjalanan yang memukau bagi Raden.